Kata-kata Wilan sangat menusuk hatiku. Tak kusangka Kathrin tega melakukan hal ini, rencana hangout bareng yang sudah kami rencanakan jadi hancur hanya gara-gara sebuah pesan singkat yang isinya adalah hoax. Dari kejadian ini aku dapat mempelajari sesuatu, Wilan memang baik tetapi emosi nya sangat mudah dipengaruhi dan aku harus lebih berhati-hati jika aku ingin berkomunikasi dengan Wilan.
Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi dan masalah besar sudah menimpa diriku. Apa mungkin masalah ini adalah teguran dari Allah agar aku tidak terlalu dekat dengan pria yang bukan siapa-siapa ku dan mungkin juga ini ujian dari Allah untuk menguji seberapa besar keimanan ku kepada-Nya.
Aku yang sedang dilanda kesedihan besar ini, langsung mengambil wudhu dan melaksanakan shalat dhuha lalu aku membaca alquran untuk menenangkan hatiku. Aku lebih memilih beribadah seperti ini daripada harus menangis karena ayah dan ibu mengajari ku kalau kita merasa sedih atau dalam keadaan yang tidak baik, kita harus beribadah kepada-Nya, mengingat-Nya, memohon bantuan dan ampunan kepada-Nya karena kita harus tahu kalau ini adalah ujian ketakwaan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Ayah pernah berkata kalau semakin tinggi keimanan dan ketakwaan seorang hamba maka, semakin besar ujian yang diberikan oleh Allah SWT.
Setelah shalat dan membaca alquran, hatiku merasa lebih tenang meskipun tidak bisa menghapus semua kenangan menyedihkan itu. Aku sudah terlalu lelah untuk menangis kembali jadi aku putuskan untuk tidur lagi, se-pagi ini.
09.00 WIB
Tak ku sadari waktu begitu cepat berlalu dan masalah itu hilang dari otak ku untuk sementara. Aku yang sekarang sedang merasa lapar bergegas menuju dapur dan untungnya ibu sudah menyiapkan banyak sekali makanan. Makanan-makanan itu nampak sangat lezat, tanpa basa-basi lagi aku memakan semua makanan itu.
Setelah makan, aku duduk santai di halaman belakang rumah. Tiba-tiba angin berembus kencang, langit mulai mendung, aku merasa ketakutan.Badai pun datang. Aku bergegas masuk ke dalam rumah lebih tepatnya aku masuk ke kamar ku. Ku tutup semua jendela dan tirai agar aku tidak merasa ketakutan.
zrett...zrett...zrett...
Ponsel-ku berbunyi, dengan segera aku mengambil ponsel-ku dan melihat notifikasi yang muncul. Rupanya ada pesan singkat dari nomor yang tidak aku ketahui. Ku buka pesan singkat itu dan membacanya
Name: +6285333......
Zoya, maafkan aku yang tadi marah-marah padamu. Seharusnya aku bisa menjaga sikapku kepadamu saat itu. Aku telah membuat-mu sangat bersedih, aku mengetahui itu dari Abi. Dan ya.. aku juga mengambil paksa uangku yang kuberikan untukmu. Maafkan aku, Zoya. ~Wilan~
Aku berkata kepada hatiku, aku mengatakan apakah aku harus memercayai isi dari pesan ini ?, apakah yang mengirimnya adalah Wilan? Sejuta keraguan bersarang dalam pikiran-ku saat ini. Aku membaca pesan itu berulang kali sampai aku tidak sadar kalau Badai sudah berlalu. Badai nya berlangsung cukup lama.
Allahu Akbar... Allahu Akbar
Adzan Dhuhur telah berkumandang, aku mempersiapkan diri untuk pergi ke masjid. Hari ini aku tidak sendiri, temanku Ida juga pergi ke masjid bersama diriku.
Aku mengambil wudhu dan mengambil mukena bali merah burgundyku dari lemari.
"Zoya.... Zoya, ayo berangkat.."
Itu suara Ida yang sedang menunggu diriku di bawah. " Iya, da. I'm coming," ucapku sambil melangkah turun ke bawah. Aku sudah sampai di bawah dan segera menuju ke masjid bersama Ida.
"Zoya, kamu kok lama banget ?Padahal kamu sendiri yang ngajak aku buat nemenin kamu jalan ke masjid, " ucap Ida sedikit kesal
"Iya deh, da. Maaf, lain kali aku gak bakal ngulang lagi kok. Janji."
"Janji, ya."
"Iya, Ida."
Sepanjang perjalanan kami asyik mengobrol, gak ada tempat untuk 'jaim'. Tak terasa kami sudah sampai di masjid. Kami masuk dan melaksanakan shalat berjamaah dengan jamaah yang lainnya.
Shalat berjamaah pun selesai, kami ( aku dan Ida ) pulang bersama dan sepanjang perjalanan kami terlalu asyik mengobrol sampai-sampai Ida tidak menyadari kalau aku dan Ida melewati tempat yang banyak sekali belalang nya. Ida adalah satu-satunya teman di kompleks ku yang paling takut dengan belalang, melihat gambar belalang saja ia sudah sangat ketakutan, ketakutan setengah mati. seperti yang ku katakan tadi, kami terlalu asyik mengobrol sehingga kami tidak menyadari kalau kami sudah sampai di rumahku.
"Ida, masuk yuk. Aku buatin teh," ajak ku kepada Ida.
"Zoya, aku minta maaf. Aku harus pulang sekarang, ayah dan ibuku pasti sedang menungguku," ucap Ida
"Oh, nggak apa-apa kok."
"Aku pulang dulu, Zoya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah Ida pergi ke rumahnya, aku masuk ke dalam rumah. Dan,
"Ayah dan ibu sudah pulang ?"
"Iya nak, ibu kangen sekali sama kamu," ucap ibu sambil memeluk diriku
"Aku juga kangen sama ibu," ucapku dalam dekapan hangat ibuku
"Nak, kamu nggak kangen sama ayah?" ucap ayah
"Eh, ayah." Aku berjalan menuju ayahku yang sedang duduk di sofa dengan membawa setumpuk buku Matematika, maklum ayahku adalah seorang guru Matematika.
"Aku juga kangen kok, sama ayah," ucapku
Akhirnya, ayah dan ibu sudah pulang ke rumah dan aku tidak akan kesepian lagi. Hari ini, adalah hari yang menyenangkan dan menyedihkan bagiku. Masalah-ku dengan Wilan menyisakan trauma di hatiku. Aku tidak mau memikirkan hal itu lagi, yang aku inginkan hanyalah aku bisa menikmati kebersamaan bersama keluarga kecil-ku tanpa ada beban.
Jam berputar begitu cepat sehingga aku tak menyadari hari sudah mulai malam dan besok adalah hari yang paling mengesalkan bagi sebagian besar pelajar. Ya, besok adalah hari SENIN. Aku tidak begitu menyukai hari Senin karena beberapa alasan yang sudah umum dikalangan pelajar.
Aku menyiapkan buku-buku pelajaran untuk esok hari,Shalat Maghrib berjamaah,belajar,makan malam,Shalat Isya', tadarus alquran di masjid, pulang kerumah, tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happen ?
Teen FictionSahabat... adalah tempat dimana kita bisa merasakan kebahagiaan, kesetiaan, dan kenyamanan yang sesungguhnya. Zoya, itulah namaku. Di sekolah aku memiliki dua orang sahabat yang sangat mengerti aku dan selalu ada bersamaku dalam suka maupun duka. Pe...