Siang ini, aku ada janji dengan Reon. Kami berencana untuk menonton film bersama di bioskop. Bersama teman temanku.
Pukul sudah menunjukan pukul 11.30 Siang, aku langsung bergegas pamit dan mencari taksi. Sesampainya di mall yang sudah kami sepakati, aku langsung mencarinya di titik pertemuan. Tidak ada.
Sebenarnya, kami akan bertemu pada pukul 12 siang, tetapi ini sudah menunjukan pukul 1 siang. Tidak ada tanda tanda darinya. Bahkan ia tidak menghubungiku. Ah sudahlah, akhirnya aku pergi dari tempat itu. Aku hanya berjalan jalan sendirian disana pada akhirnya aku tidak ikut teman temanku menonton film. Pukul sudah menunjukan jam 4 sore, tidak ada tanda tanda apapun darinya, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Maaf Reon.
Besok paginya, ia tidak ada di sekolah, ia tidak masuk. Malamnya, bahkan ia tidak meberiku kabar mengapa ia tidak datang ke sekolah. Aku khawatir.. Sudah berkali kali kuhubungi, tidak ada jawaban apapun. Linenya belum dia baca sejak hari dimana kami berencana untuk menonton, BBM nya bahkan ceklis, Bertanda handphoneya tidak aktif. Di sekolah, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Dimana dia?
Sudah hampir 2 minggu ia tidak masuk sekolah, bahkan tidak dapat dihubungi. Aku khawatir, kemana dia? Tidak ada kabar apapun darinya, bahkan wali kelas kami mempertanyakan keberadaannya. Akhirnya, aku dan wakil ketua kelas sebagai perwakilan kelas mengunjungi rumahnya. Tidak ada orang disana. Kosong, bahkan halamannya seperti sudah ditinggal cukup lama oleh pemiliknya. Sampah berserakan, daun daun jatuh seiring ditiup angin, bahkan kulihat burung yang mereka pelihara sudah berupa mayat. Artinya, pemilik rumah ini sudah lama meninggalkan rumah.
Akhirnya kami memutuskan untuk bertanya pada tetangga sekitar, ada apa dengan rumah ini. Hasilnya nihil, tidak ada yang mengetahuinya. Mereka bilang, sang pemilik rumah tak pernah keluar sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya terdengar pertengkaran kecil, lama lama suara pertengkaran itu menghilang diiringi oleh hilangnya tanda tanda kehidupan di rumah itu.
Kami memutuskan untuk membujuk warga sekitar untuk mendobrak pintu rumah. Setelah berusaha cukup lama karena pintu yang digunakan adalah pintu kayu yang cukup kuat, kami dapat masuk ke rumah itu. Bau darah, wangi nanah serta bau besi berkarat langsung mencolok hidung kami semua. Aku tak kuat dengan wangi ini. Aku langsung menutup hidungku dengan tangan, lalu menyusuri satu persatu ruangan disana. Hingga di satu ruangan, disana..
Disana tercium bau bangkai busuk yang sangat menyengat, para warga langsung mendobrak pintu itu. Anehnya, wangi itu tidak tercium keluar rumah. Saat pintu terbuka, disana.. Disana terdapat potongan potongan tubuh, bola mata, telinga, paru paru, jantung, jari jari, semua terususun di dalam toples toples kaca. Sontak, kami langsung berhambur keluar rumah, lalu menghubungi polisi.
^^^^^^^^^^^
Disini, aku menangis, menangis sekuat tenaga saat satu mayat ditemukan di dalam lemari di ruangan itu. Mayat itu.. mayat seorang yang kusayangi. Mayat seseorang yang membuat ku menjadi ceria lagi, mayat yang sudah mempersatukan lagi hati ku. Dia, Reon.
Aku tak percaya semua ini, bagaikan mimpi terburuk yang pernah aku alami. Aku, melihat dengan kedua mataku sendiri, mayat itu dimasukan kedalam kantung mayat, menyisakan semerbak bau bagkai yang tercium sangat menyengat. Tapi, aku tak peduli. Apa kalian tahu bagaimana rasanya berada menjadi diriku saat ini?
Rasa antara sakit, sedih, perih, dan juga kecewa, menjadi satu. Menjadi kesatuan yang sempurna. Aku terluka. Untuk kesekian kalinya.
Mengapa? Mengapa semua orang yang kusayangi selalu pergi. Reon, orang yang paling kusayang saat ini, pergi meninggalkanku. Sayangnya, ia pergi bukan untuk sementara, ia pergi untuk selamanya, meninggalkan kasih sayang juga kenangan indah dihatiku. Meninggalkan segala candaan yang membekas dihati ini. Terakhir kali ku melihatnya, ia masih tertawa dan tersenyum denganku. Tapi apa sekarang, tidak ada lagi senyumannya, senyuman yang ia beri setiap kali aku memandangnya. Tidak ada lagi canda tawanya, candaan dan tawa itu, kurindu. Tidak akan ada lagi penyemangatku untuk pergi kesekolah. Kini, disinilah aku. Dibawah hujan tepat di depan rumah Reon. Hujan..
Hujan deras mengiringi suara tangisku, hujan mengiringi tubuhku menuju kesedihan mendalam. Siapa? siapa yang tega membunuh seorang anak yang ceria juga baik? Siapa yang tega untuk membunuhnya dengan cara yang sekeji itu? Sekejam itu? Siapa yang berani membayangkan dimana saat seorang yang sedang semangat semangatnya masuk sekolah dibunuh dengan cara dicincang seperti daging sapi?
Apa kalian sanggup membayangkan jika kalian berada di sisiku? Menangisi orang yang berjasa. Seorang yang selalu sabar menghadapi segala macam rintangan. Seorang yang selalu membuat kalian bahagia, seorang yang selalu membuat kalian dapat melupakan segala kesedihan di dunia ini dengan canda tawanya. Saat kalian sudah sangat menyayanginya seperti kalian menyanyangi keluarga kalian? Seseorang yang telah membawa kebahagian yang membekas dihati juga pikiran kalian. Lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata perpisahan. Bagaimana rasanya? Mungkin tidak terlalu membekas bila ia hanya pergi dari hidup kalian. Tapi bagaimana rasanya bila ia pergi dari dunia ini untuk selamanya?
SELAMANYA...
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Hari ini, tepat hari pemakaman Reon. Dua hari setelah kejadian itu. Apa yang sudah kulakukan? Menangis sepanjang hari meratapi apa jadinya aku tanpanya? Membayangkan aku tanpa senyumannya setiap hari. Membayangkan apa yang akan terjadi padaku kedepannya. Apa bisa aku tersenyum lagi? Apa bisa?
Sore sudah tiba, matahari sudah tertutup awan hitam. Mereka seperti mengiringi kepergian Reon, mengiringi kembalinya Reon kepada yang menciptakan. Saat tubuh Reon mulai memasuki tanah, air mataku kembali jatuh. Aku, menangis disini sebagai temannya yang paling kehilangan, untukku ia lebih dari sekedar teman. Ia sudah seperti kembaranku sendiri. Sudah seperti keluarga. Keluarganya, tidak ada yang tersisa. Semuanya dibunuh dengan keji. Hanya Reon yang menyisakan tubuh yang utuh walau tanpa bola mata dan bekas sayatan yang kutebak oleh silet. Perlahan, tapi merusak.
Saat tubuhnya sudah masuk kedalam liang lahat sepenuhnya, hujan deras turun, hujan yang akan menjadi saksi terduduknya aku disini, dipinggir liang lahat Reon. Sambil menaburkan bunga yang sudah basah, aku terududuk tanpa peduli bajuku yang kotor akibat tanah yang basah ataupun yang lainnya. Yang kutahu sekarang adalah ia sudah pergi. Pergi untuk selamanya.
"Reon, gw kangen elo. Kangen senyum elo. Kangen segala tentang elo. Kenapa elo ninggalin gw? Kenapa Yon?! Kenapa??", aku berbicara sambil menangis dibawah hujan. Berbicara kepada orang yang telah tiada, untuk selamanya..
Gatau kenapa genrenya jadi horror begini, pake ada potongan tubuh. Bodo ahhh.. Nextnya bakal jadi happy kok!!! Tenang aaja!! Bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
He.
RandomDisaat seorang gadis yang mempunyai pacar tapi seperti tidak mempunyai pacar. Pacarnya cuek! Secuek cueknya pacar, yang ini lebih parah! Saat sudah putus? Perjuangan move on sang cewek yang begitu besar mempertemukan si cewek dengan satu cowok, cowo...