Coffee Tea

471 96 30
                                    


Coffee Tea
Suzy Bae I Oh Sehun I Kris Wu
Romance, hurt

Awalnya Suzy tidak suka kopi. Ia adalah pecinta teh. Green tea, black tea, lemon tea,  dan melati tea untuk tiap hari yang berbeda. Tea adalah bagian dari dirinya ketika pagi, ketika penat dan merindu. Merindu? Kata itu mungkin dizinkan jika berbalas. Tapi, apakah ini jenis merindu yang setipe dengan itu?  Suzy tak tahu. 

Ini semua karena Lelaki setinggi tiang listrik itu. Sejak Suzy tidak minum kopi bersama Sehun. Sejak Sehun menghilang darinya. Tidak bisa dihubungi lewat sms dan telepon bahkan email. Rumahnya sepi. Yang ia tahu orang tua Sehun telah meninggal. Ia menghilang ditelan bumi. Sejak itu, lelaki itu dengan kurang ajarnya masuk kedalam mimpi Suzy, menghantui tidur-tidur panjangnya dan membuat lingkaran hitam di bawah matanya semakin menggelap.

Dan di cafe inilah ia sekarang, mengelola beberapa cafe di Ontario yang telah ia rintis sejak kuliah. Ia mendudukan diri di kursi dekat jendela sebagai kegiatan rutinnya sambil minum kopi dengan mata menerawang ke jalanan depan cafe. Bagi Suzy kopi itu pahit namun juga manis, meski tak sesegar teh kesukaannya. 

Ia kembali  menyeruput lattenya yang tinggal setengah ketika Kris, pemiliknya sekaligus kafe ini duduk dihadapannya sambil menggenggam tangannya. Tipikal lelaki jangkung jenis lain yang sama-sama membuat hatinya berdentum-detum, bedanya Kris lebih hangat. Terlebih saat tersenyum manis dan... menatap matanya hangat seperti saat ini.
Suzy tak mampu mengontrol kedua sudut bibirnya untuk tertarik ke atas. Sial! Kenapa orang-orang setinggi tiang itu suka seenaknya, sih?

“Dear, sudah lebih dari seminggu kau selalu pulang terakhir dan minum kopi disini. Something happend, huh? Kau ‘kan tea addict? Aku jadi minum teh sendirian,” protesnya sambil megerucutkan bibir yang tambah membuatnya cute setengah mati.
Dan sudah lebih dari seminggu ini juga lelaki itu tanpa lelah menawari Suzy teh. Ada apa ini? Seharusnya Suzy tetap meminum teh, tanpa perlu ditawari, tanpa perlu diingatkan.

“Hanya ingin suasana ba..” jawa Suzy sekenanya.

“Ini bukan tentang laki-laki albino itu ‘kan?” belum sempat pertanyaan itu dijawab, Kris kembali menimpalinya pertanyaan yang membuat alisnya tampak hampir menyatu. Apakah ia marah?

“Aku...,”

Sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Suzy menunjuk handphone, meminta izin mengangkatnya yang disambut Kris dengan anggukkan lalu berlalu.

“Ada restoran asia baru yang enak di ujung jalan tempatmu bekerja. Datanglah! Beep...”

Suara ini kan suara lelaki tiang lainnya, Oh Sehun. Setelah dua minggu menghilang, setelah dua minggu membuatnya merasakan pahitnya kopi, tiba-tiba laki-laki itu muncul begitu saja dengan permintaan, ah, lebih tepatnya  perintah!

Kilatan memori tentang masa SMA-pun berkelebatan silih berganti di kepalaku. Selama Suzy terdaftar sebagai murid SMA dulu, ia tidak begitu dekat dengan lelaki pendiam itu. Well, mereka memang sekelas, tapi tidak pernah dekat, bahkan bertegur sapa. Oh Sehun hanya memiliki mata kecokelatan yang terlihat hangat, selebihnya ia adalah lelaki berkulit pucat yang dingin dan tak tersentuh dulu. Sekarang juga, sih, tapi sudah berkurang 7% mungkin? 

Entah bagaimana dengan tak sadarnya, Suzy membereskan cafe lalu setengah berlari. Dan tiba-tiba saja saat ia sudah melangkah masuk ke restoran baru itu sambil mengedarkan pandangan hingga hal yang tak diharapkannya terjadi. 
Sehun sudah disana dengan dua cup caffe latte. 

Pandangan mereka bertemu secara tak sengaja dan tak diinginkan, Suzy menahan napas. Mata sehun akan terus menatap tajam Suzy sampai gadis itu duluan yang memalingkan pandangan. 

Gadis itu memegang tas selempangnya kuat untuk menenangkan jantungnya. Ia  bersyukur, untungnya tatapan tadi tak membunuh. Jika tidak, pasti ia duluan yang  terbunuh oleh tatapan tajamnya laki-laki pecinta kopinya.

Suzy menggerutu dalam hati. Kenapa, sih, dia muncul tiba-tiba dengan perintah seenaknya begitu? Sepertinya muncul dan menghilang sesuka hati menjadi style baru Sehun. Huh!

“Merindukanku, Kakak Ipar?” tanya lelaki bermarga Oh itu. Senyeringaian menghias di wajah tampannya dengan kabut yang menutupi pengelihatannya. Suzy memang merindukan Sehun, tapi tidak dengan kondisi seperti ini.

“Berhentilah menangis setiap malam dan jaga calon keponakanku itu,”
Suzy semakin menunduk pilu, hatinya menjadi kelu, bibirnya berulangkali mengucapkan kata maaf pelan ditemani kopi pekat di depan mereka yang mulai mendingin. 

----------------------------------------------------------
Well, cerita ini pernah dipost di web fanfiction Suzy. Another story? Tergantung respon kalian, sih. Silahkan tinggalkan comment dan vote if you guys think this story is interesting. Are you really falling into this story?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Coffee TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang