I Want to Find The World I Desired

8 1 0
                                    

Angin berhembus pelan, membuat suasana sejuk. Warna-warni bunga menghiasi sekeliling tanah tempat ia berdiri sekarang. Langit sangat cerah, membuat yang melihatnya merasa tenang. Hewan-hewan pun hidup saling berdampingan. Sambil menahan surai pirangnya agar tak tertiup angin, ia melihat ke sekeliling. Betapa tenangnya tempat ini...

"Agata..." ia menoleh, tapi tak menemukan sumber suara tersebut.

"Siapa?" ia membalas. Cukup lama ia menunggu balasan.

Seketika, sekitarnya berguncang. Tak bisa mempertahankan keseimbangannya, ia pun terjatuh. Siap merasakan kerasnya tanah, ia memejamkan kedua matanya. Tetapi, ia tidak merasakan kerasnya tanah, melainkan empuknya kasur.

Ia perlahan membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit berwarna coklat susu.

"Mim..pi?" gumamnya pelan.

"Agata, ini sudah jam 9. Ayo bangun. Nanti sarapanmu keburu dingin" manik biru tua miliknya melihat ke arah kiri dan ia pun bertatap muka dengan seorang laki-laki yang memiliki surai dan warna manik yang sama dengannya. Hanya saja model rambutnya berbeda. Laki-laki ini memiliki rambut panjang yang diikat menjadi model poni tail supaya tidak menganggu pekerjaannya sehari-hari.

"Kak Lucius..." ia yang dipanggil Agata pun terduduk di kasur empuknya.

"Cepat ganti baju dan turun ya..." laki-laki yang dipanggil Lucius itu pun keluar dari kamar Agata.

Ah, tadi itu hanya mimpi... Tetapi, mimpi itu terasa begitu nyata. Tempat itu begitu tenang, tidak ada yang berani mengusik tempat itu. Betapa inginnya Agata tinggal di tempat seperti itu. Apakah tempat seperti itu ada di dunia ini? Agata bertanya-tanya tentang hal itu. Jika ada, maka Agata ingin sekali pergi ke tempat itu. Walau tempat itu begitu jauh sekalipun, ia tidak peduli.

Sadar dari imajinasinya, Agata membuka lemari besar berwarna coklat yang ada di sebelahnya. Ia mengambil sebuah dress hitam yang bagian atasnya berbentuk seperti kemeja lalu segera mengganti bajunya. Setelah memakai dress hitamnya, tak lupa ia memakai vest berwarna abu-abu untuk melengkapi penampilannya. Setelah sedikit merapikan rambutnya yang panjangnya sepunggung, Agata pun keluar dari kamarnya yang berada di lantai 2 dan turun ke bawah, menuju ke ruang makan.

"Akhirnya kau bangun juga, Agata. Aku baru saja ingin memakan sarapanmu" di ruang makan, duduk seorang laki-laki. Berbeda dengan laki-laki yang tadi, model rambut laki-laki tersebut adalah model rambut bob. Model rambut tersebut membuatnya terlihat cantik. Orang takkan tahu kalau dia seorang laki-laki jika tidak mendengar suara atau memperhatikan pakaiannya.

"Franz! Kau tega melihat adik tercinta kita tidak makan hingga nanti siang. Nanti kalau dia mati kelaparan bagaimana?" balas suara lain milik seorang laki-laki yang kini sedang berkutat dengan telur goreng. Orang yang dipanggil Franz itu hanya tersenyum kecil dan berkata bahwa dia hanya bercanda.

"Selamat pagi, kak Franz, kak Clause" orang yang sedang berkutat dengan telur goreng bernama Clause. Agata tersenyum kecil melihat kelakuan mereka berdua.

"Ayo makan sarapanmu sebelum Franz yang rakus memakannya" suruh Clause lalu menghidangkan telur goreng yang baru ia buat di atas meja makan.

"Kalian masih saja bertingkah seperti anak kecil ya... Padahal usia kalian sudah 25 tahun" ucap Lucius yang baru saja selesai membuat secangkir kopi dan duduk di salah satu kursi meja makan.

Perkenalkan keluarga Agata. Keluarga Agata terdiri dari 4 orang. Yang pertama, Lucius Nathaniel. Ia adalah kakak laki-laki pertama Agata. Usianya 27 tahun. Lucius bekerja sebagai penata rambut. Salah satu sebab mengapa rambut Agata begitu lembut dan berkilau adalah karena Lucius yang rutin merawat rambutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The World I DesiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang