6. Trouble Maker

7.9K 620 88
                                    

おはようございます。

Selamat pagi dan selamat bertugas.

Raja Zeus mengambil handuk yang tersampir pada gantungan di dekat shower, mengeringkan tubuhnya sebelum memakai celana boxer. Tangannya juga meraih handuk yang ukurannya agak kecil dari henduk tadi untuk mengeringkan rambutnya.

Tiba-tiba indera pendengarannnya menangkap bunyi yang sangat berisik dari luar. Bunyi benda-benda berjatuhan dan pecah. Dengan asal ia lemparkan handuk kecil ke sembarang arah dan bergegas keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi di luar kamar mandi.

Pintu kamar mandi terbuka. Ia tampak terkejut. Bola matanya bergerak mengamati sekeliling ruangan yang tampak berantakan. Beberapa guci, gelas, botol kaca, dan lampu tidur pecah menjadi kepingan-kepingan dengan bentuk tak beraturan—berserakan memenuhi lantai kamar.

Melihat kondisi kamar yang jauh lebih buruk dari kapal pecah membuat rahangnya mengeras. Bola matanya memindai ruangan—mencari pelaku yang membuat kerusakan di kamarnya. Manik elangnya menatap nyalang pada si pelaku—sosok perempuan yang kini tengah duduk di atas meja sambil menyilangkan kakinya dan memegang sebuah gelas berkaki berisi cairan hijau transparan yang berkilau.

Perempuan itu balas menatapnya dengan tersenyum sinis. Jari tangannya bergerak—berubah posisi. Ia tak lagi memegang kaki gelas, tetapi bibir gelas dengan mengapitkan ibu jari dan jari tengah. Diangkatnya gelas itu tinggi-tinggi sebelum melepaskan jarinya dari bibir gelas itu.

Gelas meluncur dengan cepat dari jari-jari indahnya—mengikuti gaya gravitasi bumi yang sangat kuat. Ketika gelas tersebut menabrak lantai, gelas berubah menjadi kepingan-kepingan kaca dengan berbagai bentuk. Hal ini dikarenakan ada rongga tempat partikel yang membentuk kaca tidak bergandengan erat sehingga kaca mudah pecah dengan sebuah benturan keras.

Dentingan suara gelas bertemu dengan lantai terdengar memekakkan telinga. Namun, hal itu tak menganggu Zarya sama sekali. Ia malah menatap Raja Zeus dengan tampang polosnya. Tak menampilkan raut ketakutan sedikit pun, seakan-akan ia tak berbuat salah.

Raja Zeus berjalan cepat ke arah Zarya. Pecahan-pecahan kaca tak dihindarinya. Baginya, pecahan kaca seperti ini hanya sebuah batu kerikil yang sama sekali tidak berbahaya. Kerasnya latihan yang ia tempuh untuk bisa sekuat sekarang sangatlah berat. Sudah tak terhitung berapa kali peluru bersarang di tubuhnya, pisau mengggores kulitnya, dan benda-benda tajam lain yang bisa melukai dirinya.

Ada alasan tersendiri mengapa ia mengikuti latihan-latihan semacam pertahanan diri. Ia ingin melindungi dirinya dan pamannya dari musuh-musuh yang berkeliaran di luar sana. Mungkin orang-orang di luar sana mengira pamannya sudah tiada saat ini. Namun, kematian pamannya hanya kebohongan belaka. Ia dan keluarga sang paman—yang dirahasiakan keberadaannya, memanipulasi kematian pamannya sehingga para musuh sekarang hanya fokus mengincar Raja Zeus.

Ketika jarak Raja Zeus dan Zarya sudah dekat, tangannya segera mencengkeram rahang Zarya dan menahannya untuk mendongak. Posisi Raja Zeus yang berdiri lebih tinggi daripada Zarya yang kini sedang duduk dengan seksinya di atas meja. Raja Zeus mengamati ekspresi wanita itu. Tidak ada rasa ketakutan di sana. Hanya wajah polos dengan ekpresi datar.

What have you done, my Little Tiger?” Raja Zeus mendesis tajam. Matanya masih menatap lekat mata Zarya.

“Seperti yang kaulihat,” ujar Zarya tanpa dosa.

Raja Zeus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang