Aroma roti hangat memenuhi dapur rumah ku. Ini kegiatan rutin ku selama hari minggu, memasak. Aku tidak pernah absen untuk memasak, entah memasak kue, roti, atau makanan yang lain. Hari ini aku memutuskan untuk membuat sponge cake coklat.
Tiba-tiba di depan pintu dapur terdengar suara gaduh antara 2 orang laki-laki.
"Woy dek, mana ps gue? Elah tu bocah suka banget ngusilin orang" suara remaja laki-laki berusia 18 tahun terdengar berteriak memangil sesorang.
"Kak berisik ah. Nanti papa dengar baru tau rasa" aku berusaha menghentikan teriakan nya agar tidak menjadi masalah yang besar saat papa bangun nanti.
"Dek! Cepet sini bawa ps kakak! Jangan bikin ribut cepet sini! " aku terpaksa ikut berteriak membantu kakak agar semua cepat selesai.
"Woy apa ini ribut-ribut? Gak tau papa lagi capek apa" finally, suara laki-laki dewasa yang akhirnya mampu memecah keributan.
Inilah suasana keluarga ku, aku anak kedua dari 3 bersaudara. Aku mempunya kakak laki-laki yang umurnya hanya selisih 1 tahun, tapi sifatnya seperti anak umur 12 tahun. Aku juga mempunyai adik laki-laki yang umurnya baru 12 tahun tapi sok dewasa bak anak remaja 18 tahun. Papaku dosen dan mama ku dokter.
Daripada aku ikut dalam keributan yang pasti akan berakhir tragis karna semua akan kena marah papa, mending aku kembali menghias kue yang kubuat tadi.
Tiba-tiba handphone ku berbunyi. Layar handphone memunculkan satu nama, jingga. Entah aku harus mengangkat atau tidak tapi yang pasti satu, aku lupa dengan suatu janji yang kubuat kemaren. Dengan sigap aku langsung berlari ke kamar, mengganti pakaianku dan mengambil kunci motor. Setelah itu aku kembali berlari mengambil motor dan memacu kendaraan ini menuju cafe yang bernama cafe "sore"
Sesampainya di cafe aku langsung memarkirkan motorku dan saat aku membuka pintu, aku melihat seorang laki-laki yang sedang memainkan handphone nya, sepertinya sedang sibuk menelpon seseorang.
"Hey ga sorry tadi lupa" aku datang dan langsung meminta maaf karena keteledoran ku.
"Gapapa. Ada apa?"
"Ini ada hadiah buat ulang tahun kamu, sorry kalau ngrepotin kamu harus datang kesini" aku menyodorkan sebuah kotak berwarna hitam.
"Makasih ya. Oke aku balik dulu masih mau latihan futsal"
Aku membalas dengan senyum sebelum dia pergi.Aku masih tetap di cafe itu. Duduk ditempat yang sama di tempat jingga duduk beberapa menit yang lalu. Fantasi ku berkelana sejauh mungkin, berkhayal tentang ini dan itu. Tak lupa aku juga memikirkan bahwa perjuangan ku tidak akan mudah.
Terimakasih sudah membaca karya yang aku buat ini. Mari hargai karya orang lain dengan vote dan coment ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Yang Cerah
Teen Fictionternyata benar, tidak semua yang cerah itu dapat membuat bahagia. tidak semua senyum dapat bertemu bahagianya .tidak semua perjuangan bertemu hasilnya. tidak semua pertanyaan bertemu jawabannya.