Aku tersenyum, dunia meluruh
Semesta tak pernah menunduk
di hadapanku
Bintang-bintang gugur
di pelukkuAda tawamu,
yang mengembang di angkasa,
membakar jiwa
hingga jadi abu di bintang utama,
membawa kasih melebihi konstelasi dewata,
yang mungkin dusta
di hadapan realitaKilau matamu,
dan segala tentangmu,
yang kucoba raih
hingga tinggal angan-angan
dan tak bisa kugantung di pucuk harapanMungkin, kau kembali berkedip,
berpikir bahwa dunia tak ubahnya sedetik yang lalu
Yang tak ada beda dengan seribu tahun di balik punggungPun gombalan itu terjatuh di antara sayap malaikat
dan kau tak pernah seindah mutiara
untuk bisa kutenggelamkan dalam lautan rasaKau tak tahu obat dari air mata
walaupun luka ini telah kering sejak lama
Selepas semesta memerah,
dan rembulan membayang
di matamuSatu-satunya dunia,
tapi kau malah tinggal di angkasa
dengan senyum berkilau bak permataTak ada kata
Tak ada jiwa
Lagipula, kau tak akan pernah mendengar
Dan aku tak akan bisa mengujarAku hanya terbang di antara awan
Mencoba meraihmu
yang sejauh senja
Di langit seribu tahun
yang akan datang