Seorang wanita yang duduk ditribun penonton tersenyum melihat kearah segerombolan laki-laki yang sedang bermain futsal. Dengan cat kuas dan senyuman yang indah,ia dengan gemulai mengayunkan tanggannya diatas papan lukisnya.
"Va, mau pulang ga?",Dion duduk disebelah Deva sambil memperhatikannya.
"Lo dulu aja gapapa, gue masih mau disini",deva masih terpaku dengan lukisannya sambil sesekali melirik kearah lapangan futsal.
"Mau nunggu apa lagi sih va?",dion meilirik kearah lapangan futsal sambil menatap salah seorang pemain futsal yang sangat ia kenal.
"Lo dulu aja yon",akhirnya deva menatap dion dengan tatapan kesalnya.
"Va, siput ga selamanya sembunyi didalam cangkangnya",dion berdiri dari tempat duduknya dan berjalan pergi meninggalkan deva.
Deva hanya diam mendengar perkataan dion, dion selalu mengucapkan tentang siput dan cangkangnya yang sama sekali deva masih tidak mengerti maksudnya apa.
Ya, wajar deva memang paling bodoh kalau disuruh tebak-tebakan istilah ilimiah atau puitis seperti itu.
"Hah, lagi siput dan cangkang",deva mengehela napasnya pelan.
Seorang laki-laki berjalan menghampiri deva dengan senyum khas yang selalu membuat deva tenang melihatnya.
"Nih minum lo",deva menyodorkan botol mineral kearah Devin.
"Thanks",devin mengambil botol tersebut dan langsung meminumnya hingga habis.
"Va balik yok, udah mau maghrib ga enak sama nyokap lo",devin membereskan barang deva dan berdiri sambil menatap deva yang masih dengan kuas dan papan catnya.
"Hah? Oh iya", deva yang melamun langsung berdiri dan mengikuti devin yang berjalan duluan keluar dari arena futsal.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
May I?
Teen Fictionkata orang rindu itu menyiksa. kata orang rindu itu murah. kata orang rindu itu bagian yang paling ditakuti. bagaimana jika kita merindukan seseorang yang bukan kita miliki?