Bloom

12.5K 709 71
                                    

Cahaya matahari yang menyelinap dari balik tirai seakan mengetuk berpasang pasang mata yang masih tertutup. Udara pagi yang membawa semerbak bunga menari diantara daun daun pohon plum di awal musim semi. Kicauan burung menghantar nyanyian alam bagi telinga mereka yang telah terbangun, meninggalkan mimpinya semalam, dan memandang dunia di pagi baru.

Rumput rumput yang meliuk seirama angin, seakan ikut merayakan kembalinya sinar hangat surya yang sempat bersembunyi dibalik awan. Kelopak bunga berwarna merah muda pucat tersebar di seluruh jalan, menjadikan sebuah desa di balik pohon pohon yang menjulang tinggi nampak bak sebuah mahakarya seniman.

Suara derap kaki kecil diatas lantai kayu terdengar di sebuah rumah yang cukup sepi. Seorang gadis kecil berambut hitam gelap tampak terburu buru menyusuri lorong kecil rumah, melewati ruang makan yang tampak kosong. Berbagai makanan yang masih mengeluarkan uap tertata rapi diatas meja. Beberapa potong buah apel disajikan diatas piring kecil berwarna putih. Sup miso hangat mengeluarkan aroma yang memenuhi meja makan.

Dengan pakaian berwarna merah yang hampir selalu ia kenakan di akademi, gadis kecil tadi kini berhenti didepan pintu sebuah ruangan yang tak lain adalah kamar tidur yang biasa ditempati oleh kedua orang tuanya. Dengan cepat, gadis itu menyadari satu satunya chakra yang ada dalam ruangan.

"Papa, kau ada didalam?", panggilnya sembari menunggu didepan pintu dengan sabar. Sesekali, jemarinya membenarkan posisi kacamata berbingkai merah yang telah ia miliki sejak beberapa tahun lalu.

"Aa, masuklah Sarada.", sahut suara dari balik pintu.

Dengan cepat, diraihnya gagang kecil pintu dihadapannya sebelum ia mendorong pintu itu kearah kiri. Hal pertama yang dilihatnya adalah sesosok pria yang tampak baru saja terbangun dari tidurnya, dengan rambut yang masih terlihat sedikit berantakan.

"Papa! Ohayo!!", seru gadis itu lagi sebelum akhirnya melangkah masuk kedalam ruangan yang dipenuhi dengan aroma lembut pinus

Membalas panggilan puterinya, pria dengan nama Uchiha Sasuke lantas memalingkan pandangannya kearah Sarada yang kini tengah menutup pintu dibelakang punggungnya.

"Ohayo, Sarada...ada apa?", tanyanya dengan nada yang hanya ia perdengarkan kepada keluarganya dirumah ini.

Menyadari ketidakberadaan seseorang di kamar ini, gadis dengan lambang klan Uchiha di bagian punggung bajunya lantas mengabaikan pertanyaan pria dihadapannya.

"Uumm..Dimana Mama? Aku melihat makanan untuk sarapan hari ini, tapi aku tak melihat Mama di dapur?", tanyanya penasaran.

"Ah. Sepertinya ia berangkat pagi tadi, ia mengatakan bahwa ada hal penting yang harus ia kerjakan di rumah sakit.", jawab Sasuke setelah ia mengingat kata-kata Sakura semalam. Perwakilan dari Cha no Kuni meminta bantuan dalam pelatihan tenaga medis beberapa hari lalu, dan Sakura adalah satu satunya pihak yang tepat untuk menjalankan peran sebagai perwakilan Konohagakure.

Sarada yang tengah berdiri si sisi ujung tempat tidur menunjukkan raut berpikir. Kedua alisnya sesekali mengkerut. Tangannya terlipat di depan dada.

"Kalau begitu, ini benar benar tepat! Shannaroo!!", seru Sarada tiba tiba yang membuahkan ekspresi bingung dari Sasuke yang sedaritadi tak melepaskan pandangannya dari puteri satu satunya itu.

"Apa maksudmu?", tanya Sasuke lagi.

"Papa, kita harus mengadakan pesta!!"

"Pesta?"

"Huh? Papa?! Kau seharusnya mengingat hari ini dibanding hari yang lain, bukan?"

"Hari ini?"

"Ya, hari ini. Hari ini adalah hari ulang tahun Mama, shannaro! Kau tak mungkin lupa akan hal itu kan?"

PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang