Rag Doll

19 4 0
                                    

"Aku pulang..", Yoongi memberi salam lalu memelukku dari belakang.
"Baru pulang, sayangku..? Masih ingat jalan pulang..".
Bau keringat. Semalaman Yoongi tidak pulang, dia pergi bermain basket di lapangan distrik sebelah. Dan... Sedikit bau alkohol..
Aku berbalik, dengan mata berkaca, kuremas kaos hitam oversized nya.
'Plak!', kutampar dia hingga jatuh terduduk. Kuremas & kutarik kerah kemejanya, tanpa bisa melihat kedua matanya yang ditutupi topi hitam, kutampar pipinya sekali lagi, hingga tepian bibirnya berdarah.
"Yoongi.. Kau akan mendapatkan yang lebih buruk jika berani minum alkohol lagi", lalu kubanting tubuhnya hingga pipinya membentur lantai. Sedikit bercak darahnya menciprati karpet lku. Biar saja, nanti dia sendiri yang membersihkannya.

"Aku haus...", rintihnya.
"Kamu tau di mana kamu bisa mendapatkannya", aku duduk di meja kerjaku lagi, melanjutkan desain karakter yang harus kuserahkan pada perusahaan game yang membayarku minggu depan.
Yoongi merangkak melewati tumpukan pakaian kami yang berserakan di ruang tengah, menuju kamar mandi. Dia menekan tombol flush di toilet yang terbuka, menengadahkan tanggannya untuk mengumpulkan tetesan air dari sana lalu meneguknya.
"Kamu sudah bayar uang sewanya? Air nya sudah mengalir. Mereka tidak jadi mengusir kita dari sini kan??", suaranya sudah pulih, cih, sepertinya air toilet itu benar benar berhasil menyegarkan tenggorokannya.
"Anjing! Sudah, diam!", aku memegangi kepalaku, mencoba kembali berkonsentrasi untuk gambarku.
Yoongi benar benar diam. Dia duduk mendekap lututnya dengan bersandar di depan pintu kamar mandi. Bias mentari pagi masuk ke ruangan kami dari sela tirai yang sudah lusuh. Kulitnya yang putih kemerahan tampak seperti adonan roti di bawah siraman cahaya.

Aku berdiri lalu menghampirinya dengan tubuh telanjangku, merangkak saat aku sudah semakin dekat padanya.
"Kalau saja kau tidak menghabiskan uang kita di meja judi, aku tidak perlu meniduri bos ku untuk membayar sewa flat ini", aku membuka topinya,memastikan matanya menatap pada kedua mataku.
Dia hanya seonggok rag doll sekarang. Seorang suami yang kehilangan tajinya setelah kemarin melihatku menyetubuhi Jungkook, bos ku, di depan ke dua matanya.
"Wae? ... Kamu kelihatan menikmatinya tadi malam.. Senikmat itu kah.. Apa Jungkook lebih nikmat dari aku..?", matanya menyisir tubuh telanjangku yang kini duduk di pangkuannya.
Kuremas pipinya hingga bibir tipisnya menciut.
"Brengsek. Aku sudah dapat 2 juta nya", 'cuih', aku ludahi wajah tampannya, lalu membenturkan kepalanya ke dinding dua kali.

Sialan. Aku benar benar sebal. Punya suami yang hanya tampan saja seperti dia benar-benar kesialan terparah dalam hidupku. Bahkan di casino pun dia sering kalah. Uh.. Aku ingin membunuhnya saja sekarang.

"Kill me. Kill me, sayang.. Percuma juga aku hidup. Uang, harga diri, kamu, aku sudah kehilangan semuanya", ucapnya dengan wajah serius.
Aku berdiri, dan beranjak darinya. Sebaiknya aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang.

Pukul 10 pagi. Ah, aku tertidur rupanya. Syukurlah aku sudah menyelesaikan desainku. Tubuh telanjangku kini diselimuti kan tipis. Kulihat Yoongi sedang memasak di dapur. Aku bermimpi mungkin, jadi akan kulanjutkan tidurku. Tapi... Dia masih memakai kaos hitam & kemeja putih yang sama. Wajahnya sudah sedikit lebih segar.

"Hei honey, sudah bangun..? Ayo sarapan.. Sekarang sudah jam 10..", Yoongi menghampiriku dan membelai pipiku dengan telunjuknya.
Selalu seperti itu. Setelah bertengkar hebat, kami akan berbaikan lagi seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Tapi tidakkah Yoongi sadar bahwa aku sudah muak? Aku ingin Yoongi menafkahi keluarga kecil kami, bukan menghabiskan uang ku di casino dan membuat kami terpuruk secara finansial, dan mental. Ini tidak sehat.

Aku meraba selangkangannya, memaksanya berjalan menuju ruang tengah dan membuat kami duduk berpangkuan berhadapan di atas sofa hitam kami. Kubiarkan dia menjatuhkan selimut yang menutupi tubuhku.
"Aku belum mandi", ucapnya sambil menatap mataku.
"Pikirmu, aku..?".
Kudaratkan geligi dan lidahku di leher putihnya. Dia selalu selezat ini. Selalu.
"Uugh...", lenguhnya sambil meremas bokongku & membiarkan aku mencetak kiss mark di lehernya.
Kuselipkan tanganku ke balik kaos hitamnya, kumainkan putingnya, membuat lenguhan Yoongi semakin memenuhi pendengaranku.
Dia keluarkan p* nya yang sudah menegang penuh dari celana jeansnya dan mengarahkannya pada v* ku. Aku merasakan rindu yang amat sangat saat ujungnya menyentuh dinding luar v* ku. Aku merasakan rindu yang semakin membara saat p* nya melesak masuk memenuhi v* ku. Kugerakkan otot kewanitaan ku untuk meremas & menariknya  semakin dalam. Yoongi melenguh dan terpejam. Kucium bibirnya dan aku bisa merasakan kami berdua membara sekarang. Kumanjakan dia dengan gerakan naik turun. Dan dia masih terpejam keenakan. Setelah 20 menit yang hebat sebelum aku meraih kenikmatanku bersamaan dengannya, kujatuhkan tubuhku delam pelukannya. Di sela waktu itu aku sempat melihat kilatan berkelebat dari buffet di samping sofa kami. Tangan kanan Yoongi meraih pisau yang aku hiraukan meski sudah di sana sedari tadi. Pisau yang kini Yooni tancapkan dari punggung hingga menembus jantungku.
'Cres..', ditusukkannya lebih dalam, bersamaan dengan orgasme ku.
Kuterbelalak memandangi mata sayu nya yang mengutarakan selamat tinggal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rag DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang