PROLOG

31 4 2
                                    

Saat pertama kali kubuka mataku, aku sudah tak berada dikamar, melainkan berada dilapangan taman. Rasanya badanku sakit semua, dan orang orang mengerubungiku dan melontarkan pertanyaan yang berentet rentet hingga aku tak mengerti mana yang harus kujawab.

Rasanya tubuhku normal normal saja. Hanya saja yang tidak normal, bagaimana aku bisa dilapangan yang entah ada dimana. Seingatku, lapang yang berada diarea panti asuhan, tempat tinggalku, tidak ada patung. Dan rasanya aku kenal dengan tempat ini. Tapi itu tidak mungkin karena tempat itu berada ditempat yang tidak bisa kujangkau.

Aku semakin merasakan kejanggalan itu, saat mereka, para shinsengumi membawaku kekantor mereka. Sudah jelas jelas bahwa shinsengumi itu tak nyata. Aku tau betul karena tiap hari aku melihatnya dari balik layar handphoneku.
Hanya dengan dress tidur polos berwarna putih dan rambut terurai bebas agak acak acakkan membuatku malu saat menuju ke kantor Shinsengumi. Seperti anak hilang saja aku ini. 

Hidupku berubah total. Saat dipanti, aku mengidap penyakit berbahaya dan membuatku tak bisa kemana mana. Hanya melihat video dan membaca, aku menghabiskan waktuku. Dan saat aku berpindah kesini, semua normal. Aku tak punya penyakit. Nyaris sempurna.

Aku punya ilmu berpedang dan beladiri tapi belum pernah kupraktekkan karena keterbatasanku. Aku sungguh berterimakasih pada pengasuhku dipanti, karena sudah memberikanku berbagai jenis buku yang sangat bermanfaat disini.

Dapat bertemu dengan sosok idola yang sangat ingin kutemui, mengobrol bersama, makan bersama, sungguh seperti mimpi ! Padahal ini sudah jelas jelas bukan mimpi.

Aku mulai bisa merasakan betapa indahnya dunia, walau dunia animasi berbeda dengan dunia nyata. Sekarang aku bisa berlari kesana kemari, karena ditubuh asliku kedua kakiku sudah lumpuh total. Penyakit yang sudah merenggut apapun dariku sejak aku masih berumur lima tahun. Dan diumurku yang memasuki pertengahan dua puluhan, aku bisa mengulangi hidupku seperti saat masih normal.

Ya, normal fisik tetapi bukan normal mental. Karena kebahagiaan yang tak bisa kudapat saat masih kecil, membuatku bertingkah layaknya anak anak disini. Dan itu sangat memalukan !

Dikelilingi oleh orang yang peduli denganku semakin mengingatkanku pada pengasuh panti yang sangat menyayangiku. Aku senang bisa tinggal disini. Tetapi aku juga merasa egois. Aku tak memikirkan bagaimana dengan teman temanku dan pengasuhku didunia nyata. Tak memikirkan bagaimana kondisiku yang asli. Apa aku baik baik saja ? Apa menghilang dan sejarah keberadaanku menghilang ? Apa tubuh asliku sudah mati ?

Aku tak tau dengan itu. Aku ingin kembali ketempatku berasal. Tetapi aku juga tak mau meninggalkan tempat dimana aku bisa menapatkan kembali kebahagiaanku yang sempat hilang walau dunia ini sangat berbahaya.

Kami-sama, tolong berikanlah aku jawaban dari semua kebingungan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang