1

1.4K 45 1
                                    

6 bulan kemudian

DUK DUK DUK

suara ketukan di meja hijau siang hari itu mengesahkan perceraian orang tua Ara , ayah dan ibunya resmi bercerai pada hari ini, setelah kekerasan yang hampir setiap hari dalam 6 bulan terakhir yang terus terjadi dirumahnya setiap malam , kedua orang tuanya samasama tidak tahan, sikap egois mereka menambah kesan bahwa mereka tidak bahagia.

Frans kembali sedikit normal, meskipun Ia menjadi gila skrg, hidupnya dilandasi dengan perempuan, setiap malam ke diskotik dan pulang mabuk2an, menyewa wanita sesuai kriterianya, dan berbeda setiap malam.

"Pada hari ini , sodara Degan Squil Cedead dengan Vannesa Queen Lenain saya nyatakan sah bercerai" suara lantang dari hakim tertinggi, suasana makin mencekam, Ara tersenyum getir sambil menitikan air mata, Frans berusaha tenang.

"Sudahlah ,ra. kita tetap akan melanjutkan hidup kok" sebagai gantinya, ara menjawab dengan dengusan lelah.

Pikirannya melayang pada kehidupan selanjutnya, kakaknya perhatian tapi egois, dan mereka akan hidup dengan ayahnya, karna hak asuh jatuh pada ayahnya. Ara bertekad, mulai sekarang dia tidak akan mempercayai laki-laki terkecuali, kakanya, karena ayahnya pun menghianati ibunya sendiri, begitu janjinya dalam hati.

*********

"Ara bangunn!! ingin pergi jam berapa kau ke kampus?" perlahan Ara meniliik dari balik selimutnya, senyuman manis khas Lea langsung terlihat

"astaga Lea, ini masih pagi buta, dan kau sudah menampakan wajah dihadapan ku?" Ara menggeliat dan menutup kembali selimutnya.

"kau itu sudah gila ya" Lea mendengus kesal , dilemparnya jam diatas meja kearah Ara "sekarang lihat jam ra"

Ara membelalakan matanya kaget "Kenapa kau tidak memberitahuku dari tadi? ini sudah jam 8 lea!" Ara meloncat dari kasur dan masuk ke kamar mandi.

Tiara Queen Cedead memasuki semester akhir di fakultas ekonomi, dan Leanata Theodore adalah teman Ara sejak SMP, suka duka mereka lalui bersama. Pagi ini Lea yang dibalut dress pink selutut, dan sepatu boots selutut juga, sengaja datang kerumah Ara, karna pasca ayah dan ibunya bercerai 2bulan lalu ,Lea tahu Ara tidak biasa bangun pagi tanpa campur tangan ibunya. Apalagi semalam Ia dan Ara baru saja dari hiburan malam, tentu saja Ara susah payah untuk bangun, berbeda dengan Lea yang kebiasaan bangun pagi.

30menit kemudian, Ara dan Lea sudah berada di dalam mobil Lea, Ara mengenakan kaus lengan panjang bunga dan dipadu padankan dengan rok sedikit dibawah lutut, serta kets bunga senada dengan bajunya. Lea melajukan mobilnya pelan.

"Jadi , sehabis Leon siapa nih, Ra? " ujar Lea lembut dilanjutkan tawa manisnya yang lebih terdengar meledek. "Ferdinand , semester awal, fakultas ekonomi" seringai Ara licik. "menarik, dia mengajak aku berbicara seminggu lalu, dan hampir setiap hari mengirim pesan"

"lalu apa rencana selanjutnya?" ujar Lea antusias , selalu begitu, ketika ada incaran baru dari Ara. "kita lihat sampai dia bertekuk lutut kepadaku, dan buang dia , simple as that" Ara berkata santai lalu turun dari mobil Lea.

Ini dia , universitas pialawrt, Ara berjalan berdampingan dengan Lea, dengan setumpuk buku ditangan mereka masing-masing.

"Ra, kau ingin masuk kelas? ini sudah jam setengah 10" Ara melirik jamnya

"tidak , kita ke kanti saja" mereka berbelok ke kanan yaitu jalan pintas kecil, mendadak karna perubahan rencana, tikungan tajam menempatkan Ara di posisi luar dan Lea dekat dinding.

Gedubrak !

seketika Ara murka, bukunya berjatuhan, kepalanya terantuk tembok kencang. Ara pusing berat karnanya, mencoba bangkit berdiri dan membenarkan posisi pakaiannya. seketika wajahnya geram sekali , menampilkan rona merah.

"Ariffiin Putra Leafin, kau--" desis Ara tajam sekali. yang disebut namanya hanya mengangkat bahu tanda tak peduli.

"ARI ! "

ujar Ara sekali lagi keras-keras hampir semua orang melirik kearah mereka. "kau bisa mengecilkan suara kan miss? ini buka hutan!" Ari bertampang santai.

PLAKK.

keras kencang dalam kondisi murka. Ari menganga tak percaya. "bisakah kau meminta maaf Mr.Ari?" terdengar horror, Ara menekan setiap kata yg baru saja keluar dari mulutnya. "lalu apa kau harus menampar wajahku miss?" ujar Ari sangat amat santai.

Demi Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, Ara benar2 geram, ingin sekali dia mengenyahkan Ari dari sini sekarang juga.

"sesuka hatimu ! kau ingin minta maaf atau.. " terhenti.

"minta maaf atau apa sayang?" suara Ari menggoda, betul-betul menaikan emosi Ara. "atau akan ku buat yang lebih dari ini Ari!" singkat padat jelas dan menikam lawan bicaranya

"ohhya? aku menunggu yaa my sweety" Ari mencolek dagu Ara, lalu mengedipkan sebelah matanya, dan melenggang pergi, dengan santainya.

"laki-laki brengsek ! " umpat Ara kesal Lea tertawa geli, sungguh sababat durhaka pikir Ara.

"Lea, mengapa kau terbahak senang disitu?" ujar Ara galak

"astagaa ampuni aku miss". Lea menekankan kata 'miss'

"Lea ! jangan menyebut ku seperti itu! kau ingin dapat yg sama seperti bedebah tadi itu ?!" ancam Ara sambil menunduk, membereskan barang2nya yg berjatuhan tadi.

"ampun miss , maaf maksudku Ara sayang, salah ya maksudnya my sweety" Lea tertawa lagi, betul-betul bahagia rupanya dia, Ara berdiri dan mencubit lengan Lea.

"aduh sakit ra, oke aku berhenti" Lea terkikik lagi, keluar air dari matanya.

Ara tidak peduli lagi dengan yg dikatakan Lea, Ia menarik Lea ke arah kantin, kali ini memperhatikan setiap langkahnya, mungkin saja ada lagi yang ingin menabraknya lalu mencari masalah seperti Ari tadi .

TBC

haaaai ! gimanaaa udah panjang belom? ayodongg aku sangat butuh vote dan komennya nihh. kalian read tapi gak votee sedih tauuu, ayo manaa suaramu new readerr, i need support nihhh. kritik saran sangat amat diterimaa yaa hehe

loveyaa

Ari vs AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang