Gadis itu tetap disana, dengan gaun merah muda yang sangat manis dikenakannya. Tetapi ada apa? mengapa wajahnya menyiratkan luka?
Perlahan senja mulai menaungi langit, aku berusaha untuk tak menghampirinya. Tetapi apa daya, melihat raut wajahnya membuatku ingin menghiburnya,
"Sedang apa?" tanyaku padanya,
tak ada jawab darinya,
Mungkin dia ingin bersama senja,
Aku pun berdiri disebelahnya, menikmati pantulan kilauan langit senja di atas tenangnya lautan,
"Aku rindu..." ucapnya dengan suara pelan dan pandangan yang tak lepas dari lautan.
"Siapa?" tanyaku penasaran, siapakah gerangan yang ia rindukan?
"Lelaki ku... juga cinta pertamaku," ujarnya dengan nada yang parau,
Ohh aku mengerti, rindukah ia dengan kekasihnya? dan lautan mengingatkannya terhadap sosok lelakinya itu?
"Pacar?" tanyaku sekenanya,
"Bukan... dia Ayahku. Meninggal karena tsunami Aceh, lautan selalu mengingatkanku padanya..." ucapnya dengan jelas kali ini, perlahan bisa kulihat air mata membanjiri pipinya.
Hanya beberapa kalimat, dan membuatku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Ia bercerita, hanya untuk mengurangi sesak di dada.
Selepas itu kami hanya terdiam menikmati suasana, sampai sisa-sisa senja tak lagi ada.
Ia pun pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan satu patah kata pun,
Sepulangnya dari situ, aku mengambil buku catatanku dan menuliskan seberkas kata,
Bertahun-tahun lamanya,
ia berpulang padanyaGadis bersatin sutra,
menatap tenangnya lautanLautan yang pernah menjadi bencana,
angkara murka, dan sengsaraLautan yang meninggalkan luka,
membawa cintanya,panutannya,
'lelaki' nya,Yaitu Ayahnya...
• Pelabuhan Ratu, 11/08/2016 [10.20]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Senja
PoetryBukan pujangga, hanya ingin menyampaikan puisi miliknya, itupun jika berguna, - yha #323 dalam Poetry [23/072017] #383 dalam Poetry [25/07/2017]