Semoga hujan tidak turun hari ini. Karena hari ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan untuk Rini.
Ayahnya akan mengajaknya untuk pergi memancing di danau sore nanti. Sudah sedari tadi Rini bersiap-siap.
Ia menyiapkan berbagai perlengkapan memancing seperti kail, umpan, dan tak lupa ia kemas dengan rapi dua pasang pancingan berukuran sedang peninggalan kakeknya.
Rini mengenakan rok merah polkadot dengan atasan berwarna senada dan tak lupa ia pakai topi berwarna coklat dengan animasi sapi mungil kesayangannya.
"Rini.. sudah siap sayang?" suara Ayah sedikit mengejutkan Rini yang tengah asik berkemas.
"I- iya Ayah. Sebentar lagi, ini Rini lagi siapin umpan." tangan Rini mulai membuka kotak makan berwarna putih transparan yang biasa ia gunakan untuk membawa bekal ke sekolah. Rini menyobek kecil-kecil roti isi yang seharusnya menjadi sarapan. Roti isi itu akan ia jadikan umpan memancing.
"Loh Rini, kenapa rotinya diacak-acak begini Nak?" kali ini giliran Bunda yang bertanya pada Rini.
Gadis ini diam sejenak, lalu
memamerkan deretan gigi kuning dan ompongnya. Maklum, Rini jarang sekali menyikat giginya."Ini buat mancing Bun." jawab Rini sambil terus menyobek-nyobek roti itu dan menyusunnya di dalam kotak bekal.
"Ya ampun Rini, ikan itu gak doyan roti isi tau." Bunda mengambil roti isi yang masih utuh dan mengamankannya.
"Tapi.. Rini, Ayah, Bunda, semuanya suka roti isi kok. Terus kenapa ikan gak suka? Hari ini ada tambahan keju lagi, yakan, Bunda?"
Seketika rumah Rini dipenuhi gelak tawa hangat dari keluarga kecil mereka.
Tapi lain lagi dengan keluarga Erlang. Ayah dan Ibunya terus bersahut-sahutan dari siang hingga malam.
Entah apa yang mereka ributkan, mereka tetap berkelahi
tanpa perduli dengan lelaki kecil
yang setiap malamnya meringkuk
dan menangisi keluarga malangnya."Ma, Erlang mau main."
"Main kemana sore-sore begini?"
"Cuacanya lagi bagus, Erlang mau mancing Ma."
"Daripada mancing mending kamu naik ke kamarmu terus kerjain tugas sekolahmu."
"Tapi Ma, kemaren Erlang udah Mama larang ke luar, hari ini boleh ya Ma?" Pinta Erlang dengan sedikit memohon.
"Mama bilang engga, itu ya engga."
Wajah Erlang menjadi sendu.
Ia tau jika Mamanya tidak akan membiarkan dia main ke luar rumah seorang diri layaknya bayi.
Padahal tahun ini Erlang genap berusia 11 tahun."Sampai kapan kamu kekang Erlang?"
Suara berat khas bapak-bapak terdengar dari kejauhan dan langsung membuat Erlang menatap pria itu. Yang tak lain adalah ayah kandungnya."Sana kamu pergi mancing tapi, ingat pancingannya harus dibawa pulang ya? Jangan ketinggalan kayak waktu itu ya Nak." Ujar Papa Erlang sambil mengusap kepala anak laki-lakinya dengan penuh kasih sayang.
"Siap Pa." Erlang menganggukkan kepalanya dengan cepat dan langsung keluar rumah untuk pergi memancing.
Erlang pergi memancing dengan semangat. Sepanjang jalan, wajahnya hanya dihiasi dengan senyuman.
Suasana hatinya sedang baik saat ini. Tidak terlalu baik sebenarnya karena ia tahu bahwa ketika ia pergi dari rumah tadi, Mama dan Papanya akan mulai bertengkar untuk yang kesekian kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
Romance"Aku suka musik itu. Rasanya tenang kalau dengerin musiknya, hatiku juga jadi lega. Kenapa kamu gak suka?" Teruntuk gadis berkulit coklat dengan kacamata besarnya. Aku juga suka dengan musiknya, sangat suka. Maaf karena aku baru bisa menjawab perta...