PROLOG

114 6 3
                                    

"Dek.. bangun dek sudah jam berapa ini... Nanti telat loh sekolahnya." Suara lembut bi Mela membuatku terbangun dari tidurku. "hmm.. bentar bi 10 menit lagi, ok?" jawabku dengan suara lemas karena masih setengah tidur. "tapi ini sudah jam 7 dek Feli.. nanti kalau telat adek bisa kena poin lagi." Ucap bi Mela sambil menggoyang-goyangkan badanku perlahan. "Haaahh?!!! Jam 7??? Duuh, kenapa gak bangunin dari tadi sih bi...?!" aku berteriak histeris sambil berlari menuju lemari pakaian. "Dari jam 6 udah bibi bangunin. Kamu nya aja yang kayak kebo," sahut bi Mela dengan nada kesal karena merasa disalahkan. Aku hanya tertawa kecil. "Laah.. Kamu gak mandi dulu?" tanya bi Mela melihat aku yang sudah memakai baju putih dengan kaos piyama yang masih ku pakai di dalamnya dengan rok abu-abu selutut. "Gak sempet kali bi, lagian aku mandi gak mandi juga tetep wangi kan?" ujarku sambil terkekeh. "hmm.. iya teserah dek Feli aja deh.. Ya udah sana langsung ke meja makan, bibi udah nyiapin nasi goreng buat sarapan" kata bi Mela yang sedang membereskan tempat tidurku. Aku mengangguk dan langsung berlari menuju ruang makan.

Di meja makan sudah ada adik ku, Fay yang sedang asik melahap nasi gorengnya. "Enak banget ya udah rapih, udah mandi, sama sarapan lagi! Wuiihh.. aku aja blom mandi blom makan jam segini" sindirku sambil duduk di bangku yang di depannya sudah tersedia nasi goreng yang agak dingin karena terlalu lama dibiarkan. "Lah suruh siapa bangun kesiangan? Mana muka masih kucel lagi gak mandi." sahut Fay cuek. "Ya kamu udah tau kakaknya kesiangan, bangunin kek gitu" kataku gak kalah nyolot. "Heeeh sudah sudah.. Cepetan abisin sarapannya! Malah berantem sih.." bi Mela melerai kami berdua. Sebenarnya aku sama adikku gak selalu berantem kayak gini kok. Kita bisa dibilang akrab, tapi ya emang kadang-kadang suka berselisih paham aja.

#####

Aku keluar dari mobil yang di kemudikan oleh supir pribadiku dan langsung berlari menuju gerbang sekolah. Fyuh.. untung aja gerbangnya masih dibuka. Pikirku saat melihat pak satpam yang sedang mengobrol dengan tukang kebun sekolah di pinggir gerbang. "Haduuh.. Feli lagi Feli lagi.. ckckck" ujar pak satpam yang bername tag Ujang itu melihatku mengendap-ngendap masuk.

Merasa tertangkap basah, aku menyeringai sambil menghampirinya. "Ehh.. ada pak Ujang yang ganteng, hehe.. Saya tadi gak liat bapak, makanya gak nyapa." Kataku sambil masih cengengesan. Melihat tingkahku yang konyol, pak Ujang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum "Kamu lama-lama jadi langganan saya nih.. Langganan telat! Kali ini apa lagi alesan kamu?" tanyanya. "Itu paaak, tadi malem saya ngurusin kucing saya, kasian ekornya salah urat." Dari semua alasan yang bisa dipakai, hanya itu yang terlintas di pikiranku. Mungkin karena hal seperti ini aku dipanggil 'bolot' sama temen-temen dekat ku. "Hmm.. Ya sudah sana cepat masuk kelas, keburu guru BK nangkring di gerbang." ujar pak Ujang yang membuatku senang karena siasatku ternyata manjur juga. "Yeaaay! Makasih pak Ujang yang baik, ntar aku traktir gorengan deh!" seruku sambil berlari ke kelas.

"Gila lo.. jam berapa ini???"

"Gua kira lo meninggal di jalan, bilangnya udah otw, taunya masih sarapan kan lo?!"

"Untung aja bu Lili telat datang, hari ini lo beruntung Fel"

Baru beberapa detik aku duduk di kursiku, sudah dibanjiri dengan cerocosan temen-temenku.

"Duuh pengap nih gue, biarin gue napas dulu pliiis.." Aku mengambil tissue dan mengelap keringatku yang bercucuran akibat lari-lari tadi. Anya memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan ia menyadari kalau di dalam seragam ku masih ada piyama di dalamnya. "Iiihh najis.. Lo ga mandi LAGI, Fel?" seru Anya menatapku kaget. Aku mengangguk sambli terkekeh. "Emang keliatan ya?". Fitriya menghela napas, melihat tingkahku yang kekanak-kanakan seperti ini. "namanya juga feli,nya. Udah biasa dia mah."ujarnya. "Tenang-tenang, gak usah ribut.. Gue udah make parfum setengah botol kok tadi. Jadi lo berdua gak bakal terganggu oleh wangi ketek gue ini." Kataku sambil menepuk-nepuk dada. Kami bertiga tertawa terbahak-bahak dan melanjutkan obrolan yang gak jelas ini.

Tapi obrolan kami harus terhenti karena bu Lili tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan membuat semua siswa di dalam kelas mendadak diam. "Pagi anak-anak, maaf saya agak datang terlambat karena ada hal penting yang harus saya urus terlebih dahulu." Sebelum bu Lili selesai berbicara, Galih, pentolan kelas kami memotong omongan bu Lili. "Gapapa bu, sering-sering aja kalo bisa." Ucapan Galih itu mengundang gelak tawa satu kelas. Untung bu Lili adalah tipe guru yang digemari para murid karena kebaikan dan kesabarannya dalam menghadapi tingkah laku kami yang kadang membuatnya kesal. "Aduuh lama-lama uban ibu makin banyak nih ngadepin kamu, Galih." lanjut bu Lili dengan tatapan (sok) sedih. "Ibu banyak ubannya juga tetep cantik kok." Galih mengedipkan matanya dan diikuti tawa yang keras oleh murid lain. "Sudah sudah.. Ibu ada pengumuman nih." kata bu Lili. Satu kelas pun kembali diam dan penasaran akan isi pengumuman tersebut. "Nah, Kenzo.. ayo masuk." bu Lili memanggil seseorang masuk ke kelas. Semua mata tertuju padanya. Dia tinggi, berkulit putih agak pucat, rambut hitam yang menutupi sebagian telinga, poni yang cukup panjang yang agak menutupi mata jadi tidak terlalu kelihatan yang membuatnya terlihat misterius, serta bibir berwarna peach alami yang membuatnya makin terlihat menarik. Sebagian besar siswi di kelas menatap nya dengan sorotan terkesima. "Kita kedatangan murid pindahan dari SMA TANAH RAJA, dia bernama Kenzo Aidan Syahm." jelas bu Lili. Mendengar dia adalah murid pindahan dari SMA Tanah Raja, semua murid menjadi semakin takjub. Karena siswa-siswi yang dapat bersekolah disana hanya orang-orang yang sangat pandai dan kaya raya saja. SMA itu termasuk SMA terelit di daerah sini. Tapi bukan berarti SMA Taruna Satu sekolahku ini, merupakan sekolah yang jelek. Tidak, sekolah ini bagus dan fasilitasnya pun memadai, hanya saja tidak sekomplit dan semewah disana.

"Nah, Kenzo, apa ada pesan-pesan yang ingin kamu sampaikan pada teman-teman sekelas kamu yang baru?" Tanya bu Lili. Kenzo menghela napas, "Gak ada." Dia menjawabnya dengan singkat, dingin dan ekspresi datar. Hening seketika. Mendengar jawaban Kenzo, anak-anak sekelas mulai beranggapan yang macam-macam. Dan bu Lili pun agak tertegun melihat jawaban dari anak baru ini. "Ok kalau begitu kamu bisa duduk di.... Feli? Itu samping kamu kosong kan?". Pertanyaan tiba-tiba dari bu Lili tersebut membuyarkan lamunanku. "Hmm.. Iya eh nggak.. Itu bu, yang duduk disini Gerry bu. Tapi anaknya lagi di skors sebulan bu." jawabku gugup. "Mmm.. gapapa deh, urusan Gerry biar ibu yang tanganin. Lagian dia kalo duduk sama kamu malah ganggu belajar kamu kan? Nah Kenzo.. Kamu duduk di sebelah Feli yaa." Tanpa persetujuan dariku, cowok itu langsung duduk di sebelahku tanpa menatapku sedikit pun. Kok hawanya jadi berubah gini ya? Pelajaran pun berlanjut seperti biasa. Banyak murid lain di kelasku yang kadang melirik ke arah Kenzo, kemudian tersenyum sambil membicarakannya dengan yang lain.

Selama pelajaran berlangsung, biasanya aku mengobrol dengan Fitri yang duduk di belakangku, tapi entah kenapa rasanya canggung untuk memutar badan kebelakang saat ini. Aku mencuri-curi pandang kearah Kenzo. Dia tampak bosan dengan pelajaran sejarah yang memang membuat banyak murid ngantuk dan tertidur. Aku jadi ingin sekali mengajaknya bicara. Kan gak enak kalau sebangku, tapi gak dekat. Aku pun memberanikan diri untuk memulai obrolan. "Emmm.. Hai, nama gue Feli. Lo Kenzo, kan?". Kenzo melirik sedikit kearah ku, "Kalo udah tau ngapain nanya. Gak usah sok basa-basi. Gue gak butuh." Jawabnya singkat, dingin, namun mencekam di hati. Aku tertegun sesaat. Dan langsung mengarahkan pandangan ke depan seperti tidak terjadi apa-apa. Serem banget ya Tuhan... lebih serem dari guru BK ini mah. Mending aku sebangku sama Gerry yang berandal dari pada ICE PRINCE..!!


A Boy Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang