Jarum jam bergerak memutar dalam kesunyian. Malam sudah pekat menyelimuti bumi bagian benua Amerika. Hewan-hewan nocturnal sudah bernyanyi bersama malam. Meskipun berada di negara dengan budaya barat mendunia dan cukup tinggi angka kriminalitas, tapi lingkungan di sini sangat aman, nyaman, dan damai. Kebisingan tidak lagi dikeluarkan oleh anggota keluarga yang berumur satu tahun karena anggota keluarga paling kecil itu sudah terlelap sejam yang lalu.
Sayangnya, seorang wanita sedang mengkhawatirkan seseorang yang belum tiba dari jadwal pulang biasanya. Tidurnya menjadi tidak nyaman dan gelisah. Ia hanya ingin tidur dalam dekapan hangat dan menenangkan dari suaminya.
"Tadaima."
Sang wanita yang berada di kamar langsung bangun perlahan. Dikiranya suara mobil tadi adalah mobil tetangga. Tenyata mobil suaminya yang terparkir di garasi. Tanda kedatangan suaminya juga ditandai dengan bunyi kunci pintu dan engsel yang dibuka.
Langkah kakinya segera menuju ke pintu utama. Dihadapannya berdiri sang suami sedang mengganti sepatu dengan sandal rumahan.
"Okaeri, anata!"
Sang suami tersenyum dibalik raut wajahnya yang letih. Ia dapat melihat sang istri yang matanya memerah sangat bersemangat menyambut kepulangannya.
"Kenapa belum tidur?" ucap Sasuke menyentuh lembut pipi istrinya.
"Kenapa pulangnya larut sekali?" balas sang istri tanpa menjawab pertanyaannya.
Uchiha Sasuke, sang suami, berdiri tegap. Tubuhnya membungkuk untuk memberikan kecupan di kening wanita paling berharga di kehidupannya. Mendapat perlakuan dari sang suami, Uchiha Sakura memejamkan kedua matanya. Bagaimanapun kecupan dari suami tampannya itu dapat menyalurkan kasih sayang yang mendalam.
Setelah Sasuke memberikan kecupan, kedua tangan Sakura mengelus lembut pipi Sasuke. Sasuke memejamkan matanya dan mengenggam tangan Sakura yang masih memberikan kehangatan di wajahnya.
"Mau kusiapkan air hangat?"
"Kau sedang merayuku?" tanya Sasuke dengan maksud lain.
Ambigu dengan pernyataan sang suami, Sakura mengerutkan dahinya.
"Apa maksudmu?" kata Sakura benar-benar tidak mengerti.
"Kau tidak mengerti maksudku, istriku?"
Pipi Sakura merona. Bukan karena mengerti maksud Sasuke tapi karena penekanan panggilan 'istriku' membuat jantung Sakura berdetak tak karuan. Siapa yang tidak 'doki doki' kalau suami sangat menunjukkan keposesifannya melalui penekanan kata? Rasanya sangat luar biasa.
"Ish. K-kau ini kenapa sih?"
Gemas dengan kepolosan Sakura, Sasuke menyentil jidad wanitanya. Decakan kesal terdengar dari bibir Sakura. Tapi karena ultimate expression of love dari sang suami, yaitu sentilan di dahi membuat Sakura berjuta-juta kali mencintai Sasuke. Kadang suaminya ini suka bermain kata dan sulit untuk ditebak sekalipun lewat telepati.
"Mungkin lain kali saja. Aku lelah."
"Hmm, terserah," jawab Sakura santai. "Kusiapkan dulu airnya. Eh, atau kau mau makan malam dulu, anata?"
"Sambil menunggu air hangat, aku makan dulu."
"Akan kusiapkan."
Sakura berjalan duluan di depan Sasuke sambil menenteng tas laptop milik Sasuke serta tas ransel yang berisi riset milik suaminya. Padahal ransel itu sangat berat hampir lima kilo karena berisi buku referensi dan jurnal. Tenyata istrinya sangatlah kuat setelah Sasuke memperingatkan kalau ransel itu sangat berat. Sakura berkeras diri membawanya ke meja kerja Sasuke dengan alasan Sasuke seharian ini selalu menggendongnya di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Love
FanfictionMereka hanyalah keluarga kecil yang harus berpindah benua karena sang kepala keluarga mendapat kesempatan untuk melanjutkan menimba ilmu di luar negeri. Bebannya sedikit berkurang karena sang kepala keluarga turut membawa sang istri yang baru dinika...