awalan

18 0 0
                                    

Sore, langit mendung di kota ini, tampak sedikit celah celah awan yang masih bersinar, udaranya nampak seperti pagi hari, sedikit sejuk tak telalu banyak kendaraan bermotor berlalu lalang, tampak beberapa guru dan satpam sekolah sedang duduk dan saling bercakap-cakap ringan, mungkin tentang nikmatnya sore yang dingin dengan secangkir kopi hitam yang menenangkan. Bel sekolah telah berbunyi memang, namun sebagian siswa masih sibuk dengan kegiatan tambahan, lapangan sekolah penuh dengan teriakan teriakan saling memperebutkan bola, oper-mengoper dan bekejar kejaran, di sisi timur terdengar alunan nada sedikit fals dari terompet usang tak terawat yang belum kunjung diperbarui, aku sendiri duduk bersandar di sebuah kursi plastik tua.
"hey, ayo pulaang.. Sedang apa kau bengong di sini " sapa salah satu teman yang hendak pulang melewatiku.
" ohh... Siapa yang bengong, ini lagi duduk2 aja, capek mah langsung pulang" sahutku.
" ok, aku duluan ya" ucapnya sambil perlahan Berlalu. Ujang namanya, dia mantan ketua OSIS, juga anggota pramuka yang bisa d bilang cukup aktif di masanya, kami berteman baik, karna organisasi dimana aku sebagai anggotanya, juga karna pramuka. di sisi lain aku juga anak musik, sering tampil sekedar hiburan mengisi waktu kosong di setiap acara sekolah. Bisa dibilang aku salah satu siswa cukup aktif di sekolah.
Ahh tempat ini, sekolahku, tak pernah sedikitpun aku berpikiran akan berada di tempat ini, bahkan aku baru mengenalnya ketika aku baru masuk ke Sekolah Menengah Pertamah yang terletak tepat di sebelah kanan gedung kantin sekolah ini. Hal tersebut pun masih belum membuatku untuk berpikir bahwa aku ingin bersekolah di sini. Entah apa yang menuntun ku sampai saat ini bisa berada di tempat ini, rasanya aku bersyukur sekali, meski tak semua orang sependapat denganku tentang sekolah ini, bahkan beberapa dewan guru terlihat berseberangan dengan fikiranku. tak peduli, tempat ini tetap menarikku untuk selalu ingin berangkat lebih pagi dan pulang ketika mentari perlahan tenggelam di sudut-sudut gedung pemerintahan yang menjulang.
Terdengar aneh sepertinya, seorang anak pelajar SMA yang lebih senang menghabiskan waktunya di sekolah sedangkan yang lain malah sibuk-sibuk mengeluh karna sekolah datang pagi sekali dan pulang sore seperti ini.
Mungkin mereka tak seberuntung aku yang dengan mudahnya dapat menikmati hal-hal kecil berarti yang ada di setiap sisi dan sudut sekolah ini, mulai dari setiap sapaan ceria dari orang-orang di sekelilingku dengan senyum tulus yang menggugah hati untuk dapat bisa segera membalasnya. Ada juga yang berbaur dengan sedikit keterpaksaan karna suatu ikatan solidaritas tanggung jawab, ah.. Aku tidak mempermasalahkan, mereka semua terlihat lucu. Belum lagi sapan yang membuatku tak bisa apa-apa. melewatinya saja pun fikiranku berhenti sementara, mencoba mempersiapkan kata-kata yang layak untuk diucap sekedar untuk menyembunyikan gugup yang melanda karna hati sudah mengusai fikiran yang sedikit tersisa.
Hanya karna sapaan aku sudah jatuh ***** dengan sekola ini haha, berbeda lagi dengan ruang kelas tempatku belajar selama tiga tahun ini, penuh dengan sekumpulan orang-orang "aneh" yang membuatku terheran- heran dari mana datangnya mereka. *Dalam hati "kok ada yaa, orang-orang kayak gini, ahahaha :v".
Aku juga kenal baik dengan penjaga sekolah di sini,salah satu namanya pak Baroto, orangnya sedikit gendut, tidak terlalu tinggi dan berkumis tebal, dia orang yang ramah dan suka bercanda, dia juga pandai bermain gitar. Pertama kali aku lihat dia main sih, dia memainkan melody sama rhytm dengan bersamaan kalau tidak salah salah satu lagu dari"one ok rock". Dan aku yang kala itu belum tau apa-apa tentang alat musik hanya bisa melongo terkagum-kagum melihat jarinya begitu lihai berpindah2 sangat lincah seakan-akan jemarinya dapat melihat freet gitar dengan enam senar yang begitu rumit untukku.
Yah, begitulah semua ini hal baru dalam hidupku. organisasi, musik, sapaan-sapaan dan begitu banyak hal lainnya yang tumpah ruah seketika ketika aku meletakkan kakiku di atas area sekolah ini.

Beberapa saat kemudian, awan kelabu tampak menjadi-jadi, tak terlihat lagi celah sinar mentari, sore ini tampak semakin dingin, dan tak lama kemudian bulir-bulir indahnya jatuh perlahan ke bumi, mengguyur...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tak BerjudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang