Kepedihankah? Penderitaankah? Ketidakadilankah? Jangan ajari aku tentang itu.
Aku sudah pernah merasakan sakitnya terhempas dan terkapar di dasar dunia. Merasakannya lagi dan lagi, tak lagi membuatku ketakutan.
Rasa sakit sudah menjadi makananku dan tangisan sudah menjadi minumanku. Aku kenyang oleh ketidakadilan.
Yang menakutkan bagiku adalah, jika kaki ini tak lagi sanggup merangkak dan maju.
Jatuh dalam kepedihan tidak masalah bagiku, tapi aku tidak akan membiarkan diriku tenggelam di dalamnya.
Aku tidak akan menolak uluran tanganmu, aku tidak akan mengabaikan senyummu, aku tidak akan membantah kata-katamu. Aku tidak akan melewatkan satu kesempatan bahkan yang terkecil sekalipun, agar aku bisa move on.
Mungkin kamu bukan ayah dan ibuku, tapi kamu adalah mama, papa, teman, sahabat, dan keluargaku yang sejati.
Terimakasih tidak akan pernah cukup. Tapi itu satu-satunya yang kupunya, dan cukup pantas untuk kuberikan.