dua

74 7 0
                                    

Sore itu, acara bedah buku bersama penulis hebat tidak sama lagi. Tidak ada partner yang ku ajak diskusi dan ku ajak debat mengenai hal-hal kecil sekali pun. Aku juga tidak tahu, datang ke sini merupakan kebiasaan, tapi sejak ada kamu dan tanpa ada kamu, semua perbedaan ini menjadi amat terasa.

"Adeo?" itu suaramu.

Aku pikir ku sedang berhalusinasi. Setelah memutuskan untuk mendongak, aku baru sadar bahwa kamu yang berada di depanku dan perpisahan kita itu nyata. "Uhm, hai Jane,"

"Nggak nyangka bisa ketemu di sini," aku bersuara lagi.

"Kenapa gitu?" tanyamu.

"Ya, aku kira, setelah nggak ada lagi kita, kamu bakalan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan semacam ini,"

"Kamu bukan lagi alasan dari setiap apa yang ingin aku lakuin, Deo. Aku suka aja di sini."

"Oke. Kamu apa kabar?"

"Kita udah nggak ketemu berapa minggu sih? Masih baru satu kan? Dan kamu udah tanya kabar," kamu mencebik, lalu kamu berdehem, seperti ada yang salah dengan pertanyaanku. "Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik aja,"

"Aku kira, liburan ini kamu bakalan pergi ke luar kota kayak tahun-tahun sebelumnya, eh ternyata sampai penghujung minggu, kamu masih di sini,"

"Hm,"

"..."

"Ujianmu gimana?"

"Lancar,"

"Syukur deh kalau gitu,"

"Kamu sendiri udah siap buat tahun depan?"

"Udah , meski nggak sematang apa yang kamu kakuin sih,"

"Kamu bercanda? Setahun ini yang aku lakuin cuma sama kamu, bukan sama buku,"

"But, I know you did it well,"

ACHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang