1

218 11 6
                                    

Aku berjalan tergesa-gesa menuju café itu, menemui orang yang sudah menungguku di sana, aku masuk dan langsung melihatnya sedang duduk dan hei dia tidak sendirian, dia bersama seseorang, seseorang yang sangat aku kenal, hatiku bertanya-tanya kenapa dia menemuiku dengan seseorang itu, ada apa? Tanyaku dalam hati, aku cepat-cepat melangkahkan kakiku menuju tempatnya berada, dan aku disambut oleh senyumnya, aku terperangah hei dia tersenyum padaku, tidak biasanya dia seperti itu padaku, ini pertama kalinya dia tersenyum seperti itu padaku selama 6 bulan hubungan kita, aku duduk didepannya, dan aku mengalihkan pandanganku pada seseorang disampingnya, dia juga tersenyum manis padaku.

"Mau minum apa?" Tanyanya

"Orange juice" Jawabku singkat dan aku kembali mengalihkan pandangan pada seseorang dihadapanku.

"Ada apa? Tumben kamu ngajak aku ketemuan, bareng Manda lagi? Apa ada yang penting?" Tanyaku berbondong, aku hanya penasaran, dan dia hanya tersenyum

"Kamu minum dulu?" Tawarnya padaku sambil menyodorkan gelas berisi orange juice pesananku, aku menggangguk dan meminumnya sedikit dan kembali menatapnya

"Aku mau kita putus". Aku tercekat bagaikan ditusuk benda tajam langsung di ulu hatiku dan parahnya aku hanya bisa diam membisu, lidahku seakan kelu, bahkan menelan ludahku saja rasanya tak bisa,

"Aku balikan lagi sama Manda, sebenarnya udah dari dua bulan yang lalu, dan aku pikir ini saat yang tepat buat ngomong sama kamu" Jelasnya panjang lebar sambil menggenggam tangan Manda erat. "Aku harap kamu mau ngertiin Kei, karna aku bener-benar cinta sama Manda" Aku menghela nafas mencoba menghilangkan rasa sesak di paru-paruku dan tersenyum yang aku pastikan itu senyum kaku,

"Baiklah, itu saja yang mau kamu katakan padaku?" Dia mengangguk mengiyakan

"Mulai sekarang kita udah ga ada hubungan apa-apa lagi, dan aku turut bahagia, melihat kamu dan Amanda bahagia" Ucapku sambil bergegas meninggalkan mereka aku butuh sendiri saat ini, tapi belum sempat aku melangkah ada yang mencekal lenganku aku menoleh

"Kamu ga papakan?" Tanyanya, aku hanya mengangguk mengiyakan.

Aku bergegas pergi dari ruangan menyesakan itu, sesungguhnya hatiku sangat bertolak belakang dengan apa yang aku ucapkan, munafik memang, tapi aku tak tau apa yang harus kulakukan, aku tak mungkin memaksakannya mencintaiku, dari awal hubunganku dengannya aku tahu akhirnya akan seperti ini, dan aku hanya bisa pasrah dengan semua ini. Hanya satu yang aku butuhkan saat ini menyendiri, hei tapi aku melupakan sesuatu, akukan harus kerja part time, aduh aku hampir terlambat, dengan tergesa-gesa aku menuju tempat kerjaku, tanpa aku sadari ternyata hari ini aku banyak tergesa-gesa, ah sudahlah yang penting sekarang aku sampai di tempat kerjaku, bisa gawat kalau sampai terlambat dan bertemu pak agus manager café yang galak itu.

~~~ J ~~~

Pagi itu aku berangkat dengan hati yang sedikit mendung, sejujurnya aku masih belum rela, siapapun yang berada di posisiku pasti takkan pernah rela, tapi aku bisa apa? yang terpenting sekarang bagaimana aku menata hatiku dan membukanya untuk yang baru, yang kurasa itu mungkin agak sedikit sulit, tapi aku akan mencobanya.

"Eh bukannya itu Kak Arga ? Ko' sama Kak Manda?" Lamunanku buyar akibat kasak-kusuk di belakangku, tapi aku berusaha tenang mendengarnya, aku tau hal ini pasti akan terjadi dan seharusnya aku sudah mempersiapkan hatiku, tapi kenapa rasanya sampai seperti ini, hatiku benar-benar seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum,

"Bukannya Kak Arga pacarnya Kak Kei yah? Ko' sekarang sama Kak Manda, jangan-jangan mereka udah putus yah?" Koar anak yang satunya lagi

"Mungkin juga, eh tapi mereka cocok tahu nggak sih? Daripada sama Kak Kei, yang agak culun itu, mending sama Kak Manda, yang jelas-jelas populer di sekolah, cantik lagi" Bahkan mereka tak memandangku yang jelas-jelas didepan mereka, tapi ya sudahlah aku harus lebih mempersiapkan diri dan hati untuk hal seperti ini

Aku menghela nafas, dan bergegas menuju kelasku, aku hanya berharap aku akan baik-baik saja hari ini, esok, dan seterusnya, semoga saja

Entah kenapa bel istirahat ini aku ingin sekali ke kantin, biasanya aku akan langsung pergi ke perpustakaan beberapa menit setelah bel istirahat berbunyi, aku bukanlah anak dengan hidup yang lebih lebih dari cukup yang bisa seenaknya masuk kekantin sekolahku yang apapun yang dijual disitu sedikit memberatkan sakuku mungkin definisiku berlebihan tapi itulah kenyataannya, hidupku hanya dengan kata cukup Alhamdulillah, karna ayahku hanya seorang karyawan biasa diperusahaan swasta dan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa, maka dari itu aku harus pintar-pintar dengan segala hal tentang keadaan financial keluargaku, aku lebih memilih tempat dipojok kantin agar tidak terlalu mencolok, sesaat setelah aku duduk, kantin terlihat agak gaduh akibat bisik-bisik anak-anak yang berada dikantin, aku penasaran, dan ternyata pemandangan itu yang membuat mereka berbisik, aku mencoba mengalihkan pandanganku tapi entah kenapa aku tak bisa, serasa ada yang memakukan pandanganku, disana didepan pintu masuk kantin aku melihat dia -Arga- dengan pacar barunya -Manda- dan beberapa temannya dan pasangan mereka berjalan memasuki kantin, sesaat aku merasakan pandanganku dengannya -Arga- bersibobrok -hanya sesaat- , kufikir dia dan teman-temannya akan menuju bangku lain, tapi ternyata dia menuju bangkuku, aku gugup, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku menundukkan kepalaku,

"Hai Kei?" Sapa Manda sesaat setelah duduk tepat didepanku, aku mendongakkan kepalaku mencoba tersenyum "Hai" Kataku menanggapi sapaannya, dan aku bisa melihat Arga duduk disebelah kanan Manda dan teman-temannya yang lain serta pasangannya duduk menyebar mengelilingiku,

"Bolehkan kita duduk disini?" Tanya Manda lagi

"Ehm. . . boleh ko" Kataku gugup, aku merasakan tatapan Arga dan teman-temannya tertuju padaku, tapi aku mencoba menepisnya.

"Kamu belum pesen Kei?" lagi-lagi Manda bertanya padaku, aku menggeleng sabagai jawaban

"Oh yaudah pesen gih, aku yang traktir" Katanya lagi, aku tersenyum kikuk, inginku menolak, tapi aku merasa tak enak, Manda sudah begitu baik padaku, akhirnya aku mengangguk saja.

"Lu ga papa Kei?" Aku menoleh kearah ke arah Rio, aku mengeryit mendengar pertanyaannya

"Maksudnya?" Aku benar-benar bingung dengan maksud pertanyaannya

"Lu nggak nangis bombay kan semaleman, lihat nih anak satu balikan lagi sama mantannya" Katanya sambil mengarahkan pandangannya pada Arga dan Manda secara bergantian

Aku bingung harus menjawab apa, jika aku menjawab tidak aku sangat munafik, jika aku menjawab ia entahlah aku merasa malu

"Aku. . . ."

"Ini mba, mas pesanannya" Belum sempat aku menjawab, bu siti penjual di kantin sekolah datang dengan pesanan kami, diam-diam aku membuang nafas lega, setidaknya hal itu bisa membuatku berfikir jawaban apa yang harus aku berikan

"Terimakasih Bu" Bu Siti -ibu kantin- mengangguk dan tersenyum, dan segera meninggalkan mejaku,

"Gimana Kei?" Rio kembali mencecarku dengan pertanyaannya, sungguh sebenarnya aku tidak ingin membahas ini, mengingat ini sangat menyakitkan untukku

Aku menghela nafas "Bohong kalau aku bilang aku tidak kecewa" Kataku jujur, aku kecewa sangat kecewa "Tapi aku bisa apa? Arga sudah memutuskan, aku tidak berhak melarangnya" Aku melanjutkan sembari memasukkan potongan siomay mencoba berbicara dengan nada sedatar mungkin, berpura-pura tidak terjadi apa-apa

Sedangkan Arga dan Manda memandangku dengan pandangan yang... entahlah aku bingung menjelaskannya

"Sudahlah jangan bahas ini, sekarang kita makan saja" Kataku mencoba mengalihkan pembicaraan ini

"Iya deh, udah, mending makan aja" Kata Rere -Pacar Rio-

Kami semua makan dalam diam, beberapa kali aku mencuri pandang ke arah Arga, dia masih memandangku, tapi aku mencoba mengacuhkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MelepasmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang