"Perkenalkan nama aku Maudya Andriani, aku pindahan dari SMAN 1 di Yogyakarta, aku harap kalian bisa menerimaku menjadi teman dan membantuku beradaptasi dengan lingkungan di sekolah ini."
Seisi kelas menanggapi ucapan gadis itu dengan anggukan kepala. Sebuah senyuman terukir di wajah naturalnya. Maudya sangat ingin memiliki banyak teman, namun bayang-bayang teman-teman sekelasnya akan menolaknya dan justru malah menjauhinya menghantui batinnya.Dari tampilannya sudah terlihat jelas jika gadis yang baru saja memperkenalkan namanya di depan kelas itu adalah gadis kutu buku. Kacamata tebal seakan menjadi pelengkap penampilan Maudya, namun tidak ada yang tau, sebenarnya Maudya menyimpan sebuah rahasia, walaupun bukan rahasia besar tapi tetap saja Maudya sedang menyembunyikan sesuatu didalam hatinya, dan rahasia itu tertutup dengan rapi melalui sifat, sikap dan penampilannya. Di sekolahnya yang lama, Maudya dikenal sebagai cewek pendiem dan pemalu. Gadis kelahiran 2000 ini tidak pernah terlihat sedang marah walaupun hanya sekali, memang banyak temannya yang suka menjahilinya tetapi Maudya tidak pernah mempermasalahkan itu. Menurutnya berurusan dengan orang jahil itu lebih susah dari pada harus melewati kuburan.
"Kamu duduknya di... Nah itu ada dua kursi kosong. Kamu tinggal milih aja dua kursi itu ya."
"Baik bu,"
Tanpa pikir panjang Maudya memilih untuk duduk dikursi kosong yang berada di bagian kedua. Disamping kursi itu ada seorang gadis yang memanggil Maudya. Ia mengajak Maudya duduk disampingnya.
Maudya tersenyum membalas senyuman gadis itu, "Hay. Kenalin nama gue Natasya Alina. Panggil aja Ana. Gue pengen lo duduk disini karena gue kesepian tiap kali guru kasi tugas kelompok pasti aja gue yang sendiri, tapi sekarang ada lo jadi gue nggak usah takut lagi kalo nggak ada teman kelompok belajar, hehehe"
Maudya menganggukkan kepala pelan, "Heum, Namaku Maudya Andriani. Panggil aja Maudy. Aku juga nggak mau duduk di bangku satunya, soalnya aku nggak suka duduk sendiri."
"Hehehehehe, oke mulai sekarang lo nggak usah kikuk. Gue manusia asli kok. Gue nggak gigit orang, gue gigit makanan. Anggap aja kita udah sahabatan dua tahun."
"Eh, hehhehe, iya"
"Aku yakin pasti Ana orang yang baik. Dari mimik wajahnya, pasti ia orang yang tulus. Ya Tuhan semoga aja aku nggak salah lagi memilih teman." kata Maudya dalam hati sambil memperhatikan guru menjelaskan rumus-rumus pelajaran fisika.
Kelas yang bernuansa putih, bangku yang tertata rapi, lantai yang putih bersih dan cahaya yang terang membuat Maudya mulai nyaman di kelas ini. Terlebih lagi tidak ada suara satupun saat bu Ningsih menerangkan pelajaran di depan kelas. Tak beda jauh dari sekolah lamanya.
Dalam hati Maudya terus berdoa agar hari-harinya di sekolah barunya ini akan menyenangkan dan ia bisa cepat-cepat memiliki banyak teman.Selang beberapa jam kemudian, bel istirahat pun berbunyi, semua kelas yang tadinya hening dan tentram kini berubah dalam hitungan detik. Semua guru dan siswa keluar dari kelas masing-masing.
Maudya mengira jika siswa di sekolah ini tidak terlalu banyak karena saat di ruang guru tidak ada sedetikpun terdengar suara bising dari dalam kelas. Maudya juga tadi mengira jika kelas-kelas itu kosong.
"Maudya, kekantin yuk abis itu gue kenalin apa aja yang ada di sekolah kita," ucap Ana, sambil menggandeng tangan Maudya.
