1

754 74 6
                                    

Ini sudah yang kelima kalinya. Orang bilang sangat menyenangkan jika kita bisa keliling dunia. Tapi, bagiku itu tidak. Kenapa? Karena di setiap tempat yang aku tinggali, aku tidak pernah hidup tenang. Sungguh, aku lelah dengan keadaan seperti ini.
Hidup hanya untuk dikejar-kejar oleh lintah darat. Sangat memuakkan.

Ayahku dulunya adalah seorang pengusaha, namun usaha yang di dirikannya bangkrut. Padahal dia mempunyai hutang pada lintah darat yang digunakan untuk modal usahanya.

Ibuku sakit-sakitan. Uang sisa perusahaan semakin lama habis untuk biaya rumah sakit dan makan. Sementara kondisi ibuku semakin buruk dan kami tidak memiliki uang untuk biaya pengobatannya, akhirnya ibuku meninggal.

Aku dan ayah hidup berdua, kondisi keuangan kami semakin terpuruk. Saat itu, ayah mulai melakukan perjudian dan meminjam uang lagi pada lintah darat untuk berjudi dengan jaminan ia akan mengembalikan uang lebih banyak jika menang judi.

Aku sangat kecewa padanya, apakah tidak ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan uang? Tapi, pada saat itu aku tidak bisa apa-apa, karena umurku masih 14 tahun.

Namun apa? Keberuntungan tidak berpihak padanya, ia selalu kalah berjudi sementara hutang dan bunganya semakin menumpuk. Rumah kami disita, namun belum cukup untuk membayar hutang.

Mulai saat itulah kita dikejar-kejar oleh lintah darat. Kita selalu berpindah-pindah negara. Dan mulai saat itu juga aku bersikap dinginl dengan ayahku. Aku lelah beradaptasi dengan lingkungan, terutama lingkungan sekolah.

Di sekolah yang sebelumnya aku pernah mempunyai teman, bernama Kim Il Wook, dia sangat baik kepadaku. Kami dimana-mana selalu bersama, sampai orang-orang menatap kami aneh dengan anggapan jika kami berdua gay. Sejak saat itu Il Wook menjauhiku.

Aku selalu pindah sekolah, namun setelah itu aku tidak mempunyai teman. Karena aku memang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Tak jarang mereka membullyku, mungkin mereka menganggapku seseorang yang antisosial dan menyedihkan.

Namun aku tak peduli, mungkin itulah cara mereka untuk mendapatkan perhatianku? Haha.

"Ayah!", aku sangat takut melihat ayahku disiksa oleh sekumpulan lintah darat yang juga merupakan gangster itu. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa, tubuhku diikat oleh sekumpulan lintah darat itu, aku hanya bisa menangis melihat keadaan ayahku penuh memar dan berlumuran darah.

"Segera kemasi barang kalian dan pergi dari sini! Rumah ini kami sita!", kata salah satu dari mereka. Aku menangis sekencang-kencangnya setelah mendengar kami harus meninggalkan rumah yang penuh kenangan dengan ibu.

Ayah tidak bergegas, dia terlalu lemah untuk berdiri. Untuk berbicara saja dia mungkin tak sanggup. Aku hanya terus menangis hingga tiba-tiba ada yang memukulku.

Sakit.

Sekujur tubuhku rasanya nyeri. "Hei diamlah bocah! Kau ini laki-laki, kenapa menangis seperti perempuan haha. Apakah kau terlalu senang melihat ayahmu remuk seperti itu? Haha", mereka mengejekku sambil tertawa terbahak-bahak.

Namun aku tak bisa mendengar suara mereka dengan jelas. Tubuhku terlalu sakit, aku tak kuat menahan lebih lama. Tiba-tiba penglihatanku menjadi gelap.

"Taeyong, bangunlah", aku membuka mataku dan melihat ayah sedang menatapku.

"Apakah kau bermimpi buruk lagi? Jangan menangis, ini hari pertamamu masuk sekolah kan?", dia berkata sambil tersenyum dan menepuk-nepuk kepalaku.

Black and White | JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang