Dia masuk Test IQ di sekolahnya, karena sudah merupakan kegiatan wajib Siswa kelas 2 SMP untuk selanjutnya akan mengisi formulir Rencana setelah SMP, dengan semangat dan yakin Dia ingin Masuk ke SMA dengan standar Internasional...
Pada saat selesai, dia diberi amplop berisi hasil tes dan dia ingin memberikan hasil tes itu kepada orangtuanya,
Setelah Orangtuanya melihat, ternyata IQ anaknya adalah 80, dibawah standar IQ normal...
Dan dari IQ tersebut, orangtua anak itu pusing dengan masa depannya, sehingga mereka memutuskan untuk memasukkan anaknya ke akademi militer nanti. Tetapi anaknya tidak mau, dia ingin menjadi seorang "World-Class Architect"
Karena, dulu, dia sangat suka menggambar rumah, apapun kegiatannya selama bermain, pasti berhubungan dengan rumah dan rumah, sampai remaja dia tetap menyukai rumah...
Dari IQ rendah itu dan tanggapan orangtunya, dia tetap bersikeras untuk menjadi World-Class Architect, tapi Orangtua nya malah memaksa anaknya untuk tetap masuk ke Akademi Militer,
Dia ketakutan, dia tidak mau masuk militer, dia Sangat takut dengan Kekerasan, Kedua tangannya bergemetar tak berhenti menutupi wajahnya yang bingung, sedih, dan basah karena air mata....
Tetapi...
Dia kemudian berani membantah, dia dengan cekatan membuat desain rumah yang sangat bagus, bahkan dia menabung uang jajan nya hanya demi membeli buku Desan Arsitek, yang harganya sangat mahal...
Waktu demi waktu berjalan, sampai Karyanya pun selesai. Kemudia Dia sangat bahagia melihat Project nya yang sangat Indah, merupakan sebuah "Master Piece" buat Dia, dan dengan yakin, pasti orangtuanya akan mau untuk menyetujui Impiannya tersebut.
Orangtua nya Melihat karya anaknya tersebut. Namun, Mereka tetap membantah, dan malah mempertanyakan "Dengan otakmu yang IQ 80, mana bisa kau menjadi Arsitek terbaik dunia? kau pasti bercanda" dan Ayahnya melempar gambar anaknya. Dia dengan sangat sedih dan hampir menangis, memungut kertas itu dan masuk ke kamarnya...
Dari situ dia sangat depresi, sedih, sangat sedih...
Air mata yang dia tahan tadi, kemudian menjadi sangat deras, menggigit jempolnya sampai sakit, dan membasahi kertas Gambar yang dia banggakan sebelumnya...Dia berpikir, Mengapa ada Tes IQ di sekolahnya? dari emosinya yang sedih, kemudian berubah menjadi kesal, dan histeris...
Dia langsung membanting kepalanya sampai berdarah di kamarnya, karena sangat kesal akan dirinya yang bodoh, mendapatkan IQ 80. Dia merobek semua Kertas Gambar Rumahnya, yang sebenarnya sangat unik dan bisa menjadi Future Project nya, dan akhirnya, dia menulis surat kematiannya dengan darah di kepalanya, bertuliskan...
"Maafkan anakmu yang bodoh ini, tapi saya tetap akan selalu sayang dengan mu papa, mama..."
Setelah selesai, menulis surat itu, dia dengan tersenyum lebar, berlinang air mata, dan mengucapkan
"Selamat tinggal, Karyaku"