Menyerah atau tetap bermimpi..

74 19 11
                                    

Mimpi? Apa itu mimpi? Bisakah aku tetap bermimpi? Bisakah aku meraih apa yang aku inginkan? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang terus membanjiri pikiranku saat ini. Aku menghela nafas dalam dan merebahkan tubuhku di tempat tidur sembari memandangi langit-langit kamar yang berwarna biru pudar. Lalu sesaat kemudian kuputuskan untuk menarik selimut kesayanganku menutupi seluruh tubuhku, hingga menyembunyikan wajahku dibaliknya. 

Aku memejamkan mata sejenak dan berharap pikiran ini dapat berhenti memikirkan hal-hal yang aku sendiri tidak mengerti jawaban dan kepastian dari semua pertanyaan ini. Namun, tetap saja pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala dan akhirnya aku menyerah. Dengan cepat, aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil buku hitam usang yang ada di meja belajar di sudut ruangan. 

Hampir satu tahun aku tidak membuka buku hitam itu sehingga partikel-partikel debu menebali buku tersebut. Segera aku mengambil tissue dan membersihkan debu yang menempel di buku yang pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku.

Ya, satu tahun lamanya buku itu ada di meja belajar dan rasanya aku hampir melupakannya. Buku hitam bertuliskan Key of my heart merupakan buku yang aku tulis sejak berada di bangku SMA. Pernah aku mengejar sesuatu yang sangat aku impikan. Pernah satu kali dalam hidup aku menginginkan segala hal yang ada di dunia. Namun, semakin dikejar mereka justru menjauh dari hidupku bahkan hilang begitu saja. 

Dalam buku tersebut secara gamblang aku menuangkan impian sewaktu lulus SMA. Tidak hanya berisi impian yang ingin aku dapatkan, namun juga menyimpan berbagai kenangan  bersama mama dan papa sebelum pada akhirnya mereka pergi untuk selamanya.

Sejak saat itu, apa yang tertulis di dalam key of my heart menjadi sia-sia ketika aku dihadapkan pada sebuah kenyataan. Kenyataan yang merengut segala keberanian dalam hidupku. Kenyataan yang seketika itu menarik semua angan-angan dan menghentikan langkah kaki ku untuk mengejar impian itu.

Bisa dibilang hingga saat ini aku tidak bisa berhenti untuk menyerahkan mimpi yang telah dibangun bertahun-tahun lamanya begitu saja. Hanya saja di dalam hatiku yang paling dalam, aku mulai ragu dan bertanya apakah aku berhak untuk tetap bermimpi? apakah aku berhak untuk mengejar impian itu? Atau, lebih baik aku menyerah dan melupakan segalanya? 

Melupakan impian untuk bersama kamu, sosok yang mampu membuka gembok yang terpasang erat di hatiku.. Atau.. haruskah aku terus bermimpi?

Key of my heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang