"Lo ... lo ... lo mau gak jadi pacar gue, Ta?" tanya Davian sedikit gugup. Attaya sempat terkejut. Namun, dua detik selanjutnya, ekspresinya kembali seperti biasa.
Attaya menggigit bibir bagian atasnya. Ia meremas roknya. "Gue ... gue mau kok, Dav." jawabnya. Ia sama gugupnya. Tapi, sampai detik ini, ia masih sanggup mengulas senyum tipis.
"Ini gue gak mimpi kan, Attaya Sayang?" Davian menepuk-nepuk pipinya. Ia menghela napas sebentar, lalu menyeruput sedikit es tehnya.
"Lo gak lagi boongin gue kan, Babe?" Pipi Davian memerah. Ia tersipu malu, "Oh ya ... ya ... ya u ... udah nanti malem gue jemput ya, kencan pertama gitu ceritanya, Babe."
Attaya terkekeh pelan sambil mengangguk, "Apaan banget sih lo! Lebay tau, gue malu."
"Gapapa, buat apa malu? Pacarannya sama cogan gini."
"Apaan sih! Ya udah sana. See you. Awas aja gak jadi!" ujarnya, lalu tangan cewek itu terangkat ke udara lalu melambai ke arah Davian pelan. Malu.
"Siap, Honey!"
Perasaan senang dan malu bercampur aduk. Sebagian dari dirinya senang karena bisa menjadi pacar Davian yang diidam-idamkan semua perempuan. Namun, sebagian dari dirinya lagi malu karena tingkah Davian yang sebenarnya memalukan. Bukan seperti yang ditampilkan di depan umum.
***
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah berpagar putih. Sejujurnya, di dalam mobil itu, Davian sudah berkali-kali menghela napas sambil mengelus dada. Dadanya berdegup kencang.
"Assalamualaikum. Selamat malam!" Davian menekan bel yang ada di dinding sebelah pagar.
"Waalaikumsalam. Mau pergi sama Tata ya?" Atha, abang Attaya, keluar dari dalam rumah kemudian tersenyum. Dada Davian berdegup tambah kencang sekarang.
"Iya, Kak? Eh, panggilnya apa ya?" Davian tersenyum kikuk. Tangannya terangkat lalu cowok itu memperkenalkan diri, "Davian."
Atha terkekeh pelan, "Oh, lo pacarnya adek gue ya? Omong-omong, gue Atha, abangnya Tata. Panggil aja Atha gak usah pake embel-embel. Gue kan masih muda."
Davian mengangguk pelan.
Tak lama kemudian, Attaya keluar dari dalam rumah. Kepala Davian yang tadinya tertunduk, sekarang terangkat. Ia benar-benar tercengang. Malam ini, Tata sangat cantik.
"Gue pergi dulu ya, Bang." ujar Attaya sambil membenarkan tali tasnya. Cewek itu menghampiri Davian yang sudah membukakan pintu mobil untuknya sejak tadi. Atha mengikutinya sampai pagar.
"Oke, hati-hati ya," Atha tersenyum. "Dav, jagain ya. Awas aja kalo berani macem-macem! Pulang tinggal nama lo!"
"Iya, Bang. Lagian, gue kan juga bisa jaga diri." Attaya mulai menaiki mobil sedan milik Davian.
"Iya, Tha, gue bakal jagain Tata," Attaya senang sekali karena Davian mulai memanggilnya dengan nama 'Tata'. Biasanya, nama 'Tata' hanya dipakai untuk orang-orang terdekatnya. "Gue jalan dulu ya."
Sumpah demi Pluto, malam itu, Attaya benar-benar senang. Ia ingin bersorak, tapi cewek itu masih tahu malu. Attaya hanya menyimpan kesenangannya di dalam hati. Ekspresinya biasa saja, tapi sebenarnya hatinya bersorak kegirangan.
Sayangnya, itu dulu. Dulu. Tidak berlaku lagi sekarang. Attaya mengutuk dirinya. Bodoh, bodoh, bodoh! Justru, hidupnya yang dulu kian berwarna, kini malah berwarna abu-abu. Hidupnya lurus-lurus saja. Sikap Davian yang sering membuatnya senyum-senyum sendiri malah berubah dingin. Semua kesenangan seolah-olah tak ada lagi bagi Attaya. Entahlah mungkin semuanya sudah terlambat. Ah!
***
mari kita ucapkan alhamdulillah! semoga kalian suka ya! kasih vote sama komen dong hehe.🌹❤
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Why
Teen Fiction[SEDANG DIREVISI] Ini kisah kita. Oh salah, ini kisah aku dan kamu yang dulu bersatu. Dulu adalah masa lalu. Saat dimana semuanya terasa indah sampai kamu meninggalkan aku tanpa alasan. amazing cover by @ginakudou