Aku menyusuri trotoar jalan raya ini, ditemani dengan lalu lalang mobil, motor, dan beberapa orang orang yang berjalan ditrotoar sepertiku. Hanya lampu lampu mobil motor dan gedung gedung pencakar langit yang menerangi jalanku.
Aku mendengus gusar, bingung harus kemana lagi aku berjalan. Kakiku pegal, sakit, dan ngilu. Ditambah dinginnya udara malam yang menembus mantel hangat yang kupakai. Senyumku mengembang saat melihat satu kursi panjang cukup untuk bokong dua orang, kudekati kursi panjang itu.
"Aaahh" desahku pelan, saat merasakan otot otot bokong, betis, dan kakiku melemas saat bokong dan punggungku menempel dengan kursi panjang ini. Lumayan nyaman untuk melemaskan otot ototku yang sedikit mengeras.
Ku edarkan pandanganku, melihat sekelilingku yang masih ramai dengan kendaraan dan orang orang yang berlalu lalang. Padahal waktu sudah menunjukkan sebelas malam.
Sungguh sial aku di Paris, dicopet dan sekarang tidak tau harus bagaimana. Aku tidak mengetahui jalan di Paris ini, aku tidak bisa pulang karena ticket pesawat, passport, dompet ada di Tasku. Aku tidak bisa kerumah Bibi Annie karena alamat rumah Bibi Annie ada didalam Tasku, Handphoneku juga ada didalam tasku. Dan sekarang aku harus bagaimana? Aku haus dan aku lapar, tapi uang disaku celanaku hanya tinggal £5, mana cukup untuk membeli makanan dan minuman di Negara serba mahal begini.
Aku mendesah kecil, kulirik jam tanganku. Hari sudah semakin malam, sebaiknya aku kembali jalan. Siapa tau ada seseorang yang baik memberiku tumpangan menginap dirumahnya, dan aku harap orang yang nanti memberiku tumpangan mempunyai stock makanan yang banyak dirumah.
Hush, aku sudah mengkhayal saja.
***
Jantungku berdetak lebih cepat dua kali dari biasanya, aku tidak tau kenapa aku bisa berjalan disebuah gang sempit dan gelap seperti ini. Aku terlalu banyak melamun dan tanpa sadar tersesat disuatu gang kecil begini. Badanku mulai berkeringat dan gemetar ketakutan, aku takut.. Bayangan dimana kejadian buruk yang lalu datang kembali keotakku.
aku tersentak dan memekik saat aku menabrak tubuh tegap seseorang, dan dengan sontak berjongkok dengan badan menelungkup ketakutan, mencoba menyembunyikan wajahku. Tangisanku pecah, tubuhku semakin bergetar hebat, dan bayangan bayangan masa laluku terus berputar diotakku.
"Don't touch me!! Aaarrhh" teriakku memekik saat seseorang itu menepuk bahuku. Aku merubah posisiku lebih menjauh dari dirinya kemudian menutup kedua telingaku.
"Jangan! Stop! Menjauh dariku!"
"Hei! you oke? Jangan takut." Ucap seseorang. Ku intip sedikit dirinya, dari khas suaranya aku mengetahui bahwa ia seorang pria, Sedang berlutut kepadaku. Aku diam, walaupun masih menelungkup takut dan suara senduan tangisanku masih terdengar.
"Kau butuh minum, agar senduanmu berhenti. Ayo ikut aku." Ucap pria itu, kemudian ia membantu membangkitkanku dan berjalan pelan sambil merangkulku dan berkata kepadaku dengan kata kata yang membuat aku tenang.
***
Aku melahap satu sendok nasi goreng yang kupesan, makanan ini sungguh sungguh lezat. Tidak sering aku bergumam kenikmatan karena rasa nasi goreng ini, membuat pria yang tadi menolongku terkekeh kecil. Ups, aku lupa dengannya. Ku tatap dia yang sedang menatapku dengan pandangan aneh itu, well dia cukup tampan. Aku lupa menanyakan namanya dan apakah ini makanan yang kupesan dibayar olehnya?
"Kau bukan orang Paris ya?" Tanya-nya tiba tiba. Aku mengerjapkan mataku sekali kemudian mengangguk ragu.
"Pantas saja" gumamnya dengan desahan pelan.
"Pantas saja kenapa?" Ia mesilangkan kedua tangannya didada, menyenderkan punggungnya disenderan bangku yang ia duduki dan menatapku dengan datar.
"kau tidak tau jalan yang tadi kau lewati itu apa dan tak tau siapa aku." Aku mengernyit bingung. Apa maksudnya? Apakah jalan yang tadi itu jalan terlarang? Dan.. Apakah ia terkenal?
"Memang jalan tadi apa? Dan memang kau siapa? Apakah kau terkenal?" Tanyaku bertubi tubi. Pria itu terkekeh kecil kemudian menggeleng gelengkan kepalanya pelan.
"Oke, akan aku jelaskan. Jalan tadi adalah jalan kekuasaan kakakku, dan kakakku sangat terkenal karena ia mempunyai club malam. Coba kau tanyakan kepada pelayan sini siapa kakakku." ucap pria itu. Aku terdiam sejenak kemudian memanggil pelayan yang tidak jauh dari meja kami.
"Apakah kau tau siapa kakaknya?" Tanyaku kepada pelayan sambil menunjuk pria yang tadi membantuku. Pelayan itu melirik pria tersebut dan tersenyum canggung.
"Seorang berandalan yang mempunyai harta banyak karena club malamnya yang sukses." Ucap pelayan itu masih dengan canggung. Ia seperti segan atau takut kepada pria dihadapanku, pria yang menolongku tadi.
"Lalu, mengapa kau terlihat segan dan takut kepadanya?" Pelayan itu tersentak, kemudian ia berdeham kecil.
"Maaf, pelangganku sudah menunggu. Aku harus pergi." Aku mengernyit bingung melihat gelagat pelayan itu yang terlihat aneh. Ku lirik pria itu dengan lirikan menyelidik.
"Sebenarnya kau siapa hah? Kenapa pelayan itu takut kepadamu?" Ucapku memekik. Pria itu tersenyum miring dan menatapku seperti sedang melecehkanku.
"kau tidak harus tau aku."
"Kenapa?"
"Karena jika kau mengetahui siapa aku, kau akan takut dan pergi." Ucapnya. Aku menggeram gemas, kesal karena perkataan pria ini berbelit belit.
"Memang kau kenapa? Ayolah to the point saja!" Bentakku. Lelaki itu menutup wajahnya kemudian kembali menatapku, kali ini dengan wajah yang serius.
"Aku adalah Greyson, adik dari Logan. Puas?" Tekannya. Aku mendelik tajam kepadanya. Lagi lagi dia mengulur ulur waktu.
"Tentu saja belum puas. Kau tidak memberitahuku kenapa pelayan tadi takut kepadamu."
"Semua orang di Paris itu takut padaku. Mereka takut kepada kakakku, karena berita berita yang sudah terjadi. Berita kalau aku yang suka bunuh seseorang dan kakakku yang selalu bermain dengan perempuan." Aku tertegun. Susah payah aku menelan air liurku yang tidak tau kenapa terasa sangat pahit. pria tadi yang baru kutahui bernama Greyson itu menatapku dengan pandangan datar, justru pandangan itu membuat aku semakin takut. Tidak, tidak mungkinkan Greyson seorang pembunuh? aku tidak percaya.
diam diam aku menggeserkan dudukku, aku ingin kabur dan pergi menjauh darinya.
"Kau kabur? Kau ingin bergabung dengan semua orang yang takut kepadaku? Silahkan, semua manusia didunia ini boleh takut kepadaku. Padahal aku hanya seorang pria yang baru akan berumur 17 tahun, yang ingin mempunyai teman. Tidak dijauhi dan disegani begini" ucap Greyson dengan nada acuh, tapi terdengar bergetar. Aku berhenti berjalan, terdiam ditempat mendengar perkataan Greyson tadi.
"I'm Sorry" ucapku pelan, kemudian kembali berjalan menjauhinya dengan langkah besar.
***
Seorang pria menghampiriku dengan mata yang sendu memandangku, jalannya sempoyongan dan bergumam gumam kecil. Aku berjalan mundur pelan pelan, menghindari pria itu yang kelihatannya seperti mabuk berat. Ya tuhan, kenapa Paris sangat menyeramkan, aku kira Paris kota yang indah dengan gemerlip cahaya terang. Tapi ternyata dugaanku salah, Paris kota seram dengan banyaknya pria pria bejat berkeliaran.
Aku meringis saat punggungku menubruk tembok tinggi, ini jalan buntu. air mataku mulai turun, deras membasahi pipiku dan Pria itu semakin dekat denganku, ia mencekalku dengan tangannya yang menekan tembok diantaraku, membuat aku tidak bisa berkutik.
"Hei" aku mengernyit mencium bau alkohol keluar dari mulut Pria tersebut. Aku tidak berani melihat dirinya, aku yakin ia pasti menyeramkan seperti yang aku bayangkan. Wajahnya semakin mendekat, aku mengalihkan mukaku menghindari dirinya yang hendak menciumku.
"Sialan! Diam kau!" Bentaknya sambil memukul pundak kananku, membuat aku memekik berteriak kesakitan. Tidak tau mengapa aku sangat lemas, pandanganku mulai buram. Pria itu kembali mendekatkan wajahnya kepadaku, hampir mencium bibirku.
"Logan! Don't touch her! She's my friend!" Teriak seseorang terdengar samar samar olehku, pria ini menengok kemudian menggeram kesal. Ia melepas cekalannya kepadaku, membuat aku terbaring jatuh ketanah yang terasa dingin. Aku melihat mereka saling bergelut, menghasilkan suara gedebuk dari tonjokan demi tonjokan. Kembali aku meringis saat bahuku berdenyut sakit, kemudian pandanganku menggelap.