"Oh iya aku hampir lupa, aku belum hafal tempat-tempat apa aja yang ada di sekolah ini, ya udah yuk keburu kantinnya rame lagi,"
Sesampainya dikantin, Maudya mendapat sebuah sambutan. Yaitu sambutan dari mulut-mulut pedas siswi tukang gosip. Tapi untung saja mereka langsung dapat tatapan tajam dari Ana, seketika merekapun diam. Tidak berani, karena mereka tau seorang Natasya Alina adalah perwakilan bela diri yang mendapatkan juara pertama se-Provinsi dari sekolah mereka.
"Biar aku yang pesan, kamu tunggu disini aja ya." Ana berjalan memesan dua jus jeruk dan nasi goreng untuk mereka lalu kembali ke bangkunya dan Maudya.
"Udah gue pesan, tinggal nunggu pesanannya dateng." Ana duduk dihadapan Maudya.
"Oh, oke sambil mengunggu pesanannya aku boleh nggak nanya-nanya tentang sekolah sama kamu?" Maudya buka suara.
"Nah.. Justru pertanyaan itu yang gue tunggu, lo mau nanya apa?"
"Hhmm, kalo peraturan-peraturan di sekolah ini sih aku udah tau, disini ada ekskul apa aja?"
"Ekskul? Banyak, ada ekskul olahraga, beladiri, seni musik, seni tari, jurnalistik, pecinta alam, drama, pramuka sama yang terakhir nih ekskul keagamaan. Kalo gue ikut beladiri, lo tertarik ikut ekskul apa? Nanti gue antar daftar deh"
"Eum, aku tertariknya sama seni musik, bolehkan?"
"Ya bolehlah, masa nggak boleh? Gimana kalo besok aja? Soalnya abis inikan kita mau jalan-jalan keliling sekolah, nanti waktunya nggak cukup lagi."
"Iya deh, sekalian aku juga pengen liat ruangan untuk ekskul musiknya."
.
.
.
.Skip.
"Hati-hati ya dijalan," Maudya melambaikan tangannya kearah Ana yang mulai menaiki mobil jemputannya.
"Iya, bye" Ana membalas lambaian Maudya.
Maudya sedang berada dilapangan basket sekolahnya, keadaan disekolah mulai sepi. Sebelum Maudya pulang kerumah, Maudya berjalan-jalan keliling sekolah. Salah satu tempat yang jarang didatangi para siswa menjadi perhatiannya, taman. Maudya mendekat kearah taman itu.
"Wahkeren banget"
Maudya menyentuh bunga-bunga yang tertanam di taman itu, ada berbagai macam bunga. Dari bunga matahari sampai mawar. Udaranya pun sangat sejuk.
"Bakalan jadi tempat favoritku nih"
Setelah bermonolog sendiri di taman itu, Maudya pun beranjak dari taman tersebut. Maudya berjalan di koridor sekolah.
Tuk.
Maudya mendengar suara dari dalam sebuah ruangan. Gadis itupun memberanikan diri memasuki ruangan itu, ruangan itu sungguh luas, seluas lapangan basket. Diruangan itu ada seorang cowok yang memakai baju khusus basket sedang bermain basket seorang diri.
Cowok itu tidak menyadari keberadaan Maudya diambang pintu,
Tak ingin mengganggu keseriusan cowok itu, Maudya pun beranjak dari tempatnya. Namun Maudya malah menambrak pintu, yang menyebabkan suara dari pintu tersebut.
Cowok itupun menghentikan permainannya, ia menoleh kearah pintu ruangan, dimana ada Maudya yang sedang mengelus kepalanya yang terkena ujung pintu.
"Lo ngapain disitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Love
Random. Awalnya cuma iseng ngintip senior ganteng lagi main basket pas pulang sekolah, namun lama-kelamaan rasa itu merambat menjadi rasa yang sulit diartikan, bisa dibilang 'cinta' Maudya Andriani, nama gadis itu. Tampangnya saja yang lugu, tetap...