Just Say You Love Me - 2

141K 5.4K 52
                                    

Lagi-lagi aku harus menahan kekesalanku. la menculikku lagi dari kampus. Aku tidak habis pikir. Apa mungkin menculikku itu hobby-nya?

Dan lagi-lagi ia mengabaikanku. Ia masih terus bergelut dengan laporan-laporan dan berkas-berkas di atas mejanya.

Duh, repot kalau bertunangan dengan om-om gila kerja! Dengan malas aku menjatuhkan tubuhku di sofa Iseng kukeluarkan smartphone-ku dan dalam sekejap aku sudah bercengkerama di dunia maya.

Tanpa sadar aku tersenyum sendiri membaca comment temanku di Instagram. Foto yang diunggahnya adalah foto kami saat melakukan gladi resik untuk acara malam seni yang akan diadakan oleh gabungan mahasiswa dari beberapa jurusan.

Aku tertawa kecil melihat Kevin yang berada di tengah-tengah antara aku dan Andita, dan ia memeluk kami berdua. Comment nya benar-benar membuatku geli.
"Pilih yang mana? Kanan atau Kiri? Pilih dua-duanya boleh nggak?"

Lalu ditingkahi dengan comment-comment teman-teman yang lain yang tak kalah konyol dan lucu. Sesekali kuketikkan comment-ku yang segera disambung oleh temanku yang lain.

Tiba-tiba ponselku melayang dan berada dalam genggaman Vanno. Matanya melotot memandang foto di ponselku. la mematikan ponselku dan mengantonginya.

"Kembalikan!" seruku tidak suka.

"Aku tidak suka kau mengabaikanku, Sya!" kudengar suara dinginnya.

Heh?! Bukankah selama ini dia yang mengabaikanku? Kenapa sekarang dia yang menuduhku mengabaikannya? Dasar cowok aneh!

"Tidak kebalik Om?" cibirku menyindirnya. Usianya memang terpaut cukup jauh dariku. Aku seumuran dengan adik bungsunya, Gioninno Ardian Wijaya.

"Om? Kau memanggilku Om?" ia menyipitkan matanya.

Ups! Apa aku salah bicara? Kulihat ia mengetatkan gerahamnya, mendekatiku, mengurungku di sofa dengan kedua lengannya.

Aku merapatkan punggungku ke sandaran sofa, berusaha menjauh darinya. Sekarang sebelah lututnya bertumpu pada sofa yang kududuki. Tubuhnya makin condong kearahku.

"Kau mau apa?" tanyaku galak. Aku tidak suka ia mengintimidasiku.

"Kau pikir apa yang akan kulakukan, hmm?" ia balik bertanya. Bisa kurasakan hembusan nafasnya di wajahku.

"Jangan aneh-aneh!" gertakku.

"Ini tidak aneh bagi pasangan yang sudah bertunangan," aku makin terjepit. Vanno membungkukkan tubuhnya, menundukkan kepalanya hingga jarak antara wajah kami tinggal beberapa senti.

"Menjauh dariku!" kudorong dadanya. Tidak berpengaruh! Ia makin dekat.

"Kenapa kau selalu membuatku kehilangan kendali?" desisnya tepat di depan bibirku. Matanya menggelap.

"Aku tidak... hmmmphff... lagi-lagi ia membungkamku dengan bibirnya. Ini yang kedua kalinya!

la menyingkirkan tanganku dari dadanya dan menahannya di sisi kepalaku, memudahkannya untuk semakin dalam mengulum bibirku.

Aku gemetar. Ada perasaan aneh menyelinap dalam hatiku. Ciumannya terasa memabukkan. Kewarasanku di ambang batas. Perlahan Vanno melingkarkan lenganku di lehernya, lalu lengannya melingkari tubuhku.

Tanpa mauku, aku membalas ciumannya.

Kunikmati setiap sentuhan lidahnya yang bermain di rongga mulutku.
Suara decapan bibir dan lenguhan memalukan dari mulutku seolah menghipnotis Vanno untuk mengulum bibirku lebih dalam lagi.

Nafasku tersengal-sengal. Vanno belum juga ada tanda-tanda akan menghentikan ciuman mautnya.

"ASTAGA VANNO!" pekikan seseorang membuat Vanno melepaskan ku.

JUST SAY YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang