Keynal pov
Dipagi hari yang cerah. Aku duduk dibalkon sambil menikmati secangkir kopi panas yang baru saja kubuat. Sesekali kuhirup aroma khas kopi sebagai terapi alami indra penciumanku. Nikmat sekali.
Kucek beberapa email yang masuk pada notebook . Senyum mengembang diwajahku.
Akhirnya di Acc juga lamaranku"batinku.
Segera aku mengenakan pakaianku terbaikku sambil bersenandung kecil. Segera kupakai kemeja putih yang dihiasi dasi berwarna biru dongker dan celana kain berwana hitam serta sepatu pantofel hitam mengkilap yang baru saja aku poles. Serta tidak lupa jas warna senada dengan celanaku tak lupa kukenakan, hitung-hitung untuk menutupi lekuk tubuhku yang sixpack tercetak jelas pada kemejaku ini.
Untung kebiasaanku untuk bangun pagi sangat menguntungkanku, sehingga perjalananku bisa melenggang dengan cepat menuju tujuan dengan tepat waktu.
Segera kuparkiran mobilku dan berjalan cepat menuju receptionis dan menanyakan pertemuanku dengan HRM (Human Resource Manager) pada pukul 08.00 Wib.
"Selamat anda kami terima dan selamat bergabung diperusahaan kami Pak Keynal"jabat HRM yang bernama Naomi.
Segera kubalas perlakuannya sebagai formalitas dengan menerima uluran tangannya.
"Silahkan ikuti saya Pak Keynal, saya akan memperkenalkan hotel kami dan menunjukan ruangan anda, karna mulai besok Pak Keynal sudah bisa mulai untuk berkerja" tambah Naomi.
Selama berkeliling, Naomi sesekali mencuri pandangan kepadaku. Dasar cewe ganjen, liat cowo bening cepet. Seandainya aku masih jadi seorang Kinal. Boro-boro dilirik. Mungkin lamaran yang aku aplly ga bakalan di acc sama dia. Mungkin malah di delete.
Aku tau, resikonya jika jati diriku kebongkar sebagai transgender. Karna ya you know lah, di Indonesia, seseorang yang termasuk dari LGBT terutama menjadi seorang transgender masih menjadi hal yang tabu. Jadi, semua identitasku sebagai Devi Kinal Putri sudah aku rubah dan menjadi manusia yang baru. Kinal yang kalian kenal sudah mati dan terlahir kembali menjadi seorang Keynal. Deva Keynal Putra. Seorang lelaki, bukan wanita.
.
.
.
.
."Hai Keynal, chat gue diline kenapa ga dibales? tanya Nadse padaku ketika aku selesai pemanasan.
"Sory Nads, tadi gue lagi sibuk urusin kerjaan"balasku.
"Yaudah gapapa Nal, btw lu kerja dimana. Eh tar habis ini ada acara ga? Jalan yuk Nal" tanya Nadse bertubi-tubi dengan aksen manja.
"Gue kerja di Hotel Le Fort. Umm kapan-kapan aja yah Nads, gue mo persiapin buat hari pertama gue kerja, besok"jawabku jujur.
"Oh hotel Le Fort, itu kan eh umm ga jadi deh hehe"kata Nadse cepat.
"Itu kenapa?"tanyaku heran sambil menaikan alisku sebelah.
"Eh gapapa Nal, umm yaudah deh kalau lu ga bisa" kata Nadse dengan raut wajah dibuat kecewa.
.
.
.
.
.Pukul 20.00, aku sudah sampai diapartement. Segera ku membersihkan tubuh ini dari peluh yang telah melengket. Gerah sekali.
Kutatap tubuhku sehabis mandi yang hanya tertutup handuk dibagian privasi dari ujung kepala hingga keujung kaki dihadapan cermin yang seukuran tubuhku.
Kuperhatikan setiap jengkal perubahan tubuhku yang disengaja, serta dihiasi bulu-bulu tipis yang tumbuh diperutku yang berbentuk seperti roti sobek mengarah vertikal menuju alat vitalku yang sudah berubah dari bentuk awalnya.
"Wonderfull"gumanku.
Namun bekas jahitan pada pinggang bagian sebelah kananku masih berbekas dengan nyata. Sehingga membuat ingatanku yang lampau pada sejarah luka ini teringat kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
FanfictionAku kira dengan merubah takdir akan membuat kita akan bersatu tanpa adanya kerikil yang menghadang persamaan kita. -Deva Keynal Putra