Then Die

26 11 1
                                    

[Prolog]

Jika suatu saat kau di hadapkan pada pilihan membunuh atau di bunuh, apa yang akan kalian lakukan?

***

"Kau baru datang?"

Pertanyaan ini membuat seorang gadis yang baru saja duduk di kursinya menoleh ke arahnya. Lalu tersenyum manis, terlihat menarik bagi siapa saja yang melihatnya.

Park Minji tahu jika sahabatnya tengah merasa gugup karena nanti pada saat jam pelajaran pertama akan diadakan ulangan harian matematika.

"Iya." Balas Minji singkat

"By the way, tidak biasanya kau datang sepagi ini?" Heran Minji melihat Miyoung-Sahabatnya. Sudah datang sepagi ini.

Mengingat Miyoung adalah tipe siswi yang sering datang sekitar lima menit sebelum bel pertama berbunyi.

Miyoung menghembuskan nafasnya kasar. "Aku ingin belajar lagi. Kau tahu kan aku lemah di pelajaran matematika."

"Tidak hanya kau yang lemah dalam pelajaran matematika Miyoung-ah, aku juga sama sepertimu." Ujar Minji sembari menulis beberapa rumus di sebuah kertas.

Miyoung membulatkan matanya saat melihat Minji menyalin beberapa rumus dari buku catatan matematika miliknya.

"Yak! Kau ingin membuat contekan ya?!" Tuduh Miyoung.

"Yak! Jangan asal menuduh Youngi-ya, aku hanya ingin mengerjakan beberapa latihan soal dari Lee Ssaem." Bantah Minji tanpa melihat kearah Miyoung.

'Kring Kring Kring'

Bel pertanda pelajaran dimulai sudah berbunyi. Seluruh siswa-siswi yang sudah berada di sekolah ini saling menatap bingung satu sama lain.

Pasalnya, ini masih jam 7 pagi dan biasanya bel masuk di sekolah ini akan berbunyi pada pukul 07.30.

"Perhatian untuk seluruh murid untuk berkumpul di lapangan upacara sekarang."

Dengan sigap, seluruh murid yang sudah datang ke sekolah berjalan cepat menuju lapangan sekolah sebelum mendapat amarah dari guru konseling mereka termasuk Minji dan Miyoung.

"Ada apa ya?" Bisik Minji di sela-sela kegiatan baris-berbaris mereka.

"Molla." Balas Miyoung malas.

"Selamat Pagi anak-anak." Seorang pria paruh baya yang merupakan kepala sekolah dari JHS Senior High School mulai membacakan pidatonya.

"Di pagi yang cerah ini, sekolah terpaksa meliburkan kalian karena sebuah kejadian buruk terjadi di sekolah kita tadi pagi."

Minji dan Miyoung terlihat bersemangat untuk mendengarkan ocehan dari kepala sekolah mereka.

"Guru kebanggaan kita Lee Ssaem, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di dalam ruang UKS pada pukul 06.55."

Seluruh siswa yang ikut berbaris di lapangan sekolah mereka merasa terkejut. Guru kesayangan seluruh murid di JHS Senior High School ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.

Berita ini tak ayal membuat banyak siswa merasa shock, bahkan tak sedikit dari mereka yang menangis karena merasa kehilangan sosok guru yang tidak pernah marah kepada siapapun.

Kaki Minji terasa lemas. Rasanya ia sudah tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Ia bahkan hampir jatuh jika saja tidak ditahan oleh Jungkook yang kebetulan berbaris disamping nya.

"Minji-ssi, kau baik-baik saja?" Tanya Jungkook memastikan.

"Ya, aku hanya sedikit shock." Balas Minji sembari tersenyum.

"Hei, kau terlihat cantik jika tersenyum seperti itu." Puji Jungkook membuat Minji tersipu.

"Pipi mu memerah Minji-ah." Ledek Miyoung sembari terkekeh membuat Minji menjadi salah tingkah.

"Kau merasa malu padaku ya Minji-ssi?" Goda Jungkook membuat pipi Minji semakin memerah.

"Jangan menggoda ku." Titah Minji pelan membuat Jungkook dan Miyoung terkekeh melihat ekspresi lucu Minji saat sedang malu.

"Aku harus pergi, sampai jumpa." Pamit Jungkook.

Minji dan Miyoung, keduanya hanya tersenyum lalu berjalan ke arah kelas mereka.

"Ini masih terlalu pagi untuk pulang ke rumah." Ujar Miyoung sembari membereskan peralatan alat tulis nya.

"Lalu?"

"Hei, ayo kita ke cafe yang ada di dekat persimpangan sekolah saja." Ajak Miyoung membuat Minji menoleh ke arah nya.

"Ini masih jam tujuh pagi Youngi-ya, apa cafe itu sudah buka?"

"Cafe itu buka 24 jam, ayo kita kesana." Ajak Miyoung.

Minji menghela nafasnya. "Baiklah, kajja!"

"Hei, aku masih heran kenapa Lee Ssaem bisa meninggal di uks." Ucap Minji di sela-sela perjalanan mereka menuju Cafe yang Miyoung maksud.

"Lee Ssaem sudah cukup tua, mungkin saja dia kena serangan jantung mendadak." Balas Miyoung acuh.

Then DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang