Jangan.

1K 74 2
                                    

"Kau membenci manusia, tapi kau juga membenci vampire.. lalu, kau ingin menjadi apa? Haha.. aku menantikannya." Ferid berkacak pinggang memperhatikan Mikaela yang tengah emosi, melihat Yuichiro di sentuh oleh Shinoa dan regu Iblis Bulan lainnya. Mikaela berkali kali berteriak agar Ferid diam. Ferid tak mau menurut.

"Diam! Lepaskan aku!" tangan Ferid di tepis Mikaela, ia mengerutkan dahinya. Sudah berapa kali, Mikaela menolak dirinya di hadapan orang banyak?

"Baiklah, kau mulai menyebalkan." Dengan cepat, ia membalikkan tubuh Mikaela dan mencekiknya. Mengangkatnya dengan satu tangan. Tangan yang Mikaela tebas ketika ia hendak mendekati Yuichiro tadi. "Kau sudah kelewatan, tenanglah bocah. Apakah aku kurang cukup untuk memberimu kepuasan tersendiri, hmm?" Mikaela terdiam, tenggorokannya tercekat. Ia tak bisa bicara sepatah kata pun. Perlahan menoleh ke belakang dan pandangannya mulai buram.

Hari itu, Ferid membawa Mikaela pulang dengan penuh paksaan.

Dan dengan rasa sakit hati yang bertubi - tubi pula.

.
.
.

Mikaela terbangun, menyadari ada cairan bening menggenang di pelupuk matanya. Ah, ia menangis lagi.

"Sudah merasa lebih baik, Mika-chan?" suara itu lagi. Ferid memandanginya di depan pintu, tubuhnya bersandar dengan santai. Mikaela bangun dan mengusap matanya. Menghapus air mata yang tergenang kemudian menatap Ferid sinis.

"Mau apa kau kemari?" Tanya Mikaela, Ferid terkekeh seperti biasa sebelum menjawab pertanyaan Mikaela. Ia masuk ke dalam ruangan—kamar Ferid sendiri lalu menutup pintu dan menguncinya.

"Ini kamarku, sayang. Masa aku tak boleh masuk ke kamar sendiri?" Mikaela sadar dan mundur. Tentu tidak mundur dengan kaki-nya, melainkan dengan pahanya. Dalam keadaan terduduk di ranjang, Mikaela menarik selimut dan melempar benda itu kearah Ferid.

Ferid dengan cepat menyingkirkannya. "Aha, sepertinya Mika-chan ingin bermain petak umpat ya?" Ferid menarik tangan Mikaela. Mikaela jatuh tengkurap di hadapan Ferid.

"Tidak baik, Mikaela." Tangan ditarik kembali, Ferid mengangkat tubuh Mikaela dengan mudah. Mikaela masih sempoyongan pasca bangun tidur tadi. Tangan kanan Ferid beraksi, menahan wajah Mikaela agar tetap menatapnya ketika ia bicara. Mikaela meronta percuma.

"Mika." Ferid memanggil. Mikaela menatap terpaksa. Sepasang manik biru itu melirik kearah lain, tak mau menatap mata Ferid secara langsung.

"TATAP AKU!" Ferid membentak, rasanya sudah cukup bersabar terus terusan terhadap bocah yang sangat dimanja olehnya ini, ia sudah cukup muak menunggu agar Mikaela membalas perasaannya. Apa yang ia dapat?

"Yuu-chan, Yuu-chan, Yuu-chan.. kau selalu saja menyebut namanya dengan mesra. Aku sangat muak, Mika. Tidakkah kau peka terhadapku?" Ferid menekankan kata katanya pada Mikaela, membuat Mikaela memejamkan matanya dengan erat sehingga dapat terlihat kerutan kecil di dahinya.

"Katakan padaku, apakah kau mencintai Yuu-chan?" Mikaela membuka kedua kelopak matanya, terbelalak. Ia tak menyangka Ferid melontarkan pertanyaan memalukan seperti itu, dan Mikaela dengan bodohnya tersipu malu secara terang terangan. Membuat Ferid semakin teriritasi.

Segera saja, Ferid menengkurapkan tubuh Mikaela dan langsung menarik paksa bajunya. Ia melepaskan sabuk di celana Mikaela dan kemudian mengikatkannya pada kedua tangan Mikaela, agar ia tak bisa berbuat sesuka hatinya. Mikaela milik Ferid dan tak boleh ada nama orang lain dalam kehidupan mereka, Ferid terus saja mengulang kalimat itu dalam pikirannya.

Ferid sangat posesif kalau hal ini sudah bersangkut paut dengan cinta dan perasaan tulusnya.

"He-hei! Tunggu! Keparat—aku belum menjawab!" protes Mikaela ketika kemejanya di robek paksa, ia menggeliat, kakinya menendang - nendang kearah samping.

Don'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang