Seketika aku mengumpat kesal ketika kedua kaki melangkah meninggalkan kelas. Bagaimana tidak kesal, salah seorang dosen pembimbing tiba-tiba menggeser jam mata kuliah pada malam hari karena sebuah urusan. Malam buatku adalah keadaan yang paling tidak kusukai. Karena saat malam tiba, 'mereka' pun muncul.
Sejak kecil aku terbiasa melihat keberadaan 'mereka', tetapi sekalipun demikian, rasa takutku pada 'mereka' tak pernah hilang. Beberapa orang, menyebutku indigo. Padahal aku tidak merasa terlahir seperti anak indigo yang lain. Aku tidak memiliki kemampuan melihat masa lalu, atau masa depan, membaca pikiran manusia, bahkan menggerakan benda hanya dengan pikiranku saja seperti yang dilakukan orang-orang indigo pada umumnya.
Karena mereka yang terlahir indigo, adalah anak-anak yang memiliki bakat khusus sejak lahir, yang tidak bisa didapat oleh sembarang orang. Melihat makhluk halus bukan berarti indigo. Seperti aku ini, aku hanya diberi anugerah ... Oh tunggu! Entah ini anugerah atau kutukan. Tapi kusebut ini, kutukan. Jadi terserah orang menyebutku apa. Aku tidak peduli.
"Nisa, kamu yakin nggak mau ikut kita pulang?" tanya Ferly sahabatku.
Kebetulan dia naik mobil Feri, pacarnya."Eum ... Nggak usah, Fer. Aku naik ojek aja," sahutku menolak ajakan itu halus. Walau sebenarnya ingin rasanya aku ikut dengan mereka. Tapi, aku sadar, kalau aku sering merepotkan. Terlebih arah tujuan kami yang berbeda.
"Ya udah deh, Hati- hati ya, Nis," katanya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
======Langkah kubuat sedikit cepat, saat menyusuri taman kampus. Suasana memang sudah sepi. Kampusku memang banyak didominasi pohon-pohon tinggi yang cukup rindang. Tujuannya agar para mahasiswanya bisa nyaman di sini. Untuk sekedar duduk di bawah pohon sambil menikmati udara segar, dengan pemandangan taman yang memang sejuk dipandang mata.
Untuk mereka nyaman. Tapi tidak untukku. Pohon tinggi dan besar biasanya salah satu tempat berdiamnya makhluk astral.Tiba- tiba bulu kudukku berdiri. Di ujung ekor mataku ada sebuah bayangan melintas, sekilas seperti kain putih yang berkibar-kibar tertiup angin. Namun, aku tau kalau itu bukanlah kain biasa, karena bayangan mengerikan mulai terlihat perlahan. Sesosok wanita dengan penampilan khasnya. Rambut panjang terurai acak-acakan, dengan wajah putih pucat mengerikan. Punggungnya berlubang, menampilkan organ dalam yang terlihat menganga lebar. Baunya busuk dan anyir. Tapi, bau wangi pun turut hadir mengiringinya. Sosok itu sudah biasa kulihat saat aku di sini, terutama malam hari. Biasanya aku tidak begitu takut karena ada teman-teman yang menemaniku, tapi sekarang? Aku sendirian.
Hihi
Suara tawanya yang nyaring sontak membuat bulu kudukku tak mau tertidur kembali. Terus meremang, tegak, membuatku sangat tidak nyaman.
Entah kenapa suasana sangat sepi. Padahal kulihat masih banyak motor berjejer rapi di Parkiran.
Aku masih belum berani menengok ke arahnya. Segera saja aku berlari secepat mungkin. Sampai pintu gerbang Kampus, aku menuju pangkalan ojek terdekat.
Kulihat makhluk itu masih saja mengikutiku dengan cara melayang.
Aku makin mempercepat lariku sampai-sampai tidak memperdulikan sekitar.Dan ...
Bruugg!
Sebuah mobil jeep hitam menabrakku hingga aku terpental jatuh. Aku mengerang kesakitan. Beruntung aku hanya terserempet sedikit.
Seseorang turun dari mobil itu dan menghampiriku."Ya ampun. Kamu nggak apa-apa? Maaf ... Ayo aku antar ke rumah sakit." Sepertinya dia orang yang telah menabrakku tadi.
Dia kemudian memapahku menuju mobilnya. Aku diam saja masih menahan sakit. Agak shock juga, karena kejadiannya begitu tiba-tiba sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei Gadis Indigo {tamat}
HorrorDILARANG COPAS, SHARE TANPA IZIN. Update ulang, karena sebagian cerita ini akan pindah ke platfom Fizzo. Dengan judul Nisa, si Gadis Indigo. Yang kangen Nisa Indra dan keluarga, yuk ikutin terus kami. ====== Aku Khaerunnissa.. Aku mempunyai kemam...