bgm: 끝 - 권진아
Ponselku berdering menandakan telepon masuk. Lee Louoontertera di layar ponselku. Cepat-cepat aku meminta izin kepada temanku yangsedang merapihkan gelas, untuk mengangkat telepon. Aku merindukannya. Akumenjawab panggilannya. "Halo," Ah, suara di seberang hubungan teleponitu masih sama. Masih dengan nada ceria yang aku suka. "Akumerindukanmu" kataku tanpa menjawab halo darinya. Terdengar suara tawanyadi ujung telepon. I miss all his little things.
"Kau sibuk?" tanya pria yang sudah hampir 3 tahunmenjadi kekasihku.
"Tidak juga, kafe sedang sepi. Ada apa?"
"Apa kau mau bertemu, malam ini?"
Jantungku berdetak sangat cepat mendengar kalimat itu.
"Tentu!" Antusiasme terdengar lantang darisuaraku.
"Baiklah, akan ku jemput sepulang kau bekerja. Sampaijumpa"
Sambungan telepon terputus dengan senyum yang membekas diwajahku. Aku kembali ke belakang kasir dan melanjutkan pekerjaanku.
"Kau seperti baru saja menang lotere," temanku, Minhwanmelihat senyumku.
"Ini lebih baik daripada lotere," kataku sambil menghitunguang.
"Ah, pacarmu akan datang ya?"
Senyum di bibirku semakin merekah.
Minhwan bertepuk tangan sekali. "benar kan dugaanku"
"Berisik. Sana kembali lanjutkan pekerjaanmu," ujarku masihsambil tersenyum.
Menit demi menit berlalu seperti semua yang dilewatinyatidak penting. Matahari telah lama beristirahat dan bulan menggantikantugasnya.
"Minhwan-ah, tolong bersihkan kaca bagian atasnya. Aku taksampai," kataku sambil berdiri di atas kursi kayu.
"Dasar pendek," ejekan itu bukan berasal dari dapur, tempatMinhwan sedang membereskan stok kopi dan yang lainnya, melainkan daribelakangku. Suara itu suara yang ku rindukan. Suara yang selalu memiliki nadaceria yang ku suka. Aku menoleh dan mendapati Louoon oppa sedang melipat tangannya di dadanya, berdiri di samping mejaterdekat.
Aku menirukan gayanya, "kau juga tidak terlalu tinggi,"
Louoon oppatersenyum dan mengulurkan tangannya, "baiklah baiklah. Ayo turun,"
Aku menggenggam tangannya dan turun perlahan. Tangannya yangselalu ku genggam untuk menghangatkan tanganku. My favorite.
"Tunggu sebentar," aku mendudukkan Louoon oppa dan segera pergi ke dapur.
Minhwan menoleh saat aku tiba di pintu dapur. "Pacarmu sudahdatang?"
Aku hanya memberikannnya senyum atas pertanyaannya.
"Yasudah sana, aku dan Chani akan membereskan sisanya. Kausudah merapihkan meja dan mengelap kaca bagian bawah kan?"
"Wah kau cerewet sekali. Hehe. Semua sudah ku lakukan,tenang saja." Aku memberi hormat pada Minhwan.
"Aish, kau ini. Sudah sana, pacarmu sudah menunggu," usirMinhwan.
"Baiklah kalau begitu, daah Chani, Minhwan, aku duluan ya!"Aku langsung menuju ruang ganti dan menukar seragamku dan menggantinya dengantshirt dan kemejaku serta celana jeans. Merapihkan rambutku dan riasanku, laluselesai! Aku segera berlari menuju meja yang ditempati Louoon oppa.
"Sudah siap?" tanya Louoon oppa sambil berdiri dari kursinya.
"Siap!" aku menggandeng lengannya dan keluar dari kafe.
Setelah kami berdua duduk di mobil dan memasang sabukpengaman, aku menoleh padanya, tidak biasanya dia diam seperti ini. "ada yangingin kau katakan?"
Louoon oppa sepertitersentak, "ah, apa kau sudah makan?"
"Hmm, belum, tapi aku juga tidak terlalu berselera,"
"Kalau begitu kita take away," seperti biasa, iamenghiraukan perkataanku kalau aku berkata tidak berselera makan.
Pada akhirnya, kami membeli 2 porsi spagetti danmenghabiskannya di rumahku. Aku dan Louoon oppaduduk bersampingan di bawah sofa. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya,tempat favoritku. Spagetti milik Louoon oppasudah habis, sedangkan milikku hanya tersentuh sedikit.
