Kevin!

64 7 5
                                    

Aku mulai berjalan tanpa suara mendekati tempat tidur itu.

Saat sudah sampai tepat di samping tempat tidurnya, aku mulai berfikir bagaimana cara untuk membangunkannya.

aku mulai mengerutkan keningku dan menggaruk kepalaku, meski ku tahu kalau itu tidak gatal.

"Bagaimana kalau aku melompat di atas tempat tidurnya dan meneriaki namanya?" Fikirku sambil tersenyum licik.

Aku naik di atas tempat tidurnya dengan hati-hati. lalu berdiri, melompat-lompat, dan meneriaki namanya.

"Keviiiiinnn! Kevinnnn! Bangun kau dasar tukang tidurr!!!!!" Teriakku dengan nada keras.

Kevin yang tertidur dengan nyenyaknya, harus terbangun karena teriakanku.

Aku sebenarnya tidak tega membangunkannya seperti ini. tapi apa boleh buat, aku sangat rindu padanya.

Aku tertawa terbahak-bahak karena ekspresinya yang sangat lucu.

Kevin hanya memgerutkan keningnya sambil memerhatikan ku.

Aku yang masih berdiri sambil tertawa, langsung duduk di hadapannya.

"Hey?! Kau kenapa kevin?" Tanyaku.

"Felis?" Tanyanya.

"Hmm?" Tanyaku lagi.

"Apa ini sungguh kau?"

"Huhh! Ayolah Kev!?"

Kevin mebulatkan matanya dan langsung memelukku dengan eratnya.

"Nafeliss!" Teriaknya sambil memelukku.

"Astaga!Itu sangat erat kevin!"

"Justru pelukanku harus lebih erat dari ini" Katanya sambil melepaskan pelukannya.

Tidak,

Dia memelukku lagi.

"Kevin, sudahlah! Apa kau tidak mau menemani ku mengelilingi kota besar ini?"

"Tidak"

Aku langsung memasang muka rengek ku dihadapannya.

"Tapi ada satu tempat yang harus kita datangi" Sambungnya.

"Ohya? dimana?"

Senyum Kevin mulai terukir di wajah tampannya. Kevin menarik tanganku dan mengajakku untuk pergi ke suatu tempat yang akupun masih penasaran.

Kevin meraih knop pintu mobilnya dan mempersilahkan ku masuk.

"Silahkan putri cantik"Katanya.

Aku hanya tertawa kecil.

Hah. Dia seperti bodyguardku.

Kevin menyalakan mobilnya dan menjalankan mobilnya.

Apa, Kevin?

Haha, tidak. dia bukan pacarku. Dia hanya sepupuku.

Tapi terkadang, aku tidak menganggapnya sebagai sepupu.

Itu tergantung suasana.

Saat aku butuh teman, aku menganggapnya sebagai sahabatku.
Saat aku ingin tertawa, aku menganggapnya sebagai temanku.

Saat aku ingin sendiri, aku menganggapnya tiada.
Saat aku tidak punya uang, aku menganggapnya sebagai bank berjalan.

Saat aku lagi badmood, aku tetap menganggapnya sebagai sepupu.
Dan saat dia butuh, dia menyuruhku berpura-pura untuk menjadi pacarnya.

Banyak hal yang kita lakukan dulu, sebelum aku pindah kePerancis.

Keluargaku dan keluarganya bekerja sama dalam satu perusahaan yang mereka bangun sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang