Di sini, aku hanya ingin berbagi cerita bersama kalian. Ini ceritaku, tentang hari teristimewa dalam hidupku.
***
"Kaariiiiiiiiiiiiin!"
"Aduh apaan sih Rena, berisik banget," ucapku sebal. Ngapain sih tuh anak lari-larian gak jelas, kayak orang gila aja.
"Ayo, buruan ke lapangan." Rena terus-terusan menarik tanganku.
Aku berusaha melepaskan genggaman Rena dari pergelangan tanganku. "Ih, sakit tau."
"Lo udah ditungguin di lapangan." Rena menjelaskan.
Ada apa sih sebenernya? Kayaknya penting, deh. Aku sangat heran, memang, apa hubungannya aku dengan lapangan? Apa jangan-jangan ....
"Di lapangan ada apa? Ada acara bayar utang?" Aku mulai cemas, "Ya ampun, utang gue masih banyak Ren. Gimana dong?" lanjutku sambil menepuk jidat.
Rena mendengus sebal mendengar ucapanku tadi. "Mangkannya jangan ngutang mulu. Utang tuh dibayar!"
"Bukannya gue gak mau bayar, tapi lupa gue lupa bayar!"
"Lupa apa gak niat? Lupa kok, keterusan!" Rena memprotes.
"Yaelah, gue ngutang kan demi kesejahteraan bersama." Aku membela diri. Lagian, emang aku doang yang suka ngutang di kantin? Enggak kan.
"Ya udah, ini juga demi kesejahteraan bersama, lo harus ikut gue ke lapangan!" bujuk Rena. Kemudian ia menarik lenganku menuju lapangan.
Kok, di lapangan banyak orang, ya? Mereka berdiri mengelilingi seseorang. Aduh, aku semakin penasaran. Apa ada yang tonjok-tonjokkan? Tapi mereka enggak sorak-sorakkan tuh. Jadi, ada apa, ya? Jangan-jangan--
Kau menolak cintaku, jangan-jangan kau ragukan hatiku, ku kan slalu setia menunggu, untuk jadi pacarmu. Udah-udah, kok jadi nyanyi, sih?!
Pikiranku jadi melayang kemana-mana. Apa aku mau dimutilasi? Tidakk, aku tak mau mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Ya Allah, selamatkanlah hambamu ini, jauhkanlah dari hal-ha yang keji.
EMAKKK! KARIN MASIH JOMBLO! KARIN BELUM NIKAH, MAK!
"MINGGIR WOY, KARIN MAU LEWAT," teriak Rena. Gila, Rena emang toa. Teriakannya mampu menyingkirkan siswa-siswi yang menghalangi jalanku.
Rena memapahku seperti orang yang mau siraman sebelum acara pernikahan.
"Berasa putri raja nih gue, hahaha," batinku tertawa. Wajahku sudah mulai berseri-seri.
Eh, kok, ada cowok, sih di tengah-tengah tapangan.
Aku berjalan mendekati cowok itu.
Davi?
Ya ampun, itu beneran Davi! Sang most wanted SMA Merdeka. Cowok tampan, tinggi, cool, dan jago olahraga, kini tengah berdiri di hadapanku sambil memegang bouquet mawar berwarna biru.
Tiba-tiba, ia berlutut di depanku sambil menyodorkan bouquet bunga mawar itu.
Aduh, ini si Davi mau ngapain sih? Kalo kayak gini terus mah, bisa-bisa aku sport jantung nih. Rasanya dag dig dug serrrr gimana gitu. Tuh, kan, penyakit beperku mulai menyerang hati dan pikiranku.
"Karin Nadia, sebenernya gue udah suka sama lo dari kelas sepuluh, gue mencoba menutupi rasa cinta gue sama lo selama 2 taun," jelas Davi, "Jadi sekarang, maukah kamu jadi pacarku?"
OMG!!!
Aku benar-benar kaget mendengar pengakuan Davi. Rasanya tuh impossible gitu, seorang Davi Mahendra nembak aku, cewek yang biasa aja, cantik enggak, jelek juga enggak.
Kayaknya harus bikin film beauty and the beast deh. Eh, jangan! Emang aku buruk rupa apa? Gini-gini juga, aku kan masih bisa dibilang cantik.
Terima ... terima ... terima
Terima nggak ya? Bingung nih aku.
"Lah, so-soan jual mahal lo, Rin," sindir batinku.
"Karin, kalo lo mau jadi pacar gue, lo ambil bungnya, tapi kalo lo nolak, lo boleh lempar bunganya," ucap Davi.
Aku mengambil bunga mawar biru itu dari tangan Davi. "GUE MAU JADI PACARLU DAV!" Aku berteriak semangat.
Davi bangkit dari jongkoknya, kemudian ia memelukku.
Semua orang yang sedang berkumpul mengelilingiku bertepuk tangan sambil memekikkan namaku dan Davi.
"Cieee cieeee."
"Pajak jadiannya jangan lupaa!"
"Bakso seporsii"
"Daviii gue juga mau ditembak sama lo dongg!"
"Karin menang banyak nihh."
Ya Tuhan, aku senang sekali, bagaimana ini bisa terjadi? Aku tak sepenuhnya percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Ini sungguh ... ahk aku tak bisa mengungkapkannya.
Davi melepaskan pelukkannya.
"Dav, bunganya disimpen aja, ya. Ada uletnya," ucapku sambil meletakkan bouquet bunga itu di lantai.
"Iya, gapapa, kok. Maklum bunganya murah," jawab Davi sambil nyengir kuda.
Yaelah, nih cowok ganteng-ganteng gak bermodal banget. Emang gue cewek apaan dikasih bunga murahan. Gapapa lah bunganya murah, daripada harga dirinya murah, kan gak lucu.
Byuuurr!
Anjir apaan nih dingin banget.
"DASAR MALES, ANAK PERAWAN JAM SEMBILAN BELUM BANGUN! MAU JADI APA KAMU?!"
Aku bangkit dari tempat tidur. "Aduh, apaan sih Ma? Ganggu orang lagi mimpi indah aja!" Aku menggerutu sembari mengelap wajah yang basah karena disiram air.
"Mimpi aja terus sampe langit ke tujuh!" bentak Mama, "Mama gak butuh mimpi, butuhnya kepastian. Cepetan bangun, cuci itu sprei!"
"Iya, ini juga udah bangun, kok."
Yeee, dasar Mama. Gak tau apa kalo anaknya itu lagi mimpi indah. Kapan lagi coba ditembak cowok ganteng kayak Davi?!
Aduhh, Davi, Davi. Kapan, ya aku bisa jadi pacar kamu beneran?
***
HAIIIII^^
Aku balik lagii hehe 😂
Terlalu pendek gak sih? Enggak, kan.
Soalnya, kalo panjang-panjang bukan mimpi namanya, tapi mati suri.Masa mimpi berhari-hari, kan gak lucu. Nanti bangun-bangun udah ada di kuburan.
Jangan lupa vomment 😘
Ditunggu saran dan kritikkannya 💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories
Short StoryDi sini, aku hanya ingin berbagi cerita bersama kalian. Ini ceritaku, tentang hari teristimewa dalam hidupku.