Bab 1

101 6 7
                                    

"Gue gak pernah ketemu hal sial selama ini, sampai gue tau lo punya perasaan ke gue! Ini hal terburuk di hidup gue!" bentak Farell yang baru saja masuk ke dalam kelas.

Sheina makin gugup. Keningnya basah oleh keringat. Sementara beberapa orang teman sekelasnya hanya tertawa. Dhea yang tadi membawa Farell ke dalam kelas, langsung ber-tos ria dengan Fhiesa yang berdiri di sebelahnya.

"Jadi bener ini tulisan lo, Itik Buruk Rupa?" tanya Naresha emosi. Dia mengacungkan sebuah buku tulis di depan wajah Sheina sambil menatap Sheina dengan pandangan jijik.

Sheina mengangguk. Wajahnya terus saja menunduk.

"Hei! Kalau lagi diajak ngomong itu jangan nunduk aja! Lo lagi nyari duit di bawah meja?" ujar Leon geram. "Dasar cewek satu koma lima!"

Farell menginjak sebuah buku yang sudah di buang Naresha ke lantai. Dia hendak membuka suaranya lagi namun Naresha langsung memotongnya. "Lo itu gak nyadar ya. Berani-beraninya jatuh cinta ke cowok gue. Lo mau saingan sama gue?"

Sheina masih diam, membuat Naresha makin emosi.

"Lo berani saingan sama gue?! Jawab!" teriak Naresha.

Sheina menggeleng. Dia hampir menangis tapi masih bisa ditahannya. "Maaf ...." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Sheina.

Naresha hendak melayangkan tangannya ke pipi kanan Sheina namun Farell menahan tangan Naresha.

"Udah, Beb. Ngabisin energi aja," kata Farell lembut pada pacarnya.

"Cewek jelek ini harus dikasih pelajaran, Beb!" balas Naresha kesal karena pacarnya menghalangi tindakannya.

Farell memegang bahu Naresha dan menariknya pelan. "Kantin aja yuk! Gue traktir hari ini," ajak Farell pada Naresha dan teman-temannya.

Satu per satu, anggota Geng Syantik mulai meninggalkan kelas. Sheina menarik napas dalam-dalam. Akhirnya dia bisa bernapas lega.

Puluhan pasang mata yang menyaksikan kejadian tadi menatap Sheina dengan tatapan meremehkan. Sheina pura-pura tidak melihat tatapan itu. Dia langsung mengambil sebuah buku yang diinjak-injak Farell tadi. Dibersihkannya lalu dimasukkan ke dalam tas.

Sheina duduk di kursinya dengan sebuah penyesalan. Kenapa buku itu bisa ada di tangan Dhea? Kalau Dhea tidak membaca halaman terakhir di buku itu, semua ini tidak akan terjadi dan perasaannya terhadap Farell tetap aman. Sekarang Farell pasti sangat membenci dirinya. Sekarang hari-harinya di sekolah pasti akan bertambah sulit, pikir Sheina sambil menelungkupkan kepalanya di atas meja. Akhirnya airmata yang ditahannya sejak tadi, tidak mampu terbendung lagi.

"Makanya jadi orang tau diri dong! Cewek satu koma lima aja kepedean banget nulis kata cinta untuk cowok terpopuler di sekolah ini."

"Gak punya kaca kali di rumahnya. Haha ...."

"Udah ah, ngantin yuk!"

Sheina mendengar ejekan temannya dengan sedih. Semua ini memang salah dirinya. Seharusnya Sheina tidak pernah menyukai Farell Mahendra. Seharusnya ia bisa membuang perasaan itu sejauh-jauhnya. Demi kebahagiaannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TENTANG CINTA YANG BERTAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang