Chapter 2

30 1 0
                                    

Saat waktunya telah tiba,
Akankah aku menemukan kebahagiaan?
Akankah aku menemukan seseorang yang aku cintai?
Entah mengapa untuk saat ini, setiap detik yang telah ku lalui menjadi terasa membingungkan.
Entah kenapa, aku tidak bisa berhenti memikirkan tentang cinta.
Bagaimana kira-kira rasanya jatuh cinta?
~

Hasna meletakkan pulpen di pangkuannya. Matanya memperhatikan setiap baris kalimat yang baru saja ia tulis di bukunya. Ujung bibirnya menyunggingkan sebuah senyum tipis. Sebenarnya ia hanya sekedar menulis asal-asalan karena sepanjang waktu istirahat ini ia merasa sangat bosan. Dan pada akhirnya disini lah ia, duduk di taman belakang sekolah, tempat yang jarang sekali terjamah oleh para siswa.

"Hayoloh!" Suara itu mengagetkan Hasna sampai ia terloncat dari duduknya. Hasna memegang dadanya dan merasakan detak jantungnya tak karuan, berpacu cepat. "Hehehe, kaget ya?"

Seketika Hasna menoleh. Itu adalah Aldo yang telah mengagetkannya. "Ish bego! Bikin orang jantungan tau gak?!" Hasna menonjok lengan Aldo kencang sampai Aldo dibuat meringis olehnya.

"Maaf elah." Ujar Aldo. "Lagian ngapain lo nulis kata-kata galau begitu? Lagi suka sama seseorang?" Aldo melirik buku yang sedang dipegang Hasna. Itu adalah buku yang barusan ditulis Hasna dan berisi beberapa baris kalimat yang agak puitis.

Hasna menyadari bahwa Aldo melihat bukunya. Dengan cepat ia menutup bukunya dengan kedua tangannya. Mata Hasna menatap Aldo dengan hati-hati. "Apa lo liat-liat?!"

"Lah percuma ditutupin, gue udah baca semuanya."

Mata Hasna terbelalak kaget. "Hah? Serius lo?"

"Masa iya gue boong? Tumben banget nulis begituan. Lagi suka sama seseorang?"

"Gak kok. Gue iseng aja." Mata Hasna berpaling memperhatikan buku yang sudah ada dalam pelukannya itu. Ketahuan menulis kata-kata ini oleh Aldo membuat pipi Hasna panas karena malu.

"Iseng ya? Ikut ke kelas gue aja yuk."

"Mau ngapain?"

"Banyak cowok ganteng di kelas gue." Aldo terkekeh geli ke arah Hasna. "Kali aja lo mau cuci mata."

"Ah masa iya?" Balasnya sinis seraya menaikkan sebelah alis matanya.

"Bener. Cowo yang lagi lo liat sekarang pun ganteng." Aldo mengatakan kalimat itu sambil merapikan rambutnya.

"Najis."

"Apa lo najis-najis? Udah ah jangan di sini terus. Bau sampah tau gak? Lama-lama lo ketularan baunya nanti."

"Lo tuh sampahnya." Ujar Hasna sambil menabok lengan Aldo kencang dengan bukunya. Ia pun melangkah pergi melalui tubuh Aldo dengan wajah yang sama sekali tidak merasa bersalah.

"Lo mah nabok-nabok mulu." Aldo akhirnya menyusul Hasna yang sudah beberapa langkah menjauhinya. Mereka pun berjalan berdampingan tanpa tahu arah dan tujuannya.

"Lagian lo ngeselin."

"Gak pa-pa. Yang penting ganteng."

"Geli." Hasna menggedikkan bahunya. "Jangan sampe gue tabok lagi."

"Jangan nabok-nabok mulu. Nanti naksir."

Kali ini Hasna menginjak kaki Aldo dengan kencang dan lagi-lagi Aldo dibuat meringis kesakitan olehnya. "Tuh gue gak nabok lagi 'kan?" Hasna berujar geli sambil nyengir lebar ke arah Aldo.

"Lo mah sama aja nyakitin gue kalo kayak gitu."

"Oh ya, kemaren kenapa lo nelpon gue? Terus kenapa tiba-tiba dimatiin? Padahal gue belom selesai ngomong."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang