Strange

48 8 0
                                    

Dengerin mulmed sampe habis bacanya ya. Saran aja sih biar menghayati wkwk.

"Nanti pulang sama gue ya Al, jangan kemana mana, tunggu gue dikelas aja pokoknya." Nathan mengingatkan ketika mereka hendak berpisah di persimpangan koridor.

"Iya bawel." jawab Alana sedikit malas. Ayolah, Nathan itu sedikit pemaksa, terkadang Alana tidak tahan dengan sikapnya. Tapi terkadang Nathan sangat dewasa, mengerti segala keadaan yang Alana rasakan. Tapi terkadang Nathan menjadi pria yang manja. Terkadang menjadi pria yang sangat lucu dan romantis. Terkadang menjadi pemarah. Haish... Alana rasa pacarnya itu mempunyai penyakit kepribadian ganda.

***

"Pulang sama gue yuk Al." Tania menawari, disertai anggukan dari Indah. "Iya nih, gue juga mau pulang sama Tania, bareng aja yuk sekalian kita ke mall bentar, udah lama kita ga jalan sama sama." Indah menambahi.

"Aduh sorry ya, hari ini gue pulang bareng Nathan. Gue juga sebenernya pengen jalan bareng kalian." tolak Alana halus dengan bibir merengutnya, "Tapi tadi Nathan maksa minta gue pulang bareng dia, gapapa ya, besok kita bakal jalan jalan deh, janji guee." lanjut Alana kemudian sambil menunjukkan cengiran kudanya.

Indah dan Tania tidak marah. Dia tau Nathan sangat mencintai Alana maka dari itu mereka santai saja kalaupun waktu mereka bersama Alana berkurang. Karena yang diinginkan dua orang itu hanyalah kebahagiaan Alana, selagi Alana masih bahagia dengan Nathan untuk apa diganggu.

"Okay, kalo gitu kita pulang dulu ya Al, take care" ucap Tania, melambaikan tangannya sambil keluar kelas, disusul dengan lambaian tangan Indah. Setelah punggung mereka melewati pintu Alana sudah tidak bisa melihat kedua sahabatnya itu lagi. Alana mengambil ponselnya, mulai menghubungi Nathan.

Alana Clay : Dimna ay? Cpt aku udh jamuran

Nathan Albern : Sabar ay, lagi beresin buku, jangan kemana mana yah. [Read]

Alana menunggu dengan sabar.

5 menit

9 menit

20 menit

Lama banget si. Batin Alana. Kelas sudah sepi, hanya ada dirinya seorang. Dia segera mengambil ponselnya lagi, memencet nomor Nathan. Menghubungi kekasihnya itu.

Sudah 5 kali tetapi tetap tak dijawab. Jam sudah menunjukkan pukul 16.50 WIB. Sekolah mereka memang mengembalikan siswa siswinya jam setengah lima, terkecuali untuk hari jumat dan sabtu.

Alana sudah bosan, Nathan ada perlu dulu mungkin ya, tapi kok ga ngabarin gue sih. Batin Alana. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang, tetapi yang dijadikan permasalahan adalah, susah untuk mencari kendaraan pada jam segini dan sekolahnya berada jauh dari rumah. Setelah menunggu beberapa menit Alana memutuskan untuk jalan sedikit ke jalan ke depan. Dia tidak menghubungi orang tuanya karna dia fikir pasti orang tuanya belum pulang dari pekerjaan sibuk mereka.

Sudah setengah jam Alana berjalan, tak ada kendaraan satu pun yang dia temukan. Sebentar lagi azan maghrib berkumandang. Dia sudah lelah, dadanya semakin sesak, nafasnya sudah tidak beraturan, ritme jantungnya semakin cepat, pandangannya sudah sedikit kabur, jalannya sudah lunglai seperti orang mabuk, dia melihat 2 mobil berhenti disampingnya, padahal hanya satu mobil tetapi pandangan Alana sudah berbayang. Dan Alana tak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya, pandangannya menghitam, hanya terdengar suara suara seorang pria memanggil manggil namanya. Setelah itu dia tak tau apapun lagi.

AlanathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang