Entah sudah berapa lama ia merenung, memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ini. Pemuda enerjik bersurai oranye ini hanya dapat terdiam bisu tak kala melihat rentetan kata perkata yang tak jauh dari kata mengkhawatirkan.
Ia bukanlah tipikal orang yang suka memikirkan hal hal yang rumit, namun mungkin pengecualian untuk yang satu ini.
Alunan lagu penghantar tidur tak didengarkan lagi tak kala notif pesan terdengar dari ponsel pintarnya, hanya sebuah untaian kata yang bertuliskan.
"Tak apa hanya flu biasa"
Namun tak sekali pun luntur perasaan resah yang sedari tadi menggerogoti relung pemuda semester akhir ini. Oh ayolah siapa yang tak cemas ketika sesampai dirumah mendapati pesan bahwa sang kekasih jatuh sakit akibat terlalu lama berada di suasana dingin. Lagi pula orang bodoh mana yang rela menunggu duduk diam di taman kota selama 2 jam penuh dimusim dingin seperti ini?
Oke ini mungkin salahnya juga karna meminta sang pemuda tinggi bermarga tsukishima tersebut menunggunya dengan maksud ingin pulang bersama, namun apakah otak jenius nya sudah tumpul hingga dengan bodohnya menunggu teguh dibawah hawa dingin ketika dirinya tak kunjung datang bukannya berusaha untuk menghubungi dirinya. Dan saat ditanya kenapa tak mencoba menghubungi jawabannya adalah
"Aku hanya sedang malas mengeluarkan handphone ku dari saku"
Oh my pemikiran bodoh mana itu.
Rasanya ingin menghardik dan mencaci maki pemuda tinggi ini, namun diurungkan ketika melihat wajahnya yang memerah dan matanya yang mulai sayu.Jam menunjukkan pukul 10 malam, namun tak ada urungan dalam niat sang pemuda oranye untuk tak keluar dari apartemennya menemui sang kekasih yang terbaring lemah. Dengan berbekal jaket parka dan syal oranye kesayangan yang sudah bertengger dileher berjalan meninggalkan singgah sananya. Suara dentingan pintu supermarket mengawali langkahnya menjelajahi jalan kurang dari 500 meter menuju tempat bernaungnya pemuda berkacamata tersebut. Memang, seharusnya ia dan tsukishima tinggal saja dalam satu atap agar memudahkan mereka bertemu, tapi entah apa yang merasuki pemuda hiperaktif ini mengurungkan usulan tsukishima untuk tinggal bersama. Mungkin kedepannya niatan tersebut akan ia pikirkan kembali.
Dua menit ia menunggu sebelum pintu penghalang akses jalan tersebut terbuka menampakkan wajah lusuh sang punya rumah, dengan tatapan yang seolah berkata-kenapa kau ada disini? - mengamati lekat lekat tamu tak diundang yang dengan santainya melenggang masuk tanpa perizinan.
"Aku sudah bilang hanya flu biasa" ucap tsukshima lesu.
"Kau sudah makan?"seraya membongkar kantung belanjaannya keluar dari sarang
"Kau dengar apa yang ku ucapkan?"
"Ya ya aku dengar. Duduklah kau sedang sakit dan berhentilah bersikap keras kepala kuso megane" aaaa sikapnya memang tak pernah berubah walau sedang terkena flu sekalipun. Kecakan pinggang dilakukan oleh hinata ketika sang megane tak punya niatan untuk berbaring sekalipun. "Berbaringlah, kepalamu pasti sakit"
"Apa yang kau bawa? Kau tak berusaha untuk memasak kan? Jangan lupa minggu lalu kau hampir membakar dapurku dengan alibi mu ingin memasak sarapan untukku"
decakan kesal terdengar sekali dimulut mungil hinata "aku membeli makanan tadi disupermarket, tenang saja. Jadi makanlah setelah itu minumlah obat" mendengar nada khawatir yang tercetak jelas pada akhir kalimat menghamburkan pertahanan keras kepalanya dan menunduk untuk menurut.
"Em" memang hanya gumaman kecil yang terdengar namun tindakannya yang mulai menyedok beberapa suap nasi masuk kemulut membuat sunggingan senyum terpatri diwajah imut sang oranye.30 menit waktu berselang semenjang hinata menetap dirumah pemuda tinggi ini, mata yang sedari tadi menatap intens sang oranye mulai mengendur sayu menandakan obat yang diminum mulai bekerja. Kompres kepala yang sedari tadi dipakai memberikan efek kerja menurunkan panas demam yang bersarang.
"Hinata" panggilnya
"Em" sahut sang oranye yang masih berkutat dengan pekerjaannya membereskan kotak sisa makanan tsukishima.
"Kau menginap? "
"Begitulah, aku akan tidur disofa mu"
"Tidurlah ditempat tidurku, aku tak keberatan"
"Tidak, kau sedang sakit"
"Lalu? "
"Sudahlah tsukishima tidurlah, aku tak ingin flu mu bertambah parah" ia terdiam kembali menatap punggung sang oranye yang menghilang dibalik dinding penyekat.Derap kaki terdengar ketika sang oranye kembali berjalan mendekat kearah tsukishima yang tak sedikitpun memejam kan mata emasnya.
"Kenapa? " ucapnya nyalang
"Kau seperti istri saja" ucapnya menyunnggingkan senyum kecil seraya menunggu respon dari sang oranye.
"Apa ini? Lamaran?"
"Menurutmu?" alih alih menjawab yang ditanya malah tertawa lucu.
"Baiklah baiklah, tuan tsukishima saatnya untuk mu tidur".
Ucapnya merapikan selimut hangat sang pemuda tinggi agar tak ada hawa dingin mencoba masuk kedalam tubuhnya.
"Em"gumamnya patuh. Pelan namun pasti didekatkannya tubuh mungil itu kearah sang pemuda tinggi, mengusap lembut surai pirangnya sebelum mengecup sayang dahi sang terkasih.
"Selamat tidur kei, aku mencintaimu"
Mendengar ucapan manis yang jarang sekali terucap dari mulut mungil nya tak telak membuat tsukishima mengulum senyum, mendekatkan lagi wajah kecilnya dan mengecup singkat dahi sang oranye
"Selamat malam juga shouyo, aku akan selalu mencintaimu".End
Akhirnya selesai...
Fanfic pertama maaf kalau masih banyak kekurangan dalam penulisan atau alur yang terlalu cepat. Ataupun karakter yang terlalu ooc, maaf sekali... Dan terima kasih untuk yang menyempatkan membaca ff abal ini sekali lagi terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Your Sick
FanfictionHanya sedikit cerita tentang hinata merawat tsukishima yang terserang flu