5 tahun kemudian....
"Sasuke, sudah ibu bilang jangan lari-lari di dalam rumah!" Mikoto berkacak pingang. Di hadapannya berdiri seorang anak laki-laki berumur 5 tahun menunduk takut. Di samping anak itu terkulai lemah bunga anggrek sewarna sakura dengan pecahan pot keramik putih dan ceceran tanah disana-sini.
Anak itu masih menunduk. Mengigit bibir kecilnya, matanya sedikit berkaca-kaca. Raut penyesalan nampak jelas di wajah gembilnya.
"Maaf ibu, aku tidak sengaja," dengan ragu-ragu ia mengangkat wajah. Memberanikan diri menatap wajah ibunya yang diliputi amarah.
"Ayame,"
Seorang pelayan rumah tangga datang tergopoh-gopoh memenuhi panggilan nyonya besarnya.
"Iya nyonya,"
"Bersihkan semua kekacauan ini," tangannya terulur untuk mengendong sang buah hati, "setelah ini segera siapkan makan malam, Itachi akan tiba setengah jam lagi,"
"Nii-chan akan pulang?" tanya Sasuke. Onix hitamnya melebar.
"Ya, sebentar lagi Nii-chan akan datang. Karena itu sekarang Sasuke harus mandi," senyum merekah di wajah wanita cantik itu. Amarahnya lenyap entah kemana setelah menatap mata lebar yang ia wariskan pada si bungsu.
"Yattaa," Sasuke bersorak riang dalam gendongan sang ibu. Sedetik kemudian dia berceloteh riang mengungkapkan kerinduan pada sang kakak yang sudah setahun ini tidak ditemuinya.
Sang ibu hanya tertawa menanggapi celotehan putranya.
Setelah lulus dari universitas, Itachi langsung pindah ke Otogakure. Mengurus cabang Uchiha Corp, perusahaan milik sang ayah, yang ada disana. Setahun ini dia jarang pulang ke rumah karena kondisi perusahaan yang belum stabil.
.
.
.
BMW sport merah keluaran terbaru memasuki halaman mansion mewah bernuansa putih itu. Setelah memarkir mobil dan memastikan mesin mati, Itachi bergegas keluar. Sapaan ramah dari beberapa pelayan menyambutnya ketika melangkahkan kaki memasuki ruang depan.Melihat kedatangan Itachi, Fugaku bergegas menghampiri putranya. Memeluknya penuh kerinduan.
"Bagaimana kabarmu, nak?"
"Seperti yang Ayah lihat, aku sehat," Itachi melepas pelukannya.
"Bagaimana kabar Ayah?"
"Seperti yang kau lihat, Ayah juga sehat,"
"Dimana Ibu?"
"Sepertinya dia masih membereskan Sasuke,"
"Membereskan?" Itachi mengernyitkan dahi. Tidak paham dengan maksud 'membereskan'yang dikatakan sang Ayah.
"Dia baru saja menjatuhkan pot bunga kesayangan Ibumu. Anak itu benar-benar tidak bisa diam," bisik Fugaku sambil menggelangkan kepala.
Itachi terkekeh pelan. Sifat periang Sasuke yang sangat tidak Uchiha itu pasti sangat mengusik sang ayah yang memuja ketenangan.
Di hadapan mereka tampak Ayame sedang mengepel noda kecoklatan bekas ceceran tanah dari pot keramik yang baru saja di bersihkannya. Dia mendongak ketika menyadari seseorang berjalan ke arahnya.
"Ah tuan muda Itachi, selamat datang," Ayame membungkuk singkat.
"Bagaimana kabar tuan muda?" tanyanya malu-malu. Sedikit rona kemerahan menjalar di kedua pipinya.
"Aku sehat, seperti yang kau lihat," Itachi tersenyum ramah.
"Saya senang mendengarnya, tuan," Ayame tersenyum lagi.
"Itachi, kau sudah datang, nak"
Ketiga orang itu menoleh ke atas. Di anak tangga paling atas tampak seorang wanita paruh baya yang tetap tampak awet muda. Disamping perempuan paruh baya itu berdiri anak laki-laki gembul dengan model rambut mencuat ke belakang. Anak laki-laki itu tampak sumringah. Dapat dipastikan anak itu akan berlari menuruni tangga jika saja pergelangan tangan kanannya tidak di cengkram erat oleh sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother or Son?
Fanfiction[On going] [Hanya cerita ringan tentang keseharian kakak beradik Uchiha dengan segala kesalah pahaman tentang hubungan mereka] Uchiha Itachi, anak semata wayang Uchiha Fugaku, tahun ini genap berusia 20 tahun. Pada hari 'bersejarah' ketika ia memper...