"D-dimana aku?"
"Apa yang terjadi?"
"Siapa namaku?"Mataku terbuka sedikit demi sedikit, cahaya menyilaukan menusuk mataku. Aku melihat seorang wanita yang menatapku. Aku berusaha langsung berdiri. Gadis itu terkejut ketika aku bangun, dia pun menuntunku duduk.
"Dimana ini?" Tanyaku lirih sambil memegang kepala yang sedikit terasa pusing. Disaat dia akan menjawabnya, tiba - tiba ada gadis lain yang datang.
"Iraaa!!!" Panggil gadis lain padanya. Gadis yang dipanggil Ira itu hanya menengoknya.
"Wooh, dia sudah bangun ternyata." ucapnya. Ira hanya mengangguk.
"Alo, namamu siapa?" Dia langsung menanyakan nama padaku.
"Entahlah, aku tidak bisa mengingat apapun."
"Sepertinya kamu terkena amnesia, kalau begitu mari ikut kami ke rumah kami." Ajak Ira padaku.Diperjalanan mereka memperkenalkan diri padaku, gadis yang meminjamkan pangkuannya untukku saat ku pingsan tadi bernama Ira, sedangkan dia sendiri adalah Dorothy.
"Sifat mereka berkebalikan," pikirku sesaat.Sesampainya dirumah, aku diajak berkeliling oleh mereka. Mereka bilang 'anggap saja ini rumahmu'. Karena kebaikan mereka, aku memutuskan untuk membalas kebaikan mereka dan tinggal disana sampai ingatanku pulih kembali. Kehidupan kami bertigapun dimulai dari sekarang, kami saling membagi tugas untuk bersih - bersih dan sebagainya. Pada pagi hari sebelum mereka bangun, aku sudah bangun dan memasak sarapan.
"Huuaaahh, heh?!" Dorothy datang sambil menguap, lalu terkejut dengan meja makan yang penuh dengan makanan.
"Kamu membuat ini semua?"
"Tentu, sekarang kan yang sedang dihadapanmu itu diriku. Bukan orang lain," jawabku. Disusul dengan Ira yang baru selesai membasuh muka, "Kau hebat."
"Hahaha masa sih? Ini biasa saja," Ucapku.
"Bukannya ingatanmu itu hilang?" Tanya Ira.
"Iya, aku masih belum mengingat apapun, tapi entah mengapa aku bisa memasak ini semua." "Hmmm, tidak usah dipikirkan lagi. Mari kita makan," ajak Dorothy.
"Silahkan dinikmati," ucapku sambil tersenyum.
"Wira, masakanmu ternyata enak juga." ucap Dorothy. "Wira?" tanyaku.
"Iya kami memutuskan untuk memanggilmu Wira, kau tak suka?" Tanya Ira.
"Tidak, aku sangat suka."
"Syukurlah kalau begitu," Ira melempar senyumnya kepadaku. Kami memulai kehidupan kami bersama. Pagi aku menyiapkan sarapan, Dorothy membersihkan halaman, dan Ira membersihkan rumah. Saat siang kami berkumpul bersama untuk bercanda dan bercengkrama, serta pergi ke kebun untuk memanen atau merawat kebun. Saat malam kita berkumpul lagi dan memulai bercengkrama lagi. Seperti itu kehidupan kami sehari - hari. Rasa yang telah lama hilang ini seperti kembali lagi, rasa disaat aku memiliki keluarga yang utuh. Sangat senang, aku berharap kita bertiga bisa bersama untuk selamanya."Bangun woi, Dorothy. Aku tahu ini hari bebasmu dari pekerjaan rumah, tapi setidaknya bantu aku memasak!" Ucapku seraya membangunkan Dorothy.
"Nggghhh, lima menit lagiii~!!" Ucapnya. Aku memutuskan untuk menggeretnya dari kamar, ku pegang kakinya lalu kutarik hingga terjatuh dari tempat tidurnya. "Aduh," Dorothy terbangun sambil memegangi jidatnya yang memerah karena terjatuh.
"Bangun cepat, kami sudah menunggumu dibawah!"
"Iya iya, aku sudah bangun sekarang." Selesai makan, mereka berdua mengajakku pergi jalan - jalan.
"Kita mau kemana?" Tanyaku.
"Sudah ikut saja Wira," ucap Dorothy. Setibanya di tempat yang mereka ajak, aku tercengang. "Indah bukan," ucap Ira. Mereka berdua tersenyum. "Ayo main, ahahaha," Ucap Dorothy. "Ayo!," Selang beberapa menit bermain bersama, aku melihat ada pohon besar di tengah tengah lapangan bunga. Aku mendekatinya, ku menoleh ke belakang. Mereka berdua sedang asik bermain. Aku merasakan sesuatu yang aneh, kepalaku terasa pusing. Pandanganku mulai buram, aku mulai terjatuh pingsan. Aku melihat mereka berdua menghampiriku, kulihat Dorothy meneriaki namaku sambil meneteskan airmata. Ira juga meneteskan air mata.
"Jangan menangis, aku tidak apa apa," ucapku dalam hati. Disaat kesadaranku mulai hilang, aku seperti melihat kilas balik sebelumnya.
"Dimana ini? Apa yang terjadi? Perasaan aku masih bermain bersama Ira dan Dorothy tadi," ucapku.
"Hah, siapa itu? Apa itu aku?" Aku melihat 2 orang tua dan 1 anaknya yang sedang bergandengan satu sama lain, mereka terlihat bahagia.
"Apa itu aku?" Setelah itu terlihat kenangan kenangan lainnya, kebersamaan, kehangatan keluarga, adik. Hingga tiba pada saat yang aneh, aku beranjak dewasa. Aku melihat sesuatu yang mengerikan, manusia mati satu persatu karena sesuatu hal. Aku mencari tau hal itu, dari kenangan ini aku mendapatkan jawaban. Bahwa telah tercipta program yang bernama "Mother". Dia membackup dunia ini dari awal hingga hari ini tiba, aku tak tau maksud dari semua ini. Pikiranku bergejolak, aku tak tau harus berbuat apa."Mother" telah memberhentikan kemampuan manusia untuk berkembang biak, program ini mengekang manusia. Aku melihat diriku sedang berusaha untuk menon-aktifkannya.
"Ah sial, kenapa aku tidak menyadari kesalahan kecil dari program ini dengan cepat." ucapku dengan cemas.
"Apakah hanya ini hal yang bisa kita lakukan, Wira?"
"Aku tak tahu, aku akan menon-aktifkannya, semoga dunia bisa kembali."
"Bukankah itu sudah terlambat?" wanita ini tersenyum sambil meneteskan airmata.
Aku lemas lunglai, tanganku sudah tidak bisa mengetik lagi. Kuputuskan untuk membuat virus dan menon-aktifkannya. "Aku akan memasukkan virus ini dan menonaktifkan Mother, walaupun ini adalah akhir dari umat manusia. Aku berharap ada kehidupan ke 2." Kami berdua terduduk dan menunggu ajal kami menjemput karena radiasi dari nuklir yang pecah. Kami melihat matahari terbit untuk terakhir kalinya.Tiba - tiba semuanya menjadi hitam, aku mulai terbangun dari pingsan. Kulihat Ira dan Dorothy, tetapi raut wajah mereka berubah.
"Jadi, kalian sudah tau semua ini?"
"Ya, kami sudah tau," ucap Ira.
"Padahal aku berharap ini adalah kenyataan, ternyata bukan. Jadi ini dimana?"
"Ini berada di dalam mother, kau adalah virus. Wira, sebenarnya dirimu membackup dirimu sendiri dan menjadikannya virus, lalu melumpuhkan Mother dari dalam. Selama kamu tidak mengingat masa lalu itu, maka dunia ini akan utuh." Jelas Dorothy.
"J-jadi? Ketika aku ingat . . ."
"Ya, dunia ini akan menghilang. Kami juga akan menghilang. Pertemuan yang singkat, tapi kami sangat berterima kasih. Terima kasih Wira." Mereka berdua melempar senyum mereka. Aku hanya bisa terdiam, aku meneteskan air mata melihat mereka berdua beserta dunia ini perlahan menghilang.
"T-tapi kenapa kalian ikut menghilang? Bukankah yang diincar virus adalah inti dari Mother?" Tanyaku.
"Kami adalah bagian dari virus pertama yang kau kirimkan, tetapi kami gagal. Aku dan Dorothy tidak bisa aktif tanpa adanya pemicu, kau menyadarinya setelah mengetahui bahwa tidak ada yang berubah pada sistem Mother. Setelah itu, kamu mem-back up dirimu dan menjadikan back up itu sebagai virus Trojan. Virus itu berhasil, kami berhasil diaktifkan. Akan tetapi disaat kami menon-aktifkan Mother, kami menjadi bagian dari Mother itu sendiri. Sedangkan kamu adalah sebuah program yang didesain untuk menghapus Mother." Ucap Ira.
"Tidak mungkin." Ucapku tak percaya."Wira, kamu sekarang adalah inti Mother. Rawatlah Mother, dan jangan aktifkan Mother. Selama ini kami menjaga Mother tetap mati agar tidak merusak ekosistem lagi, sekarang adalah giliranmu untuk menjaganya." Kami berpelukan sangat erat.
"Terima kasih semuanya, karena kaian telah memberikan kenangan yang sangat berharga untukku. Kenangan yang tidak pernah aku daoatkan lagi setelah orang tuaku meninggal." Mereka meneteskan air mata, aku pun demikian.
"Hum," ucap Ira.
"Terima kasih, atas semuanya."
"Aku akan selalu menunggu kalian disini."
"Hum" ucap Dorothy.
"Kita pasti akan bersama - sama lagi."Ucap Ira.
Merekapun perlahan - lahan menghilang, dunia ini menjadi hitam. Lalu muncullah sebuah program yang sangat kecil, aku pun memencetnya.
"I-ini, ini adalah kenangan mereka sebelum aku sadar." Aku mendekap program itu, memeluknya dengan erat. Air mataku mengalir. Lalu aku mulai membangun dunia ini lagi dengan program yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOTHER
Science FictionTidak pernah disangka - sangka, kesalahan kecil ini dapat menjadi malapetaka bagi seluruh dunia.