Biasanya, Louoon oppa akanmenyuapiku, tapi.. kenapa sih dia?
Aku mengangkat kepalaku dan menatap Louoon oppa yang sedang melihat ke arah laindengan tatapan kosong. "Hey.. ada apa? Apa ada yang mengganggu fikiranmu?"
Louoon oppa tersentaksedikit, "ah, tidak.."
"Lalu? Kau bersikap berbeda sekali hari ini,"
"Yeoreum-ah," Louoon oppamenyebut namaku sambil menghela nafas. "let's break up,"
Aku tidak mengharapkan kata itu yang keluar dari mulutnya.Aku berusaha mencerna 3 kata yang ia katakan setelah namaku. Tidak, aku tidakbisa mencerna kata-kata itu. Aku... kenapa??
"Kenapa?" tanyaku pada akhirnya. "apa aku melakukankesalahan?"
Louoon oppamenghela nafas dan mengusap wajahnya. Mengusap rambutnya yang dulu biasa kumainkan saat ia berbaring dan meletakkan kepalanya di pangkuanku.
"Kumohon, jangan bertanya. Apapun alasannya, kau tidak salahapapun. Kau tidak melakukan kesalahan apapun," aku menyadari Louoon oppa tidak menatapku sedetikpun. "It'sover."
Louoon oppa bangkitdan membawa piringnya untuk dicuci. Aku mengikutinya dengan langkah gontai.Menatap setiap gerak geriknya yang sedang menggulung lengan bajunya yangpanjang. Saat ia selesai mencuci piringnya, ia hanya diam disana selamabeberapa waktu. Aku menghampirinya dan menarik sedikit bagian belakang bajunya.
Louoon oppa kembalimenghela nafas. "Yeoreum-ah..,"
"Biarkan aku seperti ini untuk beberapa saat, kalau kautidak ingin aku bertanya," aku menyandarkan kepalaku di punggungnya. Matakusangat panas. Hidungku sakit. Aku benci sekali menangis. Tapi kali ini, kurasaaku tidak bisa menahannya.
Tetesan bening air mataku mengalir perlahan. Aku tidak tahumana yang lebih sakit, mata dan hidungku, atau sesutu didalam tubuhku. Perlahanaku terduduk dengan tangan masih menggenggam ujung bagian belakang baju Louoon oppa.
Aku merasakan baju Louoonoppa sedikit bergerak. Pergerakannya seirama dengan isakku. Mungkinkah...ia menangis?
Aku tidak pernah merasa bisa menangis selama ini. Akumelepas genggamanku dan menjatuhkan tanganku, bersamaan dengan jatuhnya airmataterakhir saat itu. Aku melihat kaki Louoon oppaberbalik dan ia berlutut didepanku. Mengusap sisa airmataku. "Bangunlah,"
Louoon oppamembantuku berdiri, ia memegang bahuku. "Himnae. Jadilah Yeoreum yang sepertidulu, yang selalu ceria dan mencerahkan hari-hari orang lain. Seperti sebelumbertemu denganku," Louoon oppamelepaskan tangannya dari bahuku dan mengambil kunci mobilnya, lalu melewatikudan berhenti tepat dibelakangku. "bisa antar aku ke pintu?"
Aku mengantarnya ke pintu sambil membawa hoodienya dan terusmenatap punggungnya yang bergerak saatmemasang sepatunya. Ia mengambil paper bag yang aku tidak tahu kapan iamembawanya masuk dan memberikannya padaku.
Aku menatapnya dengan heran kemudian mengambilnya. Saat akumelihat isinya, pintu rumahku terbuka dan aku melihat punggung Louoon oppa menghilang bersamaan dengantertutupnya pintu. Aku melangkah ke arah pintu, namun aku sampai pada saatpintu tertutup.
Paperbag yang ku pegang jatuh terlebih dahulu sebelumtubuhku sendiri jatuh. Kali ini aku tidak peduli sakit pada hidung dan mataku.Aku menangis tanpa sadar. Menarik paperbag berisi scrapbook yang dahulu pernahaku dan Louoon oppa buat bersama danhoodie milik Louoon oppa yang taksempat ku berikan. Scrapbook tersebut berisi foto-foto kami di setiap momen.Aku memeluk scrapbook berwarna coklat dan hoodie hitam tersebut. Aku masih bisamencium aroma khas yang menguap dari tubuh Louoon oppa. Aku membenamkan wajahku pada hoodie tersebut dan bersandarpada pintu. Menunggu. Menunggu akan momen-momen di dalam scrapbook ini, danpemilik aroma yang melekat pada hoodie ini kembali.
Mungkinkah?