The Beginning Of The End

111 3 1
                                    

Jurnal Hidup Ryan,
5 Oktober 2022.

Hari ini, tepat satu tahun yang lalu, 25 Orang tewas ditangan Tentara Republik. 93 Orang dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka yang cukup parah akibat tembakan dan pukulan gagang senapan dari tentara republik. Sementara sekitar 75 Orang ditangkap oleh Pihak Kepolisian karena diduga sebagai provokator demonstrasi. Sebenarnya demonstrasi berjalan dengan lancar tanpa masalah. Aspirasi pendemo pun disuarakan dengan damai tanpa kericuhan. Namun sekitar pukul 18:00, beberapa sersan polisi menembakan peluru tajam kearah pendemo yang menyebabkan satu orang tewas. Para pendemo yang marah langsung mengejar sersan Polisi tersebut namun dihadang oleh Tentara republik berpakaian lengkap anti huru-hara sambil membawa perisai dan dilengkapi dengan Senjata laras panjang SS2 V2. Massa yang emosinya sudah tersulut pun tidak peduli dan menabrakan diri mereka ke Barisan tentara. Dari jauh samar-samar terdengar teriakan dari salah satu tentara

Perintah diterima Komandan, siap laksanakan!

Death Squad laksanakan perintah! Maju kedepan! 

Tembak ditempat! Jangan biarkan mereka melewati barisan ini!

Rentetan tembakan pun terdengar. Orang-orang berhamburan membubarkan diri dan berlari entah kemana mencari perlindungan. Banyak orang yang tergeletak dijalanan, entah mereka masih hidup atau tidak, tapi darah terlihat mengalir dari tubuh mereka. tangisan terdengar disekitar area demonstrasi. Aku yang saat itu sedang berjalan pulang dari kampus pun hanya bisa terdiam melihat suasana mencekam dikota. Aku melihat Ambulans dengan sirine yang meraung-meraung berjalan kencang yang diikuti oleh beberapa kendaraan bermotor. Truk Polisi pun juga lewat dan aku melihat didalam truk ada orang-orang yang wajahnya bersimbah darah, entah mereka anggota polisi atau demonstran yang ditangkap.

Sebenarnya aku tidak terlalu peduli tentang kejamnya Rezim Presiden Alexia, tapi this is too much to handle. Mayat berserakan dijalan, darah dimana-mana, bunyi sirine terdengar dipenjuru kota, sebenarnya apa yang terjadi?

Well, semua kembali ke 2019. Kepresidenan Joko Widodo telah usai, rakyat harus memilih siapa presiden yang baru untuk 5 tahun kedepan. Jika rakyat salah memilih, maka yang dirugikan dan sengsara nantinya juga mereka sendiri. 

Ada 3 Kandidat yang maju dalam Pemilihan Umum kali ini. Ada Alexia Nugraha, Faris Bhagaskara, dan terakhir ada Abdul Ibnu 'Ahad. Alexia Nugraha adalah kandidat yang paling menjanjikan dibanding yang lain. Apalagi ia telah mendapat banyak simpati Rakyat karena dia merupakan Purnawirawan Tentara Republik yang notabene selalu membela dan memihak kepada rakyat. Namun sesungguhnya politik itu busuk kawan. Dunia politik hanyalah panggung sandiwara semata. 

Pertama kali sejak Alexia Nugraha diangkat menjadi Presiden Republik, Rakyat bersorak-sorak bahagia. Pesta  diadakan hampir diseluruh Indonesia untuk merayakan kemenangannya. Jalanan penuh dengan orang-orang yang bersuka cita mendengar dia memenangkan pemilu.

Namun Satu tahun semenjak Alexia menjabat jadi Presiden Republik, kebusukannya mulai terlihat secara perlahan. Harga bahan bakar naik yang awalnya bensin 7,500/Liter, kemudian harganya naik menjadi 12,000/Liter. Jika ditanya mengapa dia menaikan harga bensin hampir menjadi 2x Lipat, dia akan mengatakan bahwa dia ingin mengurangi hutang negara dengan memotong subsidi bensin. Namun sebenarnya ia melakukan itu hanya agar dia bisa korupsi lebih banyak.

Semenjak keputusan Presiden Alexia untuk menaikan harga Bahan Bakar, semua harga sembako pun ikut melonjak tajam. Rakyat yang sudah sengsara, kini menjadi semakin lebih sengsara lagi sejak Alexia diangkat menjadi Presiden.

Pada tahun 2021, kelaparan terjadi diseluruh penjuru Indonesia. Harga sembako yang melonjak tinggi membuat masyarakat tidak bisa berkutik dan hanya bisa makan seadanya. Itupun jika dirumah ada makanan. kalau tidak? Maka mereka terpaksa harus 'berpuasa' demi menahan lapar.

Akhirnya banyak organisasi masyarakat beserta kelompok mahasiswa yang melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut penurunan harga Bahan Bakar serta sembako. Jika dalam waktu satu bulan Harga-harga masih belum ada yang turun, maka mereka menuntut untuk diturunkannya Presiden Alexia karena ia dianggap gagal. Namun tuntutan mereka sepertinya dianggap sebagai ancaman oleh Aparat, yang kemudian memicu peristiwa Liberitu, (Lima oktober dua ribu dua satu) penembakan oleh Sersan polisi terhadap demonstran yang menyebabkan tewasnya 25 orang pendemo. Semenjak peristiwa itu terjadi, Rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.

Media yang meliput peristiwa Liberitu dan menayangkannya ditelevisi pun mendapat 'kunjungan' dari tentara republik. Para tentara berseragam dan bersenjata lengkap mendobrak pintu kantor media tersebut, mengacak-acak kantor,  menangkap beberapa pimpinan media itu, dan kemudian membawa mereka entah kemana.

Media yang memberikan kritik terhadap pemerintah malah mendapatkan hal yang lebih parah. Kantor mereka pasti akan dilempari molotov oleh orang tidak dikenal. Kemudian media tersebut diancam untuk bubar, jika pimpinam media menolak untuk dibubarkan, maka dia akan dieksekusi ditempat. 

Memang kejam tentara republik kita ini, mengaku sahabat rakyat, mengaku melindungi rakyat, mengaku berpihak kepada rakyat, namun kenyataannya malah sebaliknya. Mereka dijadikan alat untuk menindas rakyat-rakyat kecil oleh Pemerintah.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Seorang PemberontakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang