「Apa yang sedang kau cari?」(Arti Hidupku)
「Apa yang paling berharga bagimu?」 (Kebahagiaan orang-orang di sekelilingku)
「Siapa yang paling berharga bagimu?」 (Dia)
「Apa kau yakin?」(Ya)
「Jika begitu, jangan pernah kau ingkari, ya?!」(Tentu)
PLAK!
Sebuah buku menghantam kepalaku, aku membuka mata dan melihat sosok perempuan yang berkecak pinggang.
"Hey pemalas, kau selalu saja tidur di bukit ini."
"Kau ini, sudah kubilang jangan suka memukul kepala orang dengan buku. Lagian apa yang salah dengan tidur di sini."
"Salah! Kau harusnya membantu warga bukannya bermalas-malasan di sini."
"Ah ... merepotkan."
"Jangan mengeluh," protesnya sembari menarik tanganku.
"Ayo cepat, Kazehaya."
Aku mengikutinya dengan lemas dan sesampainya kami di desa, dia menyuruhku membantu persiapan festival. Aku membantu warga yang sedang membuat panggung untuk acara nanti.
Setelah menyelesaikan pembuatan panggung, akupun membaringkan tubuhku di tanah, aku memejamkan mataku dan mengatur napasku yang tersengal-sengal agar kembali normal seperti semula.
"Jorok, kau terlihat seperti tikus got."
Aku membuka mataku dan melihatnya
"Jangan samakan aku dengan tikus got, kau ini keterlaluan sekali, Reo." keluhku.
"Hahaha, bercanda-bercanda. Jangan marah begitu. Minumlah ini," ucapnya sembari menyodorkan sebuah minuman kaleng padaku.
Aku mengambilnya lalu meminumnya hingga habis, setelah itu aku berdiri dan berjalan ke arah pohon besar yang tak jauh dari sana.
Aku menyandarkan tubuhku pada pohon tersebut, dari sana aku melihat warga yang sedang berinteraksi dan juga Reo. Wajah cantiknya dengan rambut pirang sepundak terlihat cocok dengannya, dia adalah teman masa kecilku yang berharga, dia dan keluarganyalah yang membantuku untuk terus hidup di dunia ini.
Tanpa sadar aku terus melamun hingga akhirnya Reo mengejutkan diriku.
"Hey, Kazehaya. Apa yang kau pandang dari tadi?"
"Tidak ... aku hanya memandang penduduk desa yang puas dengan jerih payah mereka untuk festival nanti."
"Jangan bohong, kau kira aku tidak tahu bahwa kau terus memandangiku dari tadi?!"
Jika kau tahu, mengapa masih saja bertanya?!
"Tidak ... kau salah, aku hanya memandang penduduk yang berbicara denganmu."
"Ho ... apa benar begitu? Baiklah, aku percaya, sebenarnya jika kau memandangiku juga tidak apa-apa, tapi jangan berharap kau bisa mendapatkanku ... seperti yang kau tahu, aku menyukai seseorang," ucapnya menggoda.
"Iya, iya. Aku tidak akan berharap padamu, lagian masih banyak gadis cantik di desa ini."
Aku berdiri dan meninggalkan Reo yang terlihat kesal sembari menggembungkan pipinya. Aku hanya tersenyum sejenak lalu kembali menuju kerumunan penduduk yang kembali bekerja menyelesaikan persiapan akhir untuk festival.
Langit tanpa terasa telah berubah, langit hitam beserta taburan bintang terlihat sangat indah untuk dipandang. Aku bersyukur karena diberikan penglihatan yang normal, jadi aku bisa melihat keindahan yang diciptakan oleh Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [Oneshot]
Short StoryKazehaya, seorang pemuda yang selalu bermalas-malasan di sebuah bukit dekat desanya. Kazehaya adalah seorang pemuda yang tidak memiliki apa-apa lagi, hanya satu hal yang dia miliki, perasaan untuk melindungi orang yang dia sayangi.