Aku memandangi kamar ini untuk kesekian kali. Membayangkan kemustahilan yang tak mungkin bisa kuharapkan. Aku teringat bagaimana paras wajah cantik wanita itu. Ketika aku sedang melamun sambil menikmati mie ayam di kantin sekolah terlihat seorang wanita yang sungguh indah dipandang. Terbayang selalu wajahnya. Tak mudah untuk diabaikan. Melihat senyumnya aku hanya termenung, melamun seperti orang bingung.
Aku seperti dihantam sesuatu. Tak biasa ku seperti ini. Aku tahu diri siapa diriku sebenarnya. Hanya siswa biasa, bukan siapa-siapa yang selalu familiar di sekolahku. Dalam diriku berpesan untuk mencari tahu siapa sebenarnya wanita itu. Entah bagaimana caranya.
Saat bel masuk berbunyi aku kembali ke kelas. Ketika semua temanku sudah berada di kelas aku mencoba untuk menanyakan siapa wanita yang aku lihat tadi. Kemudian aku menanyakan kepada teman sebangku yang bernama Tony.
"Eh, ton lu tau engga cewe yang rambutnya panjang, putih hidungnya rada pesek ituh?" tanya gue ke Tony.
"Ah lu mah cewe mah dimana-mana rambutnya panjang kalo cewe rambutnya pendek itu polwan" jawab tony dengan guyonan kebiasaanya.
"Gua nanya serius anjir kok cantik si lu tau namanya engga ton"
"Iya lu tanya aja sama dia emang gua emaknya apa" jawab tony.
Seperti biasa Tony memang kalau diajak serius selalu direspon dengan guyonan receh. Sedikit kesal sebenarnya tapi namanya juga teman.
Bayangan wanita itu membuat tidak fokus dengan pelajaran. Entah apa yang membuat aku seperti ini. Padahal aku kalau mengobrol sama cewe saja grogi. Yah sudahlah mungkin saja ini awal jalan asmaraku.
Sampai bel pulang berbunyi pun aku berusaha mencari asal usul wanita itu. Aku menunggu diparkiran bersama si curut Tony. Pandangan tajam mataku pun sudah aku mode on hanya untuk melihat wajah wanita itu.
Aku sudah menunggu lama diparkiran tapi wanita itu tak kunjung datang. Saat itu aku mulai berpikir apakah pada saat dikantin itu hanya imaginasiku saja? Ah kupikir tidak. Sudah kurekam dalam kapasitas memori internal otakku, bagaimana bentuk wajah dia. Tak mungkin mudah untuk aku delete dalam ingatanku. Akhirnya aku mengajak Tony untuk mengakhiri perburuan untuk mencari darimana wanita itu.
Bayangan wanita itu belum juga berganti. Masih terngiang-ngiang dengan paras cantiknya. Sampai melupakan makan, tugas, bahkan ibadah. Ah sedikit lebay memang tapi apa boleh buat masa remaja merupakan masa yang paling indah. Tak mungkin terbebani oleh masalah ekonomi yang semakin kompleks, dengan tingginya harga kebutuhan yang semakin tinggi. Karena, itu urusan orang yang sudah kompeten. Aku ini masih pelajar SMA kelas 11 masih jauh dari pikiran itu. Yang aku lakukan hanyalah menuntut ilmu, bermain bersama teman, meminta uang jajan, dan beribadah. Jika sempat mungkin bisa mencari kekasih. Iya target kekasihku hanyalah wanita yang tadi untuk saat ini.
Hari sudah berganti, melihat jam dinding sudah menunjukan waktu pagi. Beraktifitas untuk hari ini pun segera dimulai. Yeay! Entah apa yang membuat aku menjadi semangat pada hari ini. Mungkin wanita itu?
"Ah, bisa jadi" kataku dalam hati.
Sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh ibuku pun langsung aku makan. Setelah menghabiskan sarapan aku langsung berpamitan kepada kedua orang tuaku tanpa lupa untuk meminta uang jajan.
Sampai sekarang aku masih belum menyerah untuk mencari nama wanita misterius itu. Harapan untuk mencari tau sebenarnya dia masih tersimpan dalam benakku.
Bahkan saat sampai dikelas, aku kembali menyapu pandanganku pada sekeliling tempat. Saat itu aku sengaja duduk didekat pintu untuk melihat para siswa berjalan untuk mencapai tujuan kelas mereka dan tentu saja supaya melihat agar wanita misterius itu lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pengagum
RomanceKetika aku sedang berada di kantin sekolah tanpa sengaja pandangan mataku tertuju kearah wanita yang begitu cantik. Aku tak mengenalnya bahkan baru melihat untuk pertama kali.