To : Seventeen (SVT) and Carat

62 12 7
                                    

WARN !! ABSURD !! TYPO EVERYWHERE !!

HAPPY READING.. !!

------

Musim gugur telah berakhir beberapa hari yang lalu, tapi panas matahari masih terasa sampai sekarang.

"Bukankah lusa sudah masuk musim semi?" monologku dengan mata yang memandang kearah luar cafe.

Orang-orang berlalu lalang berebut memakai trotoar itu. Mungkin mereka sedang terburu-buru untuk sampai ke tujuan. Atau mereka sedang mencari tempat berteduh untuk menghindari sinar matahari yang menyengat.

Ditemani segelas es cappuccino dengan ice cream foam yang melimpah sebagai topping dan sepotong chocolate cake dengan buah cherry sebagai hiasan. Terlihat enak bukan?

Tidak ingin menyia-yiakan waktu, aku kembali berkutat dengan tugas yang menumpuk. Bagaikan seorang pelayan yang mendapat tangkapan besar.

Itulah yang kuhadapi sekarang. Bukan tangkapan yang menyenangkan, melainkan tangkapan yang membuat otak berkerja sangat keras. Apalagi tugas ini harus dikumpulkan besok.

Shit !! Ingin sekali ku mengumpat. Menyalahi diri ini yang keras kepala untuk tetap melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Tapi apa boleh buat, bukankah penyesalan selalu berada diakhir? Kalau penyesalan berada di depan, sudah sejak dulu aku tak memilih jalan ini.

Ku hadapkan tubuh ke laptop yang telah menemaniku beberapa tahun ini. Asal kalian tahu, dia adalah kekasih keduaku setelah ponsel yang berada di sampingnya.

Apakah aku terdengar melankolis? Haha.. aku hanya meratapi nasib sebagai seorang yang tak memiliki kekasih.

Pemikiran-pemikiran yang tak berguna, segera ku hilangkan dari otak yang sudah tak selancar untuk digunakan berpikir.

Drrrrt.. drrrt..

Layar ponselku menyala, menampilkan sebuah notifikasi dari salah satu aplikasi sosial media.

"Salah satu member Seventeen bernama Boo Seungkwan menghadapi sebuah scandal."

Jleb.
"Apa lagi ini?" umpatku setelah menerima pemberitaan itu.

Seketika dada sebelah kiriku berdenyut nyeri. Dengan tangan yang bebas ku usap pelan. Hanya sebentar untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkannya.

Setelah rasa nyeri itu menghilang, kuambil benda berbentuk persegi panjang itu. Membaca lebih lanjut berita yang ternotifikasi tadi.

Mataku semakin melebar.
"Heol, berita macam apa ini? tidak bersumber." umpatan kesal kembali keluar dari bibirku.

"Mereka tidak memikirkan Carat yang lain apa?" lanjutku yang masih kesal.

Di tengah kekesalan yang meliputiku. Sebuah suara seseorang memanggilku.

"Deyi-ah !!" langkah kaki terdengar jelas di telingaku. Membuat ku memandang perempuan yang sedang berlari kearah tempat ku sekarang.

"Hmm.." senyum tipis kuberikan padanya. Terdapat beberapa tetes peluh yang timbul di keningnya.

"Apakah kau sudah melihat beritanya?" tanya-nya dengan nafas yang masih belum teratur.

"Duduklah. Dan setelah itu kau bisa bicara dengan jelas." sedikit kugunakan intonasi tegas saat mengucapkannya.

5 menit berlalu.

"Apakah kau ingin kupesankan sesuatu?" Ucapku memecah keheningan yang terjadi.

"Tidak perlu, Deyi-ah. Aku sudah lebih baik." Senyum manis yang ia berikan, membuatku yakin akan ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To : Seventeen (SVT) & CaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang