SUDAH seminggu Sartono nganggur. Ia belum punya pekerjaan setelah di-PHK sebagai karyawan pabrik tekstil di Bilangan, Ajibarang. Tidak heran bila kemudian Surti, istrinya, selalu marah-marah karena uang belanja sudah menipis. Selalu menggerutu bila sartono bangun kesiangan.
Hari-hari yang dilalui Sartono seperti langit berselimutkan awan. Setiap usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan selalu berujung pada jalan buntu. Padahal, setiap malam Sartono selalu bangun tengah malam untuk sembahyang dan berdoa kepada Tuhan. Puasa Senin-Kamis juga dilakukannya
"Bersabarlah, Sar!" Dulkarim yang seminggu lalu pulang dari Saudi Arabia untuk melakukan ibadah haji itu memberikan nasihat. "Dengan bersabar, kau akan mendapatkan rezeki dari Allah pada waktu yang telah ditentukan.'
"Iya, Mbah Haji." Sartono yang merupakan tetangga dekat Dulkarim itu menjawap dengan ringan. "Aku percaya kalau Allah akan memberikan rezeki-Nya padaku pada waktunya."
Dulkarim tampak senang ketika Sartono dapat menerima nasihatnya. Selepas Dulkarim dari teras rumah Sartono, datanglah seorang laki-laki yang mengendarai sepeda motor baru. Ia yang mengenakan baju batik, celana coklat tua, dan sepatu hitam itu bernama Kuswadi. Teman SMA-nya dulu yang sekarang menjadi guru matematika di salah satu sekolah partikelir.
"Masuk, Kus!"
"Di teras saja. Di sini udaranya tidak terlalu panas."
"Ngopi?"
"Tidak usah. Aku hanya sebentar."
"Cuma mampir saja?"
"Ya tapi, ada sesuatu yang perlu aku sampaikan padamu."
"Sampaikan saja!"
Ok terima kasih ya udh baca cerita aku, aku bakal lanjutin jika kalian banyak yang coment ya??
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Bekas Kuburan
HorrorSelamat membaca mungkin ini tidak terlalu menarik buat kalian