17

1.6K 53 3
                                    

Arloji yang melingkar di pergelangan tangan Attaya menunjukkan pukul 14.30. Attaya baru saja sampai di sebuah cafe yang cukup terkenal di daerah Jakarta.

Kursi yang tadinya masih kosong kini sudah terisi oleh sahabatnya. Attaya menyeruput minuman pesanannya perlahan, mendengarkan apa yang dibahas oleh sahabatnya sesekali menanggapi.

Cafe yang cukup ramai tak heran membuat barista-barista sibuk mondar-mandir. Cafe cukup bising, hingga lagu Versace On The Floor yang dipopulerkan oleh Bruno Mars terdengar samar-samar.

"Gue toilet dulu ya," izin Attaya yang mulai bangkit dari kursinya. Ia berjalan pelan menuju toilet. Toilet ramai oleh para pengunjung yang sibuk mengantre.

"Eh lo? Attaya bukan pacarnya Davian?" tanya seorang perempuan yang sepertinya sebaya dengan Attaya.

"Gue? Iya, lo siapa?" tanya Attaya.

"Kayak pernah kenal," batinnya melihat seorang perempuan yang seingatnya pernah satu sekolah dengannya.

"Iya," ujar perempuan itu sambil mencekal pergelangan tangannya "eh sorry, gue duluan ya."

Sepeninggalan perempuan itu Attaya hanya menggelengkan kepala pelan. Heran. Ia lupa dengan sosok perempuan itu. Tapi ia yakin, perempuan itu pernah satu sekolah dengannya.

Kedua kakinya membawa ia kembali ke mejanya. Kejadian tadi masih berlari-lari di pikirannya. Sekarang ia terlihat bingung, jari tangannya bermain gemulai di atas meja.

"Ta," panggil Damia ragu. Suaranya tertahan, bimbang harus memanggil atau tidak.

Yang dipanggil menoleh pelan, mengangkat alis tebalnya sebagai pertanda ia menanya.

"Nggak jadi." balas Damia. Ia memalingkan pandangannya ke bawah meja. Jujur, ia jadi bingung sendiri.

Lidah Attaya kelu untuk melakukan apapun, termasuk mempengaruhi mulutnya menjadi sulit dibuka.

Ketiga sahabatnya saling bertatapan, berpacu dengan pikirannya masing-masing, ada apa dengan Attaya yang notabene sahabatnya itu.

***

Sepulang dari cafe, Attaya langsung menghempaskan tubuhnya pelan diatas kasur yang empuk.

Pikirannya masih bercabang-cabang tapi lebih fokus dari yang tadi. Jujur saja, ia mengkhawatirkannya tapi ia sendiri bingung entah apa alasannya.

Attaya menghela napas berat, memiringkan tubuhnya ke arah tembok. Ia memejamkan mata berharap bisa melupakan kejadian tadi. Doanya saat ini semoga Allah melumpuhkan ingatannya dan menghapuskan tentang kejadian tadi.

a/n:

Haloha! Sekarang notes jadi a/n yhep. Btw, udah ada yang bisa nebak belum siapa yang ketemu Attaya di kamar mandi itu? Hihihi. Komen dong pendapat kalian dan jangan lupa vommentnya ya biar semangat nulisnya, he. Love you guys!

If You Know WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang