Hayoung menguap lebar-lebar. Pelajaran hari ini sangatlah membosankan. Apalagi cuaca mendung, sesuai dengan hatinya yang ingin cepat menemani kasur dan selimutnya.
"Sekian pelajaran untuk hari ini, silahkan pulang."
Teman-teman Hayoung sudah pulang duluan, menyisakan Hayoung yang menunggu bus sendirian di halte. Apalagi cuaca mendung dan hujan yang mulai turun, menambah suasana mencekam di sekitar Hayoung.
Tak lama kemudian bus yang Hayoung tunggu datang. Dengan lega, ia bergegas masuk ke dalam bus yang membawanya ke dekat rumahnya.
Baru saja lega sudah masuk rumah, ia menjerit ketika mendapati seorang namja berada di kamarnya, duduk di meja belajarnya, membaca buku yang berserakan di meja Hayoung.
"Siapa kau?"
"Oh Hayoung. Kenalkan, calon suamimu." Terdengar suara ayahnya dari belakangnya.
"Mwo?!!! Calon suami? Ayah, aku bahkan belum lulus SMA!"
"Kalian sudah dijodohkan sejak lama dan kalian akan menikah dua minggu lagi."
"Kenapa tanpa persetujuanku?"
"Karena kau tidak punya pilihan lain," balas ibu Hayoung yang kemudian pergi bersama ayahnya, menyisakan Hayoung berdua dengan namja itu.
"Keluar!" Kata Hayoung, "aku mau beristirahat."
"Kalau begitu istirahatlah. Anggap aku tidak ada," balasnya sambil tetap fokus pada buku yang dibacanya.
Hayoung mendengus. "Kembalikan bukuku. Aku tidak memberimu ijin masuk kemari atau menyentuh barangku."
"Tapi aku mendapat ijin dari kedua orangtuamu."
"Astaga tolong kembalikan bukuku dan keluar. Aku butuh istirahat!" Kata Hayoung yang mulai emosi.
"Daripada itu, aku tidak menduga seleramu buku John Green."
Mata Hayoung mendelik.
"Jangan sampai kau memberitahu hal itu pada orangtuaku," desis Hayoung.
"Kita lihat saja nanti, jika kau membuatku kesal," katanya sambil mengangkat bahu.
"Kau bahkan tidak tahu namaku. Tidak mau berkenalan?" Tanyanya lagi.
"Tidak dan sudah kubilang aku mau istirahat."
"Kenalkan, aku Oh Sehun. Dan kau Oh Hayoung, aku tahu. Umurku 23 tahun jadi aku lebih tua lima tahun darimu, jadi berbicara yang sopan."
"Astaga. Tolong. Kau. Keluar. Sekarang. Juga," kata Hayoung penuh penekanan.
"Hei, kamarmu ini luas. Meja belajar dan kasurmu berjarak satu meter lebih. Kau tidak akan terganggu."
"Aku tidak bisa tidur dengan lampu menyala."
"Matikan saja, tidak masalah."
"Kau benar-benar membuatku kesal," gumam Hayoung sambil mematikan lampu.
Hayoung melepas ikat rambutnya, sabuk dan dasinya lalu mengeluarkan bajunya, setelah itu naik ke tempat tidurnya, membelakangi namja bernama Sehun itu, lalu terlelap.
...
Hayoung membuka matanya dan mengerjap-erjap. Sedetik kemudian matanya melebar dan ia memundurkan wajah.
"Omo! Apa yang kau lakukan!" Gerutu Hayoung ketika mendapati wajah Sehun yang sangat dekat dengannya.
Tepatnya, Sehun duduk di sebelah tempat tidur Hayoung sambil menopangkan dagunya pada tangan kanannya, menatap Hayoung yang tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetheart
FanfictionHayoung merasa hidupnya hancur ketika ia harus menikah saat baru berusia tujuh belas tahun. Belum lagi calon suaminya, Oh Sehun, yang selalu merecoki segala sesuatu yang diperbuatnya. Ia hendak kabur di hari pernikahannya, sampai tragedi itu terjadi...