Kematian itu datang bagai tetesan air hujan yang tak henti-hentinya turun. Hari ini seseorang mati ! besok 2 orang mati ! esoknya lagi beberapa orang akan mati ! menghindari lingkaran maut adalah perbuatan yang sia-sia. Kematian itu juga sangat relative, kadang ada yang tewas karena kepalanya dipenggal, kadang ada yang karena sakit. Kadang ada yang mati dengan tenang, kadang ada pula yang mati karena disiksa, dimutilasi, leher patah, atau bahkan kecelakaan.
Bagaimana manusia bisa menikmati momen dimana mereka akan mati ? sedangkan manusia sedang berusaha untuk mencari kebenaran dalam hidupnya. Padahal tanpa perlu dicari mereka sudah tau kebenaran akhir yang akan mereka dapatkan, KEMATIAN.
Apakah kematian itu hanya sekedar istilah ? sebuah nama ? atau sebuah bagian doa untuk yang maha menguasai setiap inci dari ciptaan di dunia ? apakah manusia sedang berusaha mencari kebenaran dari tiap titik temu antara kehidupan dan kematian.
Pertanyaanya ? bagaimana bisa manusia menghindari apa yang sudah sejak awal menjadi bagian dari diri mereka sendiri dan bahkan tidak tahu sama sekali apa itu.
Namun sayangnya kali ini aku tidak akan bercerita tetang seseorang dengan leher terpenggal yang mengalirkan darah dipotongan nadinya yang terputus. Tidak juga tentang seorang pertapa suci yang sedang mencoba mencari tahu apa makna hidupnya dan menjadi pertapa dengan janggut putih panjang dan kepala yang botak. Tidak juga cerita tentang seorang anak kecil yang meringkuk di bawah jembatan dengan sebatang korek api yang entah mengapa bisa memberinya rasa hangat.
Tidak, aku jauh dari kata tertarik untuk membahas hal-hal seperti itu saat ini. Karena sekarang aku akan menceritakan tentang bagaimana -cara memasak mie rebus *Plakk- 2 orang yang saling mencintai, saling memiliki, dan saling membutuhkan disaat pertemuan mereka sendiri sudah mengisyaratkan sebuah perpisahan. Apakah mereka memilih bersatu dan membangun sendiri kerangka takdir yang mereka inginkan ? apakah konflik antara mereka akan mengikis rasa yang mereka bangun ataukah akan membuatnya makin kokoh.
Hingga pada akhirnya nanti kalian akan tahu bahwa cerita ini memiliki akhir yang bahagia, tapi apakah kalian yakin cukup untuk mengetahui endingnya ? tanpa mengetahi apa yang mereka lalui untuk secarik kata bahagia itu ? hingga mereka bisa saling membagi -uang *eh- cinta yang mereka miliki.
Cerita ini tentang 2 orang yang berbeda. Seorang dengan mata bulat yang meneduhkan dan seorang dengan mata bulan sabit yang membawa senyuman. Seorang dengan tubuh besar tinggi yang membuat bayangannya terasa sangat jauh untuk di gengam dan seorang bertubuh mungil yang terlihat rapuh. Mereka berbeda. Tetapi senyuman itu, debaran itu, dan semua rasa bimbang yang mereka terima bukanlah hal yang berbeda. Hanya saja, hati mereka penuh keraguan.
Akan kubawa kalian ke dunia Park Chanyeol idiot yang manja dan Byun Baekhyun si manis yang cerewet.
***
ciaoooosuuu~
kemabli lagi bikin FF, kali ini castnya Chanbaek, Hunhan, dan Kaisoo. supported by member EXO hahahahaha
semoga terhibur.
jangan khawaatir, pengantar ini belum menggambarkan apapun. kan gua ngga suka alur yang terlalu menyiksa, gua lebih suka yang mengalir seperti susu rusa Luhan *plak
pengantar ini cuman mau tau ada yg exited tidak dengan FF ini. kalau iya postnya ku percepat, kalau enggak yah sesuai rencana, ku post setelah Fade Out sama IDCIL tamat hohoho
![](https://img.wattpad.com/cover/103074707-288-k835965.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH~ (ChanBaek, HunHan, Kaisoo)
FanfictionWarningghhh~ ahh : boyxboy, typo, bad writer Main cast : Chanbaek, HunHan, KaiSoo Semua bermula ketika... "Kau menyentuhnya ?" "Aku hanya boleh mencintainya, dia yang pernah membelaku" -PCY "Ini sesuatu yang berharga, dari orang yang berharga" - BB...