Final

592 51 0
                                    

Di salah satu sudut ruangan Corso Como Cafe, lima laki-laki berkumpul. Duduk mengelilingi meja. Jika diperhatikan, mungkin meja tersebut yang paling ramai. Makanan dan minuman sudah berada di hadapan, tapi tak diacuhkan. Mereka sibuk bercanda, meledek satu sama lain, dan tertawa dengan bahagianya.

"Seungcheol-ah, hentikan."

"Benar, Hyung. Hentikan itu."

"Kalian tidak perlu mengumbar kemesraan kalian."

"Ah, wae?!"

Beberapa pengunjung yang duduk tak jauh dari meja mereka terlihat terganggu. Ada yang melihat dengan tatapan teguran, sinis, tapi ada juga yang malah menonton.

"Jangan keras-keras!"

Kemudian hening.

Jisoo, penyebab keheningan itu, kemudian menarik piring dan memakan makanannya. Mengabaikan tatapan dari keempat temannya.

"Aku baru sadar kalau Jisoo-hyung yang paling diam hari ini," celetuk Seokmin, lelaki dengan senyum matahari, yang duduk tepat berhadapan dengan Jisoo.

"Ah, benar juga," sahut Seungcheol, yang paling tua di antara mereka.

"Jarang mengeluarkan suara, padahal biasanya juga ikut gila," timpal Mingyu, lelaki tampan bertaring panjang yang kelebihan kalsium.

"Apa kau sakit, Jisoo-ya?" tanya Jeonghan, lelaki berambut sebahu yang dijuluki 'malaikat', sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Jisoo.

Jisoo menghela nafas, kepalanya terangkat setelah menelan makanannya. "Kalian terlalu berisik. Tidak sadar kalau orang lain jadi terganggu?"

Seokmin ikut menghela nafas, "Biarkan saja. Kita juga bayar, kok, disini," jawabnya, kemudian mendapat anggukan mantap dari Mingyu.

Seungcheol merangkul bahu Jeonghan, "Biasanya bahkan lebih parah dari ini, kau diam saja. Kenapa sekarang begitu?" tanyanya sambil mencium rambut Jeonghan dari samping.

Jeonghan segera mendorong kepala Seungcheol dengan tangannya, sementara Jisoo menatap keduanya iritasi.

"Kubilang hentikan, Cheol-ah!" kesal Jeonghan, sejak tadi rambutnya terus dicium oleh lelaki berlesung pipi itu. Risih.

"Seungcheol-hyung mulai lagi," gumam Mingyu malas. Dia menarik jus yang tak jauh darinya dan meminumnya santai. Kemudian terdengar protesan 'That's mine!' dari Jisoo dan wajahnya mendapat lemparan tisu bekas.

Seungcheol berdecak, "Siapa suruh rambutmu panjang," katanya santai. Tangannya meraih rambut Jeonghan dan menciumnya, lagi.

"Kalau begitu panjangkan rambutmu sendiri," Jeonghan mengibaskan rambutnya, mengenai mata Seungcheol. Tepat sekali.

"Kusarankan kalian cepat official, Hyung," ujar Seokmin. Dia segera menyibukkan diri dengan makan setelah mendapat tatapan tajam dari teman-temannya.

"Ah! Jangan-jangan Jisoo-hyung lebih diam hari ini karena Seungcheol-hyung dan Jeonghan-hyung?"

Mingyu tiba-tiba saja menjentikkan jari dan berucap demikian. Seokmin membulatkan mata. Seakan diberi aba-aba, keduanya menoleh dan bertatapan.

"Maksudnya?" Jisoo bertanya dengan wajah tidak senang.

"Kau tidak perlu iri, Hyung. Masih banyak, kok, di luar sana yang bisa kau jadikan pacar," kata Mingyu dengan senyum menyebalkannya, setidaknya seperti itu bagi Jisoo.

"Benar. Wajahmu juga tidak jelek-jelek sekali, Hyung. Pasti mudah dapat pacar," Seokmin menimpali. Senyum lebarnya terkembang saat Jisoo meliriknya tajam.

Confession [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang