[GD] 3 : Edisi bangkrut di mall

93 13 9
                                    

Hai guys! Ketemu lagi sama Delyn^^ gimana cerita yang 1 dan 2? *ash, yasudahlah*
Ini sebenernya, lanjutan chapter 2 hehe.
Oke, happy reading gaes!

WARNING! TYPO DIMANA-MANA

----------

Glen Ardana pov

"Nak Seno, nak Dion, kalian gak mau minum dulu?" Tanya nyokap gue.

"Engg--"

"Iya, kalian gak kasian sama mama? Dia kan udah bikin khusus buat kalian, ehh kaliannya gak mau." Potong gue sambil mamerin puppy eye andalan gue.

"I-i-iya kita bakal minum kok, kan gak baik kalo nyia-nyiain minuman seger kek gini. Mubazirlah! Iya gak Yon?." Sahut Seno sambil menyikut perut Dion.

"Awh, gila! Sakit beneran gue broo! Lo maen kasar ya?" Ucap Dion lirih.

"Mah Glen mau ke Mall dulu ya." pamit gue ke mama.

"Iya dah, sono gih pergi mamah juga udah males liat muka kamu."

Dasar nyokap biadap, gue pecat juga lu jadi nyokap gue.

"Ihh, mama kok gitu. Glen kan baru pulang dari New York." Gue memulai sandiwara gue. "Oh iya mah, uang Glen kan masih Dolar semua mah! Glen kasih yang rupiah dong." Lanjut gue lagi.

"Alamak, kamu kan enggak---"

"Mahhh," kini Dion dan Seno ikut memperhatikan.

"Yaudah nih! Ngomong aja, kalo mau minta duit." Nyokap gue nyodorin lima lembar uang seratus ribu ke arah gue.

"Kok cuma ini Mah? Kalo segini, cuman habis buat bensin doang mah."

"Boro-boro udah dikasih," gue mulai ngedumel gak jelas.

Lah, yaudah deh. Kan masih ada duitnya duo kampret ini.

"Dari kalian berdua, yang bawa mobil siapa?" tanya gue.

"Glen, gue bawa mo--" Sahut Seno

"Gue juga." Potong Dion tak mau kalah saing.

"Alah, lo mobil butut aja dibanggain. Udah, pake punya gue aja Glen." Sindir Seno

"Dasar, orang gak tau seni. Itu tuh mobil antik bego! Sama mobilnya elu juga, masih mahalan punya gue."

Gue hanya terkekeh pelan.

Onde-mande ternyata enak kali jadi cewek, bisa ngerasain gimana rasanya direbutin dua cowok bego.

"Udah, gak usah pada ribut ya babe. Mending kita naik mobil aku aja." Nyokap gue mulai cekikikan.

Gue tau alesan nyokap gue cekikikan. Kenapa enggak? Anak kesayangannya yang ganteng, kece, serta-merta maco ini sekarang berubah jadi cans, lembut, and sopan kek gini. Ck

"Eh, berangkat sekarang yuks." Tangan gue melingkar, menggandeng Seno dan Dion.

"E-eh iya-iya." Dion menyela.

"Gue yang nyetir ya! Glen duduk didepan ya, sama abang."

Abang-abang palelu peang! Sejak kapan lo jadi abang gue? Yang mbrojol duluan kan gue, bukan elo bego!

"Enggaklah, gue yang bakal nyetir!" Bantah Dion.

"Yaudah, kalo elo yang nyetir gue gak papa. Berati Glen, duduk di jok belakang sama gue."

"Ah lu mah tahik! Sabeb dah sekanenya lu aja."

"Aku yang nyetir. Kalian berdua duduk dibelakang." Kata gue.

Glen Diary'